Pelitakota.Id | Adanya pandemi Covid 19 yang melanda dunia membawa kita kepada tantangan untuk beradaptasi dan berinovasi, termasuk dalam dunia pendidikan. Situasi yang membatasi pertemuan secara langsung antara pendidik dan anak didik, dalam situasi ini mau tidak mau membawa sistem pendidikan untuk beradaptasi sehingga bisa tetap relevan dalam menjawab kebutuhan anak didik untuk tetap bisa belajar. Sistem pendidikan tradisional yang mengandalkan tatap muka dengan guru tidak bisa dipaksakan di masa pandemi ini, mengingat harus adanya social distancing guna mencegah penyebaran Covid 19. Karena itu mau tidak mau kebutuhan pembelajaran menggunakan teknologi berbasis komputer dan internet (e-learning) yang membantu menjembatani interaksi pendidik dan anak didik sangat diperlukan.
Diperlukan model pembelajaran yang sesuai dan pembelajaran berbasis Blended Learning ini dinilai efektif untuk dilakukan di masa pandemi, khususnya di masa new normal dimana tatap muka sudah mulai bisa dilakukan sekalipun tetap dalam protokol kesehatan yang ketat. Bahkan memandang lebih jauh lagi ke depan di saat pandemi Covid 19 sudah berlalu pun, model pembelajaran berbasis Blended Learning tetap menjadi pilihan yang sangat baik untuk tetap dilakukan untuk mempersiapkan anak didik yang siap menghadapi perkembangan dan tantangan jaman, mandiri, kritis, berinisiatif tinggi, kreatif dan memiliki kemampuan memecahkan masalah.
Apa itu Blended Learning dan manfaatnya
Blended Learning sesuai namanya merupakan pembelajaran yang memadukan kekuatan tatap muka ( face to face ) dari pembelajaran tradisional dengan fleksibelitas dan sumber pembelajaran yang beragam dari e-learning. Tatap muka memudahkan pendidik menggali serta menilai pemahaman dan kompetensi anak didik secara langsung, dan memungkinkan interaksi langsung antara pendidik dengan anak didik maupun antara anak didik dengan anak didik lainnya. Fleksibilitas dari e-learning membuat anak didik belajar mandiri dari berbagai sumber yang difasilitasi oleh pendidik dengan memiliki kendali mandiri terhadap waktu, tempat, urutan belajar dan kecepatan belajar.
Pembelajaran berbasis Blended Learning bertujuan untuk memfasilitasi terjadinya belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar dengan memperhatikan karakteristik pembelajar dalam belajar ( Wasis, 2011 ). Karena itu dalam sistem pembelajaran Blended Learning pendidik seharusnya memposisikan diri sebagai fasilitator dimana anak didik diposisikan sebagai subyek dan bukan obyek.
Hamzah (2012) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis Blended Learning merupakan salah satu pilihan yang sangat baik untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih besar dalam berinteraksi antar manusia dalam lingkungan belajar yang beragam. Selain itu, salah satu keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran berbasis Blended Learning adalah meningkatkan daya tarik pembelajaran. Dengan memiliki daya tarik, tentunya siswa akan senang dan merasa tertantang untuk mengikuti pembelajaran. Seseorang yang senang terhadap sesuatu, akan termotivasi untuk melakukan kegiatan tersebut sehingga siswa yang biasanya pasif berubah menjadi lebih aktif.
