KENDAL – Keluarga adalah tempat pertama bagi seorang anak untuk mendapatkan nilai kehidupan, kasih saying, maupun lainnya.
Hal itu disampaikan Perwira Urusan Subbagian Perawatan Personel (Subbagwatpers) Bagian SDM Polrestabes Semarang, Ipda Yudi Hardiyanto, pada workshop pencegahan dan penanganan kenakalan remaja bagi keluarga rentan, di Aula Kecamatan Weleri, Rabu (6/11/2024). Menurutnya, membangun kedekatan antara orang tua dan anak sangat penting, seperti bercerita atau bermain Bersama.
“Jika kedekatan antara orang tua dan anak tidak harmonis, inilah yang menjadi salah satu faktor munculnya kenakalan remaja,” beber Ipda Yudi.
Senada, Camat Weleri Dwi Cahyono Suryo menyampaikan, orang tua sangat berperan penting dalam mencegah kenakalan remaja. Karenanya, orang tua harus bisa menempatkan dirinya sebagai pendorong, panutan, pengawas, teman, penasehat, dan komunikator bagi anak-anak mereka.
“Anak kita bisa diperlakukan seperti sahabat, jangan selalu disalahkan, diberikan motivasi, didorong bakatnya, jangan otoriter sesuai kemauan orang tua, namun yang penting kegiatannya positif. Maka, dengan demikian anak kita lebih percaya dengan orang tua, lebih dekat dan terbagun komunikasi yang baik, sehingga anak tidak mencari pelampiasan di luar lingkungan keluarga,” ungkap Dwi.
Sehingga, dia berpesan kepada orang tua, agar selalu melakukan pendekatan dan komunikasi yang baik dengan anak, agar anak-anak bisa fokus dalam pendidikan mereka demi masa depan.
Sementara, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP2PA) Kabupaten Kendal, Albertus Hendri Setyawan menyampaikan, remaja merupakan aset masa depan bangsa. Banyak bentuk kenakalan remaja yang kerap dilakukan. Di antaranya, tawuran antarpelajar, penyalahgunaan narkoba, pencurian, vandalisme, kekerasan fisik, prilaku seksual bebas, dan lain sebagainya.
Menurut Albertus, penyebab terjadinya kenakalan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yakni, faktor internal, seperti pencarian jati diri, kontrol diri yang lemah atau labil. Kemudian juga faktor eksternal, seperti perceraian orang tua, pendidikan yang salah di dalam keluarga, tidak dibekali pendidikan agama, salah pergaulan, komunitas yang kurang baik dan informasi global atau media massa, internet, televisi, film, vidio, games, dan lainnya.
“Maka, untuk mengatasi kenakalan remaja dibutuhkan peran orang tua, untuk menjadi figur bagi anak-anaknya, seperti sering komunikasi di dalam lingkungan keluarga, penanaman ilmu agama yang kuat,” tutur Albertus.
Selain itu, imbuhnya, perlunya memilih teman yang baik, motivasi dari keluarga, guru, dosen, teman untuk melakukan hal-hal yang positif, serta menyalurkan hobi yang positif, agar terhindar dari perilaku menyimpang.[÷]