Pelitakota.id Galatia 5:22-23 (TB) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Penguasaan diri merupakan salah satu bagian dari buah roh. Penguasaan diri penting dimiliki oleh umat Tuhan apalagi di tengah tantangan zaman saat ini. Dari usia anak-anak hingga orang dewasa perlu selalu belajar menguasai diri dalam segala hal (2 Timotius 4:5).
Buku Character First mendefinisikan penguasaan diri sebagai sikap yang menolak keinginan sendiri dan lebih memilih melakukan apa yang benar. Sebagai umat Tuhan, standar kebenaran yang sejati adalah kebenaran Firman Tuhan, inilah kebenaran mutlak, bukan kebenaran relatif. Jadi, bisa dikatakan bahwa penguasaan diri adalah karakter yang lebih memilih untuk melakukan kebenaran Firman Tuhan dari pada keinginan diri sendiri atau bahkan dari pada kebenaran relatif.
Di taman Eden, Allah memberikan Firman kepada manusia untuk tidak memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat (Kejadian 2:16-17). Kejatuhan manusia pertama dalam dosa, diawali karena tidak menguasai diri dari tawaran iblis sehingga lebih mengikuti keinginan untuk mencoba memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat dari pada mengikuti perintah Tuhan.
Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia. Selain karena diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, Tuhan menciptakan manusia memiliki akal budi dan kehendak bebas (atau sering disebut Free will). Dengan adanya kehendak bebas, Allah mau agar manusia melakukan setiap FirmanNya bukan karena paksaan atau tanpa pilihan, sehingga menjadi seperti robot. Allah mau agar dari berbagai pilihan yang ada, manusia melakukan FirmanNya karena mengasihi Allah. Oleh karena itu, betapa pentingnya karakter penguasaan diri ini untuk dimiliki oleh umat Tuhan.
Beberapa hal yang bisa diterapkan untuk berlatih menguasai diri, yaitu:
Melihat kemarahan sebagai tanda adanya sesuatu yang tidak beres
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan marah adalah sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dan sebagainya); berang; gusar. Dalam Wikipedia, kemarahan berasal dari kata marah, yaitu suatu emosi yang secara fisik mengakibatkan antara lain peningkatan denyut jantung, tekanan darah, serta tingkat adrenalin dan noradrenalin. Ekspresi luar dari kemarahan dapat ditemukan dalam bentuk raut muka, bahasa tubuh, respons psikologis, dan kadang-kadang tindakan agresi publik. Kemarahan yang tak terkendali dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup pribadi dan sosial. Sehingga dapat disimpulkan marah atau kemarahan sebenarnya adalah tanda bagi kita, dan kita harus mengendalikannya agar tidak terjadi hal yang berdampak negatif akibat kemarahan tersebut.
Kisah Kain dan Habel sangat menggambarkan poin ini (Kejadian 4:1-16). Ketika Kain tidak senang karena persembahannya tidak diterima oleh Allah, Firman Tuhan mengatakan bahwa hati Kain menjadi sangat panas dan mukanya muram (Kejadian 4:5). Berdasarkan Wikipedia, hal ini merupakan ekspresi luar dari kemarahan. Oleh karena itu, Allah mengingatkan Kain agar Kain berkuasa atas kemarahannya itu, bukan kemarahan yang menguasai Kain (Kejadian 4:6-7). Akan tetapi Kain gagal menguasai dirinya, ia gagal menolak keinginannya, ia lebih memilih mengikuti keinginannya untuk marah dari pada melakukan apa yang benar, yaitu perintah Allah untuk menguasai kemarahannya. Alhasil, Kain membunuh Habel, adik kandungnya sendiri.
Dari kisah Kain dan Habel, kita dapat belajar melakukan tindakan sebaliknya ketika muncul kemarahan dalam diri kita. Belajar bertanya: apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasi masalah/hal yang membuat aku marah? Agar kemarahan itu tidak menjadi bumerang atau pemicu untuk melakukan tindakan yang seharusnya tidak kita lakukan.
Buku Character First mengisahkan tentang Abigail Adams yang berhasil melakukan tindakan sebaliknya untuk mengatasi hal yang membuat ia marah. Ketika Abigail Adams sedang berlayar, kondisi kapal sangat tidak layak untuk diisi oleh penumpang karena kapal tersebut sangat menjijikkan. Ia berhak untuk marah karena Abigail Adams tidak mendapatkan fasilitas yang seharusnya padahal ia membayar tiket kapal tersebut. Akan tetapi, Abigail memilih untuk melakukan yang benar, ia berhenti untuk marah dan kemudian mengambil tindakan untuk membersihkan kapal tersebut. Wow, suatu tindakan yang luar biasa.
Dalam Alkitab, tokoh yang berhasil menguasai dirinya adalah Daud (1 Samuel 24:2-14). Ketika Daud memiliki kesempatan dan berhak membunuh Saul tetapi Daud melakukan tindakan sebaliknya, sehingga hanya memotong punca jubah Saul, tidak membunuh Saul (1 Samuel 24:5-7).
Menjauhi hal-hal yang tidak benar
Abigail Adams juga menjauhi hal yang tidak benar. Ketika ia marah, ia ingin sekali marah dan berdebat dengan kapten kapal yang ia tumpangi terkait kondisi kapal yang tidak layak. Namun, ia tidak melakukannya, ia memutuskan untuk meredam amarahnya dan menyapa Kapten Kapal tersebut. Abigail Adams berhasil menjauhi hal yang tidak benar. Ia tahu bahwa berdebat dalam kondisi seperti itu tidak benar dan tidak perlu. Menjauhi hal yang tidak benar artinya, menghindari hal-hal yang tidak perlu dilakukan. Kita semua harus belajar menjauhi sesuatu situasi begitu mengetahui adanya sesuatu yang tidak beres. Dengan begitu, kita akan terhindar dari masalah yang lebih besar sebagai konsekuensinya. 1 Petrus 4:7 (TB) Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Semakin hari, tantangan zaman tidak semakin mudah. anak-anak sampai orang dewasa perlu terus belajar menguasai diri agar hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan dan menjadi saksi bagi dunia ini. Tuhan Yesus memberkati.
PENULIS IRENE HENRIETTA GUSTIN, M.Si_PENDIDIK SEKOLAH TUNAS PERTIWI
Daftar Pustaka
1.Alkitab
2. Buku Charater First
3 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Online) https://kbbi.kemdikbud.go.id
4. Wikipedia