Blended Learning juga dapat memfasilitasi berbagai gaya belajar anak didik, dimana masing-masing anak didik mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Dengan strategi Blended Learning, anak didik yang membutuhkan waktu lebih lama dalam menyerap materi dapat mempelajari kembali informasi secara offline atau online. Kemungkinan untuk menghadirkan pembelajaran dalam bentuk teks maupun gambar (diam maupun gerak) yang seringkali tidak bisa dilaksanakan dalam tatap muka akan memberikan kemudahan dalam memahami materi dengan lebih baik melalui metode offline atau online. Untuk meningkatkan motivasi anak didik tentunya harus dipikirkan faktor intrinsik dan ekstrinsik pendukungnya. Penerapan strategi Blended Learning merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang mendukung munculnya motivasi anak didik karena dapat meningkatkan daya tarik anak didik terhadap pembelajaran. Sedangkan faktor instrinsik yang berasal dari dalam diri anak didik salah satunya adalah dorongan kebutuhan belajar. Untuk memunculkan dorongan dari dalam diri anak didik tentunya kegaiatan pembelajaran harus sesuai dengan karakteristiknya sehingga anak didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Jika pendidik menyadari bahwa setiap anak didik memiliki cara yang berbeda dalam menyerap dan mempelajari informasi, maka setiap pendidik akan mengajar dengan berbagai cara yang berbeda atau mengajar dengan cara-cara yang lain dari metode mengajar yang standar. Dengan gaya mengajar yang berbeda-beda tentu sangat membantu anak didik dalam memahami informasi atau materi pelajaran yang disampaikan.
Lima kunci sukses dalam mengembangkan Blended Learning
Jared M. Carman (2005), menyebutkan lima kunci sukses dalam mengembangkan Blended learning. Lima kunci tersebut memberikan gambaran bagaimana pendidik dapat sukses menggunakan blended learning dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Adapun ke-5 kunci tersebut tersebut adalah :
- Live Event. Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama. Namun di masa new normal di tengah pandemi Covid 19, pertemuan langsung tetap perlu dibatasi dan hanya bisa dilakukan di zona hijau dan kuning dengan sistem shift dimana anak didik datang ke sekolah ataupun home visit dimana pendidik datang ke rumah anak didik ( khususnya untuk anak didik dengan keterbatasan jaringan internet ). Namun demikian, pola pembelajaran langsung ini pun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan. Untuk zona merah Live event hanya bisa dilakukan melalui virtual classroom.
- Self – Paced Learning. Yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan anak didik belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten ( bahan belajar ) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat disampaikan secara online (melalui web maupun melalui mobile device dalam bentuk: streaming audio, streaming video, dan e-book) maupun offline ( dalam bentuk CD dan cetak ).
- Collaboration. Mengkombinasikan baik pendidik maupun peserta didik yang kedua – duanya bisa lintas sekolah. Dengan demikian, pendidik yang menerapkan Blended Learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar teman sejawat atau kolaborasi antar anak didik dan pendidik melalui tool-tool komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/web blog, dan mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving dan project-based learning.
- Assessment. Dalam Blended Learning, pendidik harus mampu meramu kombinasi jenis penilaian baik yang bersifat tes maupun non – tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio). Disamping itu, juga perlu mempertimbangkan ramuan antara bentuk – bentuk assessmen online dan assessmen offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas anak didik mengikuti atau melakukan penelitian tersebut.
- Performance Support Materials. Jika kita ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual, perhatikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh anak didik baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3 dan DVD) maupun secara online. Jika pembelajaran dibantu dengan suatu Learning Management System (LMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik dan mudah diakses.
Penerapan Blended Learning
Penerapan Blended Learning memerlukan komitmen bersama antara pendidik, peserta didik dan orangtua ( khususnya untuk anak didik dengan usia yang lebih muda ). Karena dalam Blended Learning, pembelajaran tidaklah terpaku dari pertemuan tatap muka di sekolah saja, tapi merupakan suatu proses yang terus berkelanjutan juga di rumah yang membutuhkan pengawasan dan pendampingan orangtua.
