Pelitakota.Id
Mazmur 73:21-28
Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. —Mazmur 73:26
Dalam buku Fearfully and Wonderfully Made yang ditulis bersama Philip Yancey, Dr. Paul Brand mengamati bahwa “jantung burung kolibri yang beratnya hanya sepersekian ons dapat berdetak delapan ratus kali per menit; jantung paus biru yang beratnya setengah ton hanya berdetak sepuluh kali per menit, dan detaknya terdengar hingga lebih dari tiga kilometer jauhnya. Berbeda dengan kedua makhluk itu, jantung manusia terkesan tidak istimewa, tetapi melakukan fungsinya dengan baik dengan berdetak sebanyak 100.000 kali per hari [65-70 kali per menit] tanpa pernah berhenti satu kali pun, sehingga manusia dapat terus hidup sampai usia tujuh puluh tahun atau lebih.”
Karena begitu luar biasa fungsinya sebagai penopang seluruh kehidupan, jantung manusia dijadikan kiasan dari kesejahteraan batiniah seseorang dengan sebutan “hati”. Namun, jantung sebagai organ fisik maupun hati di dalam batin kita sama-sama rentan terhadap kegagalan. Apa yang dapat kita lakukan untuk menjaganya?
Pemazmur Asaf, seorang pemimpin pujian di Israel, mengakui dalam Mazmur 73 bahwa kekuatan sejati berasal dari sesuatu di luar manusia, yaitu Pribadi yang ilahi. Ia menulis, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya” (ay.26). Asaf benar. Allah yang hidup adalah sumber kekuatan kita yang utama dan abadi. Sebagai Pencipta langit dan bumi, Allah tidak terbatas dalam kuasa-Nya yang sempurna.
Di masa-masa penuh pergumulan dan tantangan, kiranya kita menemukan apa yang dipelajari oleh Asaf lewat pergumulannya sendiri: Allah adalah gunung batu, sumber kekuatan bagi hati kita. Kita dapat mengandalkan kekuatan-Nya hari demi hari. —Bill Crowder
WAWASAN
Asaf, yang namanya berarti “Yahwe telah mengumpulkan,” adalah penulis dua belas mazmur (Mazmur 50,73-83). Ia berasal dari suku Lewi dan merupakan salah seorang dari tiga pemimpin nyanyian dalam ibadah (1 Tawarikh 6:31, 39-43; 15:16-17; 16:4-5; 25:1-2). Ia juga seorang nabi atau pelihat (1 Samuel 9:9; 1 Tawarikh 25:2; 2 Tawarikh 29:30). Mazmur 73 adalah mazmur hikmat yang mengajarkan pembacanya cara menghadapi berbagai tantangan dan kesengsaraan hidup. Di dalamnya, Asaf mengungkapkan kepahitan mendalam yang dialaminya karena melihat kemakmuran orang fasik yang tidak adil (ay.1-14). Namun, ketika ia memahami kehadiran Allah dalam hidupnya, akhir hidupnya yang mulia, dan hukuman yang sudah ditentukan bagi orang fasik (ay.23-28), pandangannya mengenai dunia yang ada pun berubah. Karena yakin “tidak ada yang [diingininya] di bumi” (ay.25), Asaf menerima Allah yang berdaulat sebagai gunung batu kekuatannya, sumber perlindungannya, dan miliknya yang abadi (ay.25-28). —K.T. Sim
Bagaimana kondisi hatimu saat ini? Ketika kamu merasa sedang “tawar hati”, bagaimana kamu dapat menemukan dan mengandalkan kekuatan Allah Bapa yang penuh kasih?
Bapa Surgawi, aku bersyukur kepada-Mu karena ketika aku lemah, Engkau kuat. Ketika aku merasa tidak sanggup lagi, Engkau cukup bagiku. Ketika aku kehilangan arah, Engkau memberi jalan keluar.