Tulungagung,pelitakota – Kabar iuran maupun sumbangan kembali terjadi lagi di SMPN 1 Tulungagung, informasi tersebut didapatkan dari salah satu pengakuan orang tua murid yang mengatakan bahwa dirinya keberatan dengan biaya sekolah anaknya yang terlalu banyak.
“Inikan SMP Negeri 1 Tulungagung. Ini adalah sekolah milik pemerintah, seharusnya ada anggaran untuk itu, kenapa masih ada saja biaya yang bermoduskan iuran komite atau paguyuban yang di bebankan kepada siswa,” ucapanya.
Dirinya juga mengungkapkan seringnya di sekolah SMP Negeri 1 dengan biaya yang masih dibebankan kepada orang tua padahal kegiatan tersebut bisa diambil dari anggaran pemerintah.
Selain itu dirinya merasa di SMP Negeri 1 masih memakai sistem metode Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) yang mana ditengarai menimbulkan kecemburuan/kesenjangan sosial di tengah masyarakat.
“Ini masih seperti sekolah RSBI yang dulu karena bentuk iuran maupun sumbangan hanya ditujukan kepada kelas-kelas tertentu, berarti kan masih seperti dulu saat masih RSBI”, ungkapnya.
Dalam dunia pendidikan sebenarnya tidak perlu ada labelisasi, karena hal itu hanya akan mengotakkan ngotakan anak bangsa yang sebenarnya mempunyai hak yang sama tidak membedakan siswa anak orang kaya maupun siswa anak orang miskin dalam mengenyam pendidikan.
“Dalam dunia pendidikan, yang perlu ditekankan adalah standarisasi pendidikan nasional dengan mengacu pada tujuan dasar bernegara dan tujuan filosofis”, jelasnya.
Sementara itu, Kepala sekolah SMP Negeri 1 Tulungagung, Heni Hendarto saat di konfirmasi awak media mengatakan, bahwa terkait sumbangan merupakan usulan dari orang tua murid sendiri dalam sebuah rapat di sekolah.
“Saat ini sejumlah orang tua murid menginginkan agar untuk ekstrakurikuler seperti drumband diadakan dan untuk kegiatan itu membutuhkan anggaran yang besar”, terangnya.
Heni juga menambahkan jika tidak mau membayar ya sebaiknya anak tidak usah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
” Kalau keberatan ya lebih baik anaknya gak usah ikut ekstrakurikuler karena biayanya mahal, dan sekolah ini jangan disamakan dengan sekolah pinggiran karena sekolah disini butuh biaya yang besar juga untuk menutup semua kegiatan”, imbuhnya.(Dn)