Menerapkan Blended learning sebagai sebuah pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran dan gaya pembelajaran, dengan memanfaatkan berbagai pilihan media dialog antara pendidik dengan anak didik tentu membutuhkan penyesuaian terutama untuk sekolah yang terbiasa menerapkan pembelajaran tradisional sebelumnya. Dibutuhkan kemauan untuk terus belajar dan mencoba hal-hal baru ( khususnya yang berkaitan dengan teknologi dan multimedia ) serta semangat dari pendidik sehingga menimbulkan kreativitas, efektivitas dan inovasi dalam pembelajaran. Para pendidik sebagai fasilitator harus memberi ruang yang besar untuk anak didik mengeksplorasi dirinya dalam proses belajar, menolong anak didik mengeluarkan kemampuan terbaiknya sehingga pengetahuan yang diberikan dapat menjadi sebuah pengalaman dan pada akhirnya pengalaman itu menjadi kompetensi. Pertemuan tatap muka secara langsung seharusnya tidak dihabiskan untuk menyampaikan materi tetapi lebih banyak dipakai untuk berdiskusi, berinteraksi dan mengeksplorasi apa yang sudah dipelajari serta memecahkan masalah ( problem solving ) bersama. Materi yang dipelajari hendaknya dipersiapkan juga dalam bentuk audio ataupun video yang bisa dipelajari kembali dan diperdalam oleh murid secara mandiri bahkan di luar jam sekolah. Anak didikpun diberi ruang untuk memperdalam wawasan belajarnya dengan mengakses secara online resource dengan bantuan rekomendasi pendidik (khususnya untuk anak didik dengan usia masih sangat muda). Intinya tujuan utama pendidik dalam mengajar bukanlah untuk mengejar target menghabiskan materi pembelajaran, namun memastikan anak didik menangkap esensi utama dari topik pembelajaran tersebut, memiliki kemampuan critical thinking dan problem solving sehubungan dengan topik tersebut sehingga pada akhirnya melahirkan kompetensi yang tentunya diiringi dengan karakter positif.
Di sisi lain bagi anak didik, penerapan Blended Learning diharapkan menarik dan mengoptimalkan proses pembelajaran. Menarik karena pembelajaran dapat mengakomodasi kegemaran anak didik mengakses internet dan optimal karena menggunakan beragam media dan sumber belajar yang dapat menyesuaikan karakteristik gaya belajar anak didik. Di samping itu Blended Learning dapat memberi kesempatan kepada anak didik untuk belajar mandiri di luar kelas dengan pendampingan orang dewasa yang ada di sekitar anak didik. Blended learning memungkinkan anak didik memiliki wawasan keilmuan yang lebih luas karena media belajarnya bersifat global (online) dan dapat berkolaborasi dengan anak didik dan pendidik di sekolah sendiri maupun dari sekolah lain. Anak didik bukan lagi menjadi obyek yang hanya menerima materi belajar namun menjadi pembelajar yang mampu memahami pembelajaran yang diberikan, menjadikannya pengalaman dan melahirkan kompetensi. Sehingga pada ujungnya anak-anak didik bertumbuh menjadi pribadi berkarakter positif yang mampu berpikir kritis, memiliki kesanggupan memecahkan masalah, kreatif, inisiatif, inovatif dan memberi kontribusi positif bagi lingkungan sekitar, bagi kota dan bangsanya bahkan bagi dunia.
Penulis : Shinta Lia Wijaya, Pengurus Yayasan Terang Nusa dan Rumah Belajar Bogor
Daftar Pustaka
- 2011. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Bahan Pelatihan dan Lokakarya Kepala Sekolah dan Guru Yayasan Perguruan Kristen Harapan
- 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
- https://media.neliti.com/media/publications/103289-ID-pengaruh-strategi-blended-learning-dalam.pdf
- Carman, Jared M. 2009. Blended Learning Design: Five Key Ingredients, Director, Product Development Knowledge Net, October 2002 www.brandon-hall.com. Erişim tarihi: 15 February 2009 dalam http://www.ubicc.org/files/pdf/1_355.pdf diunduh 12 Juli 2016
- Menggagas Pendekatan Blended Learning Di Sekolah Dasar. Prosiding Temu Ilmiah Nasional Guru (Ting) VIII