Pelitakota.Id
(Yohanes 8:1-11)
Jika kita perhatikan mulai dari pasal 3, Yesus terus mengajar dengan keras dan gamblang kepada orang-orang Yahudi. Dalam pengajaran-Nya banyak kali Ia mengevaluasi doktrin Yahudi dan prakteknya, evaluasi terhadap kebanggaan mereka sebagai keurunan Abraham, dan bagaimana mereka menghakimi umat. Abraham dan Musa merupakan dua tokoh Yahudi yang dihormati. Abraham menurunkan keturunan umat pilihan, Musa menurunkan hukum Taurat.
Evaluasi yang ketat ini, bertujuan membawa kembali doktrin dan praktek hidup Yahudi kepada kehidupan yang penuh kasih. Baik kasih akan Allah maupun sesama. Conth, demi hukum Taurat, Yesus tidak boleh menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat karena melanggar hukum Taurat. Sedangkan menyembuhkan org sakit adalah perbuatan kasih. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menasehati para ahli Taurat dan orang Farisi untuk jangan menghakimi. Toh … kalau pun terjadi maka hakimilah dgn adil (7:24; 8:15) seperti teladan Yesus.
Dalam Injil Yohanes kata dasar hakim dengan segala awalan dan akhirannya tersebutkan 14 kali.
Nah…
Ajaran Yesus tentang menghakimi dlm Yoh. 7:24 ialah ‘Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tapi hakimilah dengan adil.’ Dan 8:15, ‘Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, …’
Apakah sikap Yesus saat para ahli Taurat hendak menjebak dan mencari kesalahan-Nya?
Kasus yang disodorkan adalah kisah seorang perempuan yang tertangkap basah berzinah. Mereka hendak melihat bagaimana Yesus menghakimi. Mereka sodorkan hukum Musa sebagai alasan untuk menghukum, yakni dilempari batu sampai mati.
Perhatikan apa yang dilakukan Tuhan Yesus. Dia tidak menghakimi perempuan itu berdasarkan hukum Taurat dan pemikiran mereka. Ia tidak mau menghakimi. Ia asik saja menulis di tanah. Namun karena mereka terus memaksa untuk mendengar pendapat-Nya, maka Yesus terpaksa menghakimi utk menggenapi 9:39.
Kata Yesus: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.”
Yesus bukan menghakimi perempuan itu melainkan mereka yang menangkap, menuduh dan menyodorkan ayat pelanggaran.
Menarik utk menyimak cara Yesus.
1. Yesus berkata bahwa Ia datang bukan utk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya (3:17; 12:47). Jadi Yesus hendak menyelamatkan perempuan yang notabene tertangkap basah. Kadang2 kita langsung habisi dgn vonis, alias ketuk palu.
2. Dalam hal ini Yesus tidak memakai ukuran manusia. Ukuran manusia berzinah itu dosanya berat dan hukumannya dilempari batu hingga mati sesuai hukum Musa/manusia. Ukuran Allah, semua dosa sama beratnya. Hukumannya maut.
3. Yesus menggunakan ukuran Allah yakni membuat yg buta (berdosa) bisa melihat dan yg melihat ( merasa benar) menjadi buta (9:39). Akhirnya para ahli Taurat dapati bahwa mereka juga berdosa. Awalnya bisa lihat dosa orang dan buta pada dosa sendiri. Pada akhirnya melihat dosa sendiri juga dan tdk membuka mata utk fokus pada dosa org lain.
4. Yesus menunjukkan keadilan. Ia mengatakan: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (7). Yesus bukan menekankan pada jenis dosa perzinahan saja seperti perempuan itu. Tetapi Yesus tegaskan ‘siapa yang tdk berdosa!” duluanlah melempar. Kalimat ini sungguh adil dan penuh dengan kasih.
Terkadang kita begitu berfokus pada jenis dosa tertentu pada seseorang dan ia dihakimi habis-habisan. Kita tidak sadar bahwa kita juga lagi berdosa dalam jenis dosa yg beda dgn orang itu. Ukuran manusia mungkin dosa perzinahan itu besar. Tapi ukuran Tuhan bagi semua jenis dosa, sama hukumannya yakni maut. Makanya Yesus bilang, yang tdk berdosa, yg pertama melempar. Mereka sadar bahwa mereka juga berbuat dosa sehingga tidak ada seorang pun yang melempari melainkan pergi satu demi satu meninggalkan perempuan itu. Perlakuan inilah yang ditegaskan Tuhan dalam Matius 7:3, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”
Hari-hari ini banyak orang menjadi hakim bagi saudaranya. Kesalahan dicari,…Tuhan Yesus memberkati
(Pdt. Liban Kamlasi,.M.Th)