Lukas 9:23 (TB) Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
Gaya hidup masyarakat global abad-21 yang ditandai dengan gaya hidup seperti konsumtif, hedonisme, pragmatisme, sekularisme telah menjadi tren budaya kehidupan yang melekat pada siapa pun, termasuk di kalangan umat Kristen. Masa spritualitas modernisme yang ditandai dengan sikap “saya pikir” kini telah beralih ke spiritualitas postmodernisme yang ditandai dengan sikap “saya rasa”. Artinya segala sesuatu tidak perlu lagi dipikirkan tetapi d!rasakan!. Dengar khotbah diukur dengan “perasaan” – jika seseorang berkata: “saya rasa khotbahnya bagus maka khotbah itu bagus” penilaian diri seperti ini menyesatkan! Maka khotbah yang menyentuh perasaan dan emosi jemaat hanya menciptakan pengikut Kristus tanpa berpikir.
Terlebih jika gereja dikelola seperti suatu perusahaan sekuler, dan jemaat ditempatkan sebagai konsumen dengan hak seperti penentu keberhasilan gereja. Maka tidak heran, datang beribadah ke gereja karena hanya suka pujian dan penyembahan yang menyentuh perasaan dan emosi namun firman Allah diposisikan sebagai pelengkap sesaat. Tidak perlu menjadi pendengar dan pelaku firman Allah. Itu bukan kebutuhan perasaan.
Dampak dari seperti ini, telah membuat begitu banyak atau jika tidak disebut hampir rata-rata, tidak lagi memiliki komitmen doa pribadi yang tekun, baca Alkitab secara teratur dan hilangnya komitmen memikul salib. Kristen adalah keselamatan dan pikul salib! Tetapi tanyakan kepada setiap orang Kristen yang paling setia ke gereja sekalipun, apakah ia masih memiliki komitmen pikul salib dan sangkal diri setiap? Tidak perlu ditunggu jawabannya karena pikul salib malah dianggap hal yang aneh di masyarakat globalisasi masa kini. Lalu intuk apa menjadi Kristen?
Salam Injili