Yadatthaṁ bhogaṃ iccheyya,
paṇḍito gharamāvasaṁ;
So me attho anuppatto,
kataṁ ananutāppiyaṁti;
Apa yang menjadi tujuan
seorang perumah tangga yang baik,
dalam mengharap harta telah kucapai
telah kulakukan tindakan yang tak menimbulkan penyesalan.
(Ādiyasutta, AN. 5.41)
Pelitakota.id Dalam kehidupan modern saat ini, banyak yang menganggap uang sebagai ukuran utama kesuksesan dan kebahagiaan. Dalam ajaran agama Buddha, uang dan kekayaan materi bukanlah tujuan utama hidup. Buddha menekankan bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri dan bukan dari akumulasi kekayaan atau benda-benda material.
Pandangan Buddha tentang Kekayaan. Buddha tidak memandang uang sebagai sesuatu yang buruk. Beliau mengajarkan bahwa kekayaan dapat mendukung kehidupan yang nyaman dan memungkinkan untuk membantu orang lain. Namun, Buddha memperingatkan agar tidak menjadi terikat atau diperbudak oleh uang. Kekayaan harus digunakan dengan bijak dan penuh tanggung jawab untuk mendukung kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat.
Keinginan dan Penderitaan. Keinginan yang tak ada habisnya dapat menyebabkan dukkha atau penderitaan. Keinginan sering membuat manusia merasa tidak pernah puas, selalu menginginkan lebih, yang akhirnya menyebabkan ketidakpuasan yang terus-menerus. Kebahagiaan sejati tidak dapat dicapai melalui pemenuhan keinginan materi yang terus-menerus, tetapi melalui penerimaan dan ketenangan batin.
Prinsip Ketidakkekalan. Anicca atau ketidakkekalan mengingatkan bahwa segala sesuatu termasuk kekayaan materi, bersifat sementara. Kesadaran akan ketidakkekalan membantu manusia untuk tidak terlalu terikat pada uang dan mendorong kita untuk mencari kebahagiaan dalam hal-hal yang lebih abadi, seperti hubungan baik dan kehidupan yang penuh kebajikan.
Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari, dapat diterapkan sebagai berikut: (1) hidup sederhana dan merasa cukup: Buddhisme mendorong kita untuk hidup dengan kesederhanaan dan merasa cukup dengan apa yang kita miliki, fokus pada kebutuhan dasar daripada keinginan yang tak ada habisnya; (2) Praktik Pemberian (Dana): Berbagi kekayaan dan membantu orang lain tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang menerima tetapi juga memperkaya hidup kita dengan kebajikan dan kebahagiaan; dan (3) Pengembangan Kesadaran: Melalui meditasi dan kesadaran, kita bisa melihat uang dan kekayaan dalam perspektif yang lebih luas, memahami bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri kita, bukan dari hal-hal materi.
Kesimpulan. Dalam pandangan agama Buddha, uang bukanlah segalanya. Meskipun uang dapat memberikan kenyamanan dan mendukung kehidupan yang baik, kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam kekayaan materi. Buddha mengajarkan bahwa kebahagiaan abadi datang dari pemahaman diri yang mendalam, kehidupan yang penuh kebajikan, dan cinta kasih serta belas kasihan terhadap orang lain.
Dhika Wiratama, S.Pd. (Penyuluh Agama Buddha Kantor Kementerian Agama Kab. Bekasi)