BOGOR – Untuk mencetak dan menyiapkan generasi muda Hindu yang unggul dna berdaya saing, Panitia Pujawali XIX Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, Gunung Salak, Bogor menggelar Seminar Kewirausahaan dan Kepemimpinan bagi Generasi Muda di era digital.
Seminar yang digelar pada Sabtu (31/8/2024) ini bertujuan untuk membekali dan memberikan edukasi kepada anak muda Hindu agar menjadi generasi unggul. Sehingga, generasi Hindu ke depan, mampu bersaing dalam menghadapi tantangan global dan dunia usaha yang semakin kompetitif.
Acara tersebut juga digelar untuk menyongsong Pujawali pada 17 September 2024 pada purnama ketiga. Selain dihadiri oleh sekitar 300 umat Hindu Jabodetabek yang didominasi anak muda, juga turut dihadiri oleh Dirjen Bimas Hindu Kemenag RI Prof. I Nengah Duija, Ketua Panitia Pujawali XIX PAJK dan ketua Yayasan PAJK.
Seminar tersebut menghadirkan 2 narasumber yaitu: I Gede Dharmayusa selaku Direktur XL dan Ajik Khrisna, Pengusaha Khrisna Oleh-Oleh Bali.
Ketua Panitia Pujawali XIX PAJK mengatakan bahwa acara ini diharapkan menjadi motivasi kepada generasi muda Hindu untuk bisa meraih kesuksesan di bidangnya masing-masing.
Materi yang disampaikan oleh narasumber diharapkan bisa dicerna oleh para peserta sehingga benih-benih leadership dan kewirausahaan bisa tumbuh dan berkembang dalam diri dan jiwa anak-anak muda Hindu.
Selain itu, acara yang digelar di Pura ini juga untuk memberikan kepada umat bahwa Pura tidak hanya bisa dijadikan sebagai tempat ritual keagamaan namun juga bisa digunakan sebagai pusat pendidikan dan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Dirjen Bimas Hindu dalam kesempatan itu mengaku sangat mengapresiasi kegiatan di Pura dengan melibatkan generasi muda Hindu. Ia menekankan agar seluruh Pura bisa menerapkan hal serupa. Bagaimana kita bisa menata sumber daya manusia (SDM) Hindu terkait dengan keberadaan Pura Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, Gunung Salak ini.
“Artinya, memang selama ini kita agak lepas ketika ada Pujawali, ada Piodalan seolah-olah Piodalan itu hanya soal ritual atau persembahyangan tapi kita bisa memiliki mentalitas terkait dengan bagaimana kita sembahyang, mengapa kita sembahyang, di mana kita sembahyang tentu kita para orang tua yang tahu. Anak-anak kita perlu dibimbing, perlu diarahkan, bagaimana ke depan mereka lah yang akan menjadikan Pura ini lebih baik, pura ini lebih maju dan tentu kita tidak boleh berkurang semangat kita untuk ngayah di Pura ini,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, pendidikan seperti ini menjadi penting. Kepemimpinan dalam konteks ini tidak hanya berbicara tentang pemimpin yang formal tetapi juga pemimpin masa depan.
“Pura ini dipimpin oleh beliau-beliau yang sukarela. Yang ngayah. Ke depan dengan manajemen yang bagus, di Pura ini dikelola dengan baik, malah kita bisa menggunakan manajemen berbasis spiritualitas. Bahwa kita perlu menjaga fasilitas, ini tidak bisa kita hanya menggunakan ritual. Bagaimana kita membangun, memelihara tanaman, pohon ini adalah konteks penting yang harus kita bicarakan dengan generasi muda,” katanya.
Hal itu lah yang menjadi salah satunya dasar dirinya mengapresiasi acara ini. Sisi ini tidak hanya untuk Pura Gunung Salak saja, tetapi mestinya seuluruh Pura yang akan melaksanakan Pujawali, maka harus mendekatkan generasi muda Hundu.
“Karena dunia generasi muda itu tidak bisa kita paksakan 100 persen ke Pura, maka caranya seperti seminar ini. Di samping mereka bisa mendengarkan apa yang menjadi dunia mereka. Cara inilah yang strategis mendekatkan kaum muda dengan Pura,” pungkasnya. (Romo Kefas)