1 Korintus 15:33-34 (TB) 33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. 34 Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu.
Pelitakota.id Setiap orang pasti memiliki kebiasaan yaitu kebiasaan yang baik dan juga kebiasaan yang buruk. Kebiasaan terbangun melalui pergaulan dan Rasul Paulus mengatakan bahwa pergaulan yang buruk akan merusak kebiasaan yang baik. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus menulis tentang guru-guru palsu yang datang ke gereja di Korintus dan mengajarkan bahwa kebangkitan Yesus Kristus tidaklah benar. Orang-orang ini hanya mempertimbangkan keberadaan fisik mereka dan menolak kehidupan setelah kematian atau kebangkitan (1 Korintus 15:32). Akibatnya, pandangan moral mereka terhadap kehidupan mempengaruhi orang-orang percaya di Korintus. Dalam ayat ini orang-orang di Korintus yang menolak kebangkitan Kristen untuk menerima apa yang benar. Kini Paulus memperingatkan mereka semua agar tidak tertipu oleh mereka yang tidak percaya pada kebangkitan. Dalam pasal 5, Paulus memperingatkan jemaat Korintus untuk tidak bergaul dengan orang-orang percaya lainnya yang melakukan berbagai macam maksiat (1 Korintus 15:11).
Paulus memberi tahu kita bahwa jika kita bergaul dengan guru-guru palsu, kita akan mendapat pengaruh buruk dari mereka. Yang benar adalah ajaran palsu tidak membawa kepada kesucian. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk berhati-hati dengan siapa kita menjalin hubungan, terutama dengan mereka yang berada di luar gereja karena orang-orang yang tidak percaya dapat menyebabkan bahkan orang-orang Kristen yang paling kuat sekalipun menjadi goyah dalam iman mereka dan berdampak buruk pada perjalanan mereka bersama Kristus dan kesaksian mereka kepada dunia. Inilah sebabnya Paulus mengatakan kepada kita, “Jangan sesat” dan poin yang Paulus sampaikan di sini berkaitan dengan semua orang di segala usia. Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1Kor. 15:33). Dalam hal ini Paulus menyampaikan surat tersebut kepada jemaat Korintus yang mengacu kepada situasi ketika sebuah ajaran yang tidak mempercayai kebangkitan Kristus beredar di jemaat Korintus. Para guru palsu berusaha untuk mempengaruhi jemaat Korintus sehingga banyak jemaat yang tepengaruh dari ajran tersebut. Paulus dengan tegas mengingatkan jemaat agar tidak terjebak dalam ajaran tersebut dan agar mereka lebih memperhatikan pergaulan mereka, dan jangan sampai segala yang baik yang telah mereka capai menjadi hilang dan hancur dikemudian hari.
Pada ayat sebelumnya, Paulus berpesan agar mereka tidak tertipu oleh orang-orang yang mempercayai hal-hal tersebut. Dan secara langsung Paulus menyuruh mereka bangun dari keadaan mabuk. Dalam istilah modern, hal ini dapat dikatakan sebagai “keluar dari situ!” Paulus tidak berbicara tentang kemabukan yang disebabkan oleh alkohol, tetapi tentang keadaan jiwa dan pikiran yang kurang baik. Kelompok ini membiarkan diri mereka terjebak dalam perdebatan mengenai kebangkitan. Namun sebaliknya, mereka seharusnya berpegang pada kebenaran yang jelas bahwa karena Kristus telah dibangkitkan secara fisik dari kematian, maka semua orang yang menjadi milik-Nya juga akan dibangkitkan. Paulus tidak hanya sekedar menasehati jemaat, melainkan juga mengingatkan jemaat agar jangan berbuat dosa lagi. Ini berkaitan dengan kesalahan perilaku. Paulus memerintahkan mereka untuk berhenti berbuat dosa dengan menyimpan gagasan palsu ini dalam hati dan pikiran mereka. Mereka tidak boleh membiarkan hal ini mengarahkan mereka ke arah tindakan yang tidak bermoral. Intinya adalah, betapa pun pintarnya mereka membayangkan diri mereka dalam pandangan duniawi, mereka tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang Tuhan. Paulus menegaskan bahwa mereka seharusnya malu akan hal ini. Mengenal dan mempercayai Tuhan adalah satu-satunya jalan menuju kehidupan yang benar.
Ketika kita bergaul atau senang bergaul dengan orang-orang yang bermoral duniawi, kita berisiko meniru perilaku, bahasa, dan kebiasaan mereka. Tak lama kemudian, kita tidak lagi menjadi pengikut Kristus, namun menjadi pengikut dunia yang menolak otoritas absolut, menolak Alkitab sebagai Firman Tuhan, dan ideologi moralitas relatif. Hal ini terutama berlaku bagi generasi muda yang umumnya mudah dipengaruhi oleh teman sebayanya. Kaum muda sangat membutuhkan persetujuan orang lain. Mereka begitu termotivasi oleh perlunya penerimaan sehingga hikmat ilahi dalam pengambilan keputusan dapat diabaikan begitu saja ketika menghadapi tekanan dari teman sebaya. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua remaja terutama untuk mewaspadai pengaruh pergaulan yang buruk.
Untuk itu, setiap orang Kristen harus memperhatikan dua hal. Pertama, dengan siapa kita bergaul. Kedua, bagaimana cara kita bergaul. Dimanapun kita bertempat tinggal tetaplah menjadi teladan dan memiliki dampak yang positif bagi banyak orang. Serta, biarlah Firman Tuhan menjadi pedoman dalam hidup kita. Bergaul tidak salah, tetapi kita harus bisa kritis terhadap pendapat atau ajakan teman-teman. Tetaplah menjaga diri kita supaya tidak mudah terpengaruh dan juga tidak mudah untuk disesatkan. Pegang prinsip kebenaran baik-baik dan jangan gadaikan demi solidaritas, demi status, demi pertemanan, ingin terlihat hebat dan sebagainya. Oleh sebab itu, carilah pergaulan yang baik dan bergaul lah dengan orang-orang yang berpikiran positif agar hidup kita diberkati Tuhan.
Penulis Anita R Sitio,SP.,M.Pd.K dan Naomi Anggriani Panjaitan,S.Ag STT Kadesi
Editor Romo Kefas