Pelitakota.id | Suara Kebenaran Hari Ini | Kejadian 9:13-15, “Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup.”
*KESETIAAN ALLAH AKAN JANJINYA*
Pembuatan PERJANJIAN tentu memerlukan ikatan yang sungguh-sungguh antara kedua belah pihak, yang sebelumnya tidak memiliki kewajiban satu terhadap yang lain. Tindakan Allah mengikat diri dengan satu kelompok keluarga ini merupakan tindakan kasih karunia yang sepenuhnya sukarela. Nuh dan keluarganya tidak melakukan apa-apa sehingga layak memperoleh hubungan perjanjian ini, dan Allah tidak memiliki kewajiban apa-apa terhadap mereka. Selanjutnya, ini adalah perjanjian dengan seluruh umat manusia. Dengan menerima persyaratan dan menjadi taat, manusia mengikatkan diri dengan Khaliknya untuk menaati berbagai ketetapan ilahi dan mematuhi esensi dari ketetapan-ketetapan itu. Perjanjian tersebut perlu mempunyai tanda yang kelihatan sebagai pengingat. Tanda (ôt) ini akan merupakan jaminan dari ikatan rohani yang ada, yang menjamin kepastiannya yang tanpa akhir.
“Aku mengadakan (méqim) perjanjian-Ku … Busur-Ku Kutaruh (nãtan) di awan.”
Allah menciptakan pelangi dan memberikan makna ini kepadanya. Sekalipun demikian, mungkin juga Dia menunjuk kepada busur pelangi yang sudah ada sebelumnya sambil mengemukakan bahwa mulai saat itu pelangi tersebut memperoleh makna yang baru, kepastian akan kemurahan dan kasih karunia-Nya; tanda tersebut merupakan pengingat akan kasih-Nya. Haleluyah, kesetiaan Allah akan janji-Nya menjadi sebuah kepastian sorga bagi yang mengasihi-Nya. Amen. Pst.harts
