Pelitakota.Id Ketahuilah tuanku, akan datang tujuh tahun kelimpahan di seluruh tanah Mesir. Kemudian akan timbul tujuh tahun kelaparan; maka akan dilupakan segala kelimpahan itu di tanah Mesir, karena kelaparan itu menguruskeringkan negeri ini.
(Kejadian 41: 29-30)
Kisah Yusuf mungkin adalah salah satu kisah dalam Alkitab yang sangat dikenal. Yusuf memulai kisahnya dengan dikenalkan sebagai anak kesayangan dari Yakub, yang sebenarnya memiliki 12 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Yakub sangat mengasihi Yusuf dibandingkan dengan semua anaknya yang lain. Yakub bahkan menyuruh orang untuk membuat jubah yang maha indah untuk Yusuf. Tentu saja ini memulai persaingan antar saudara di dalam keluarga Yakub. Yusuf juga dikatakan beberapa kali bermimpi, di dalam mimpinya Yusuf menjadi orang yang dimuliakan oleh orang tua dan saudara-saudaranya.
Yusuf menjadi pribadi yang tumbuh tanpa kebencian di hatinya berbeda dengan saudara-saudaranya, yang begitu benci kepada Yusuf. Suatu ketika saudara-saudaranya mendapat kesempatan untuk menyingkirkan Yusuf, hanya Ruben yang terlihat ragu untuk melakukannya. Saudara-saudaranya menjual Yusuf kepada kafilah orang Ismael yang sedang lalu. Namun setelah dijual, kisah Yusuf menjadi yang luar biasa. Yusuf setia di rumah Potifar, mendapat kepercayaan, tetapi kembali dibuang (dimasukkan ke penjara) karena kemarahan yang salah. Masuk ke penjara, tetapi akhirnya menjadi orang kepercayaan penjaga penjara. Tuhan memproses Yusuf dalam banyak kejadian di hidupnya.
Dalam Kejadian 41, kita akan melihat bagaimana hasil dari keseluruhan proses dalam hidup Yusuf. Seluruh kejadian di Alkitab ini dapat dibandingkan dengan catatan sejarah dunia di link berikut ini, (https://id.wikipedia.org/wiki/Yusuf_bin_Yakub). Yusuf dengan segala yang ada padanya bertemu dengan Firaun pada masa itu, akhirnya menyelamatkan bukan saja wilayah Mesir, tapi bahkan Alkitab mencatat di Kejadian 41:57, orang datang dari seluruh bumi ke Mesir untuk membeli gandum dari Yusuf. Hikmat yang diberikan Tuhan kepada Yusuf, menyelamatkan bukan hanya dirinya dan keluarganya, tetapi bangsa Mesir, bahkan bangsa-bangsa. Bagaimana dengan hari ini? Apakah Firman tersebut dapat relevan dengan kehidupan kita hari ini?
Grafik di atas adalah grafik World (Gross Domestic Product) Growth atau Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Dunia, yang umumnya dipakai untuk menilai pertumbuhan ekonomi dunia. Perkembangan ekonomi di dunia tidak selalu naik konsisten dari tahun ke tahun. Bukan seperti tangga, yang makin lama makin bertambah tinggi. Tapi justru hanya seperti grafik naik dan turun. Sebagai contoh, tahun 1999-2000 terlihat sebagai tahun dimana pertumbuhan ekonomi begitu baik, tapi di tahun 2001 terlihat ekonomi menurun. Tahun 2006-2007 ekonomi terlihat stabil dan baik, tapi di tahun 2008-2009 ada penurunan tajam dalam perekonomian, terjadi krisis.
Ada hari-hari baik, ada tahun-tahun yang baik, dan selalu ada hari-hari yang buruk, tahun-tahun yang sulit. Sama seperti pada kisah Kejadian 41, di dunia ini hari-hari kelimpahan masih ada dan hari-hari krisis seringkali mengikuti setelahnya. Mari kita belajar prinsip-prinsip yang dimiliki Yusuf, yang dapat kita aplikasikan untuk kehidupan kita, terutama pengaturan keuangan.
Menjadikan Tuhan yang Pertama dan Utama Mesir di bawah Firaun adalah salah satu kerajaan yang kokoh, dengan berlimpah sumberdaya. Ketika itu, tidak ada kesulitan yang kelihatannya akan datang. Firaun memanggil Yusuf karena dia mengalami mimpi yang sepertinya sangat bermakna, bukan seperti mimpi biasa. Yusuf kemudian dipanggil dari dalam penjara, karena salah seorang pegawai Firaun mengenali Yusuf sebagai seorang yang dapat mengartikan mimpi.
Kejadian 41 : 15-16, Berkatalah Firaun kepada Yusuf: “Aku telah bermimpi, dan seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya, tetapi telah kudengar tentang engkau: hanya dengan mendengar mimpi saja engkau dapat mengartikannya.” Yusuf menyahut Firaun: “Bukan sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan kepada tuanku Firaun.”
