Pelitakota.id Hubungan kerja dapat diartikan sebagai hubungan yang terjadi antara bagian- bagian atau individu-individu baik antara mereka di dalam organisasi maupun antara mereka dengan pihak luar organisasi sebagai akibat penyelenggaraan tugas dan fungsi masing- masing dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi (Siwi Ultima Kadarmo dkk, 2001: 10). Sebuah organisasi memerlukan pemimpin sebagai figur dan menggerakkan sumber daya manusia agar langkah-langkahnya teratur pada suatu tujuan yang sama. Kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi (Yukl, 2005: 3).
Perilaku komunikasi manajerial dari seorang pimpinan (atasan terhadap bawahan) adalah kemampuan untuk menyampaikan ide kepada seluruh staf, dengan maksud agar pesan atau ide yang disampaikan dapat difahami sesuai dengan isi pesan dimaksud. Pemimpin (leader head) adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi (Malayu SP Hasibuan, 2002: 169). Pada hubungan antar karyawan cenderung dinilai berdasarkan hubungan antara individu dengan individu lainnya dalam suatu organisasi atau dapat dikatakan perilaku individu dalam kelompok.
Dalam hubungan ini terdapat suatu arah hubungan dari atas ke bawah (downward) dan dari bawah ke atas (upward) atau komunikasi dua arah (two way traffic), di samping itu terdapat komunikasi dari samping kiri ke samping kanan dan sebaliknya (later communication). Selain itu, lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan karena berkaitan erat dengan tinggi rendahnya semangat kerja para pegawai. Lingkungan kerja adalah suasana dimana para pegawai melaksanakan pekerjaan (Murti Sumarni, 2003: 72).
Jika lingkungan kerja baik maka akan dapat memicu semangat kerja yang tinggi, pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja pegawai. Lingkungan kerja terdiri dari: (a) Lingkungan Eksternal, (b) Lingkungan Internal, Griffin (2004: 68 – 78). Lingkungan kerja tidak jauh berbeda dengan kehidupan sosial lainnya. Pasti rentan terjadi konflik sosial antar sesama rekan kerja. Faktor penyebab konflik bisa karena kesalahpahaman, persaingan kerja, kecemburuan sosial, konflik kepentingan, asmara dan sebagainya.
Bagaimanapun, suatu pekerjaan yang dikerjakan bersama dengan benar tentu akan terasa ringan dari pada dikerjakan sendiri. Memilih tim kerja yang berkualitas menjadi dasar untuk membangun team work yang solid. Mulailah dengan cara memilih team leader dengan jiwa kepemimpinan yang baik. Dengan tim kerja yang berkualitas seperti itu, maka semua tim yang telah dibentuk dapat saling mendukung dan berjalan bersama untuk mencapai target yang diinginkan. Memilih tim kerja yang berkualitas menjadi dasar untuk membangun team work yang solid.
Kunci dari menciptakan tim kerja yang solid adalah rasa kebersamaan dan saling percaya antar anggota tim. Cara yang dapat dilakukan adalah memulai untuk saling berbagi kepada rekan satu tim dalam hal apapun, baik suka maupun duka. Hilangkan rasa curiga antar rekan satu tim dan mulailah untuk mengerjakan sesuatu bersama-sama. Team leader bisa mengajak tim makan atau keluar bersama sesekali untuk membuat tim lebih dekat dan akrab. Sifat saling menghargai juga perlu ditanamkan, khususnya pada hal-hal yang bersifat kepentingan personal dan mendesak, setiap anggota tim sebaiknya dapat memahami dan menghargai kepentingan tersebut. Dengan catatan, hal itu tidak mengganggu kinerja tim dalam menyelesaikan suatu project.(Red)