BERSERAH DALAM RENCANA ALLAH

Spread the love

Pelitakota.id | Suara Kebenaran Hari Ini | Ibrani 11:17-18, Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: “Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.”

*BERSERAH DALAM RENCANA ALLAH*

Setelah kejatuhan manusia, Allah harus disembah melalui persembahan-persembahan korban, sebuah cara ibadah yang membawa serta di dalamnya suatu pengakuan dosa, tekad untuk meninggalkan dosa, dan pengakuan iman kepada seorang Penebus, yang akan menjadi tebusan bagi jiwa-jiwa manusia.
Di sini dikisahkan dua orang, bersaudara, dan keduanya menjalakan ibadah kepada Allah, namun ada perbedaan besar di antara mereka. Kain adalah anak yang lebih tua, tetapi Habel lebih disukai. Bukan karena dilahirkan lebih dulu, melainkan karena anugerahlah manusia menjadi betul-betul terhormat. Perbedaan yang terlihat dalam pribadi mereka: Habel adalah orang yang lurus, orang benar, orang yang betul-betul percaya. Kain hanya mementingkan tampilan luar, tidak memiliki pandangan akan sebuah anugerah yang istimewa.
Cerita aslinya terdapat dalam Kejadian 4:4, TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu. Pertama-tama Tuhan mengindahkan pribadinya sebagai orang yang beroleh anugerah, lalu mengindahkan korbannya sebagai korban yang lahir dari anugerah, terutama dari anugerah iman.
Demikian pula Abraham, yang adalah sahabat Allah, dan bapa orang beriman, yang mengenai dirinya orang-orang Ibrani bermegah, dan darinya mereka diturunkan dan mendapat hak-hak istimewa.
Abraham tinggal di Kanaan, bukan sebagai ahli waris atau pemilik, melainkan hanya sebagai musafir. Ia tidak berusaha mendepak atau memerangi para penduduk lama, untuk mengusir mereka, tetapi berpuas diri untuk tinggal sebagai orang asing. Ia menghadapi ketidakbaikan mereka dengan sabar, menerima kebaikan-kebaikan apa saja dari mereka dengan rasa syukur, dan menjaga hatinya supaya tetap terpatri pada rumahnya, yaitu Kanaan sorgawi.
Abraham menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, untuk mengutusnya ke mana saja yang dikehendaki-Nya. Selain itu, Abraham pun taat manakala Allah menghendaki Abraham mengorbankan anaknya Ishak. Abraham mengikuti hikmat Allah, sebagai yang paling pantas untuk memberikan tuntunan, dan patuh kepada kehendak-Nya, sebagai yang paling pantas untuk menentukan segala sesuatu menyangkut dirinya. Iman dan ketaatan penuh tanpa pertanyaan layak diberikan kepada Allah, dan hanya kepada Dia.
Sebagai orang beriman, selayaknya kita meneladani kehidupan Abraham dalam pasrah berserah atas tuntunan Tuhan. Bagaimana dengan saudara? Haleluyah, Amen. Pst.harts

Tinggalkan Balasan