Pelitakota.id | Suara Kebenaran Hari Ini | Kisah Para Rasul 17:22-23, Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.”
Di sini kita mendapati khotbah Rasul Paulus di Atena. Sudah kita lihat berbagai macam khotbah yang disampaikan para rasul kepada orang-orang Yahudi, atau orang-orang bukan-Yahudi yang mengenal dan menghormati Perjanjian Lama, dan yang menyembah Allah yang benar dan hidup, dan melulu yang harus mereka lakukan hanyalah menyatakan dan menyerukan bahwa Yesuslah Mesias. Tetapi di sini kita mendapati khotbah kepada orang-orang kafir, yang menyembah dewa-dewa palsu, dan hidup tanpa Allah yang benar di dalam dunia.
Berbicara dengan orang-orang kafir seperti di Atena itu, yang harus para rasul Paulus lakukan adalah menuntun mereka melalui pemeliharaan ilahi sehari-hari untuk mengenal Sang Pencipta dan menyembah Dia. Isi pembicaraan semacam ini sudah kita dapati sebelumnya, yaitu dengan orang-orang kasar penyembah berhala di Listra, yang mendewa-dewakan Barnabas dan Paulus (Kisah Rasul 14:15). Sedangkan yang dicatat di sini adalah mengenai para penyembah berhala yang lebih sopan dan halus di Atena. Sungguh mengagumkan khotbah itu, dan dalam segala hal disesuaikan dengan para pendengarnya dan dengan tujuan Paulus bagi mereka.
Disinilah dia harus meletakkan dasar, dan mengajar mereka tentang asas pertama dari semua agama, bahwa Allah itu ada, dan Allah itu satu. Ketika berkhotbah melawan dewa-dewa yang mereka sembah, ia tidak bermaksud untuk membuat mereka percaya bahwa Tuhan itu tidak ada, melainkan supaya mereka menyembah Allah yang benar. Socrates, yang sudah menelanjangi penyembahan berhala, didakwa di pengadilan ini, dan dikutuk, bukan hanya karena ia tidak menghargai apa yang oleh penduduk kota dianggap sebagai dewa-dewa, melainkan juga karena ia memperkenalkan dewa-dewa baru. Rasul Paulus memberi tahu mereka bahwa Allah yang diberitakannya kepada mereka adalah Allah yang sudah mereka sembah. Dan karena itu, ia sama sekali tidak menyodorkan dewa-dewa yang baru atau asing: “Karena kalian bergantung pada-Nya, maka Dia sudah mendapat semacam penghormatan dari kalian.” Dia adalah Allah yang mereka sembah tanpa mereka ketahui, yang merupakan cela bagi mereka, karena di seluruh dunia mereka terkenal dengan pengetahuan mereka. “Sekarang,” kata Paulus, “Aku datang untuk menghapuskan cela itu, supaya kamu bisa menyembah secara sadar Dia yang sudah kamu sembah tanpa kamu sadari. Dan pasti kamu senang jika ibadahmu yang buta diubah menjadi penyembahan yang masuk akal, sehingga kamu tidak menyembah apa yang tidak kamu kenal.”
Dibutuhkan kecerdikkan seperti ular dan tentunya dikerjakan dalam ketulusan seperti merpati untuk memberitakan kabar selamat kepada setiap orang. Haleluyah!!! (Pst.harts)