MEMELIHARA WARISAN ILAHI DENGAN KASIH TUHAN

Spread the love

Pelitakota.id | Suara Kebenaran Injil Hari Ini | Kejadian 25:33-34, Kata Yakub: “Bersumpahlah dahulu kepadaku.” Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.”
*MENJAGA WARISAN ILAHI*
Yakub dan Esau telah melakukan tawar-menawar tentang hak kesulungan, yang merupakan milik Esau melalui pemeliharaan, tetapi menjadi milik Yakub melalui perjanjian. Hak kesulungan merupakan hak istimewa rohani, termasuk di dalamnya keunggulan martabat dan keunggulan kuasa, dan juga bagian dua kali lipat (Kejadian 49:3). Tampaknya hak kesulungan itu sungguh luar biasa sehingga disertai pula dengan berkat, dan pewarisan janji.
Keinginan yang “saleh” dari Yakub untuk mendapat hak kesulungan, namun ia berusaha memperolehnya dengan cara-cara yang menyimpang, yang tidak sesuai dengan sifatnya sebagai orang yang tenang. Yakub mendambakan hak kesulungan itu, dengan mata yang tertuju pada berkat-berkat rohani, yang sudah dikenalnya dengan baik di dalam kemahnya, sementara Esau sudah kehilangan rasa untuk mencari berkat-berkat rohani itu akibat terlalu banyak berada di padang. Untuk maksud rohani ini, Yakub pantas dipuji, bahwa dengan sungguh-sungguh ia mendambakan karunia-karunia yang terbaik. Namun, dalam hal ini ia tidak bisa dibenarkan, bahwa ia mengambil keuntungan dari kebutuhan kakaknya yang mendesak, untuk mengajukan tawaran yang sangat sulit kepadanya (Kejadian 25:31): “Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu.”
Perbuatan Esau yang dengan cemar menyepelekan hak kesulungan itu, dan tindakannya yang bodoh dalam menjualnya. Ia disebut Esau yang bernafsu rendah karena itu (Ibrani 12:16), sebab ia menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan, sesuap makanan yang mahal yang pernah dimakan sejak buah terlarang. Dan ia hidup untuk menyesalinya, namun semuanya sudah terlambat. Tidak pernah penawaran yang begitu bodoh dibuat seperti penawaran yang sekarang dibuat Esau ini.
Tentu saja, jika Esau lapar dan lelah, ia bisa mendapatkan semangkuk makanan yang lebih murah daripada harus kehilangan hak kesulungannya. Esau memandang ringan hak kesulungannya berarti ia memandang ringan perjanjian Allah dengan Abraham dan Ishak yang akan diwariskan kepada keturunan Ishak yang memiliki hak kesulungan. Ini menunjukkan bahwa ia tidak percaya terhadap perjanjian Allah itu.
Kisah ini merupakan peringatan bagi kita untuk secara sadar bertanggung jawab atas setiap perbuatan kita. Galatia 5:13, “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”
Baik kelebihan maupun kekurangan dalam kemerdekaan kita, janganlah membuat kita mengabaikan waris kekal Ilahi dalam Kristus. Mari berhati-hati memilih dan bersikap dalam keseharian kita kini, sebab itu berkonsekuensi kekal! Haleluyah! Pst.harts

Tinggalkan Balasan