Pelitakota.id | Suara Kebenaran Injil Ini | Kejadian 41:34-35, “Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang ini dan, di bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan, serta menyimpannya.”
*MENANTIKAN TUHAN DENGAN SABAR*
Melalui firman-Nya, Allah telah memberitahukan kepada Yusuf dan Firaun tentang masa sengsara dan darurat yang akan menghadang, “Nah, oleh karena itu, sediakanlah sesuai yang diperlukan.”
Yusuf menyarankan kepada Firaun untuk menunjuk penilik-penilik yang harus melakukan tugas masing-masing, dan memilih seseorang untuk memimpin pekerjaan itu (Kejadian 41:33). Boleh jadi, seandainya Yusuf tidak memberikan saran ini, hal itu tidak akan dikerjakan. Para penasihat Firaun tidak mampu menarik manfaat baik dari mimpi itu, seperti halnya para ahlinya tidak mampu mengartikannya. Oleh sebab itu, tentang Yusuf dikatakan bahwa ia mengajarkan hikmat kepada para tua-tuanya (Mazmur 105:22). Dari situ kita boleh mengambil kesimpulan seperti Salomo, bahwa lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh (Pengkhotbah 4:13).
Firaun mempercayakan kepadanya kedudukan yang terhormat. Dia tidak saja dipekerjakan untuk membeli persediaan gandum, tetapi juga dijadikan perdana menteri seluruh kerajaan, penguasa atas rumah tangga istana. Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, hakim agung kerajaan. Kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat, atau menurut beberapa orang, dipersenjatai. Dengan demikian kedudukan ini membuat Yusuf menjadi jenderal atas semua pasukan Firaun.
Firaun memberinya nama baru, untuk menunjukkan wibawanya atas Yusuf. Walaupun demikian, nama itu juga menyatakan penghargaan yang diberikannya kepada Yusuf, Zafnat-Paaneah (Pengungkap rahasia).
Dari peristiwa ini kita belajar bahwa melalui kuasa dan hikmat-Nya, Allah dapat menjalankan rencana-Nya secara sempurna. Dari seorang tahanan di Mesir, menjadi seorang paling berkuasa setelah Firaun tidaklah mungkin terjadi tanpa pertolongan Tuhan.
Sebagaimana Yusuf bergantung pada hikmat Tuhan, kita pun harus bergantung pada-Nya. Sebagaimana kuasa Tuhan telah mengubah Yusuf, kuasa yang sama itu juga mampu meluputkan kita. Pst.harts