Firaun mengatakan kepada Yusuf, “engkau dapat mengartikan mimpi”, tapi Yusuf tegas menjawab, bahwa bukan sekali-kali dia, melainkan Tuhan Allah-nya. Yusuf hidup dengan menyadari bahwa segala sesuatu yang dia dapat kerjakan adalah karena Tuhan, bukan karena dia semata-mata. Yusuf memprioritaskan Tuhan dalam segala sesuatu. Dalam keuangan, pengaturan hidup kita sehari-hari, Tuhan harus menjadi prioritas. Dari Dialah kita mendapatkan segala sesuatu. Sumber keuangan kita bukanlah semata-mata dari pekerjaan kita, tetapi dari Tuhan. Kolose 3: 24, Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.
Bagaimana kita memprioritaskan Tuhan dalam keuangan kita? Setia dalam perpuluhan, dalam persembahan-persembahan khusus. Mungkin banyak dari kita belum sepenuhnya sepaham mengenai perpuluhan, tapi jelas di Alkitab bahwa sepersepuluh dari penghasilan kita, bukanlah milik kita. Itu milik Tuhan. Apakah kita memberikannya kepada gereja Tuhan tempat kita berjemaat, ataukah memberikannya kepada yang membutuhkan, prinsipnya harus memberi sepersepuluh penghasilan kita kembali kepada Tuhan. Mulailah memprioritaskan Tuhan dalam pengaturan keuangan kita. Ulangan 26:12-13 (TB) “Apabila dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan persepuluhan, engkau sudah selesai mengambil segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu, maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan kepada janda, supaya mereka dapat makan di dalam tempatmu dan menjadi kenyang.
Hidup Berbeda Dari Orang-orang Sekitar
Pada saat tujuh tahun kelimpahan berlangsung di Mesir, kelimpahan bukan hanya milik Mesir, tapi berlangsung di seluruh bumi. Semua wilayah mengalami kelimpahan. Tapi mengapa Mesir berbeda?. Ketika kelimpahan terjadi, yang seringkali kita lakukan adalah menaikkan gaya hidup. Kita mulai meningkatkan budget-budget hidup kita di beberapa bagian, tanpa perhitungan yang matang. Mulai mengambil beberapa pinjaman, membeli beberapa barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Sebaliknya dengan Mesir. Di tahun kelimpahan, di bawah pengawasan Yusuf, mereka menyimpan 1/5 bagian dari seluruh hasil tanah, 20% mereka simpan sebagai persediaan. Dari penghasilan kita, maukah kita melakukan yang berbeda dari yang orang biasa lakukan? Ketika ada penghasilan tambahan, maukah kita menyimpan sebagian dan bukannya menghabiskannya? 20 % yang Mesir simpan tidak hanya menyelamatkan Mesir, tapi menyelamatkan bangsa-bangsa lain.
Bermurah Hati
Yusuf diangkat oleh Firaun menjadi orang kepercayaannya. Bahkan Firaun berkata yang membedakan Firaun dan Yusuf hanyalah tahtanya. Suatu kepercayaan dan posisi yang sangat luar biasa. Sembilan tahun setelah Yusuf diangkat menjadi orang penting di Mesir, ke sepuluh saudaranya datang ke Mesir untuk membeli makanan. Respon Yusuf Ketika bertemu dengan saudara-saudaranya luar biasa. Yusuf memilih untuk berkemurahan hati. Dia melihat seluruh perjalanan hidupnya sebagai bagian dari proses Tuhan untuk menyelamatkan keluarganya dan juga bangsa-bangsa.
Kemurahan hati kita harus teruji di tahun-tahun kelimpahan, terlebih di tahun-tahun kesulitan. Amsal 15 : 6, Di rumah orang benar ada banyak harta benda. Bijak mengatur kepemilikan kita di tahun-tahun kelimpahan, akan membawa kita untuk bisa berkemurahan di tahun-tahun kesulitan. Kita menyiapkan bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Matius 5 : 7, Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Tuhan ingin kita murah hati, karena Dia murah hati. Tetapi bagaimana kita bisa bermurah hati, bila untuk diri kita sendiri pun kita belum bisa mengatur apa yang kita miliki? Tentu akan menjadi sesuatu yang sulit. Mungkin ada yang bertanya, dengan siapa saja saya harus bermurah hati? Tentu kita ingat dengan kisah orang Samaria yang diceritakan oleh Tuhan Yesus. Bermurah hatilah dengan semua orang. Tapi di dalam Alkitab, Tuhan juga mengajarkan kepada kita untuk tidak bertoleransi dengan dosa dan kemalasan. 2 Tesalonika 3 : 10, Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Bila ada orang yang mengalami kesulitan keuangan karena dosa dan kemalasan, hendaklah dia kita bawa dulu kepada pengenalan akan Tuhan, bantulah sesuai dengan keadaan darurat yang dia alami.
Mulailah dengan memprioritaskan Tuhan di atas segala sesuatu, terutama di dalam keuangan kita, kemudian belajarlah menabung dan berinvestasi di tempat-tempat yang baik, dan di sepanjang proses tersebut bermurah hatilah kepada banyak orang yang membutuhkan. Kita berdoa, kita bisa menjadi orang-orang yang bijak mengatur Ketika kelimpahan datang, dan menjadi orang-orang yang tetap bisa bermurah hati di tahun-tahun kesulitan.
Penulis Marta Ariestya Siburian ( Tenaga Pendidik Sekolah Tunas Pertiwi)
Sumber :
https://www.unido.org/stories/coronavirus-economic-impact-28-march-2020
https://www.youtube.com/watch?v=ODL4QlWUZ9k