STT IKAT Bergemuruh: Arya Wedakarna “Sentil” Generasi Kristen, “Jangan Jadi Penonton, Rebut Panggung Indonesia!”

Spread the love

Jakarta, 25 September 2025 – Aula Kampus Biru STT IKAT Jakarta mendadak terasa sesak, bukan hanya oleh ratusan peserta dialog kebangsaan, tapi juga oleh energi yang membara dari seorang Arya Wedakarna. Senator DPD RI ini datang bukan untuk memberikan pidato normatif, melainkan untuk mengguncang paradigma generasi muda Kristen. Tema “Merawat Nalar Sehat Bangsa Demi Peradaban Damai” menjadi arena pertarungan ide, di mana Arya tanpa tedeng aling-aling menantang generasi Kristen untuk tidak hanya menjadi objek persekusi, tapi menjadi subjek perubahan.

Sebelum Arya naik panggung, Yusuf Mujiono, nahkoda Pewarna Indonesia, sudah lebih dulu memanaskan suasana. Dengan retorika yang khas, Yusuf menekankan bahwa kolaborasi lintas iman adalah kunci membangun Indonesia yang inklusif. “Hindu sangat menghargai agama, masyarakat, dan juga ikatan ekonomi yang saling terhubung,” ujarnya, seolah ingin meruntuhkan tembok-tembok prasangka yang selama ini memisahkan berbagai kelompok agama.

Giliran Dr. Jimmy MR Lumintang memberikan pujian setinggi langit untuk Arya. “Menghadirkan seorang senator DPD RI sekaligus tokoh muda Hindu adalah momentum emas untuk membangun nalar sehat bangsa,” kata Jimmy, mengisyaratkan bahwa inspirasi bisa datang dari mana saja, termasuk dari tokoh agama yang berbeda keyakinan.

Inilah saat yang ditunggu-tunggu. Arya Wedakarna, dengan gaya bicaranya yang lugas dan tanpa basa-basi, langsung menyerang titik-titik lemah generasi Kristen. Ia menolak mentalitas “korban” yang menurutnya justru menghambat kemajuan.

“Keberimanan tidak diukur dari angka, status, atau retorika. Ia dinilai dari kualitas hidup, perilaku, kerendahan hati, serta kebermanfaatan nyata bagi orang lain,” tegas Arya, seolah menantang para hadirin untuk bercermin dan bertanya, “Sudahkah iman saya berdampak positif bagi orang lain?”

Arya juga menyinggung pernyataan kontroversial Donald Trump tentang persekusi terhadap Kristen. “Saya kagum dengan Nasrani, mereka kuat, bukan pendendam. Saya yakin Kristen akan menjadi besar di Indonesia ini. Saat ini ada sekitar 25 juta umat Kristen di Indonesia,” ujarnya, memberikan suntikan semangat sekaligus beban tanggung jawab yang besar.

Tak hanya memberikan motivasi, Arya juga membekali generasi Kristen dengan peta strategi. Ia membedah kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi umat Kristen di Indonesia. Ia menyoroti potensi besar di provinsi-provinsi dengan mayoritas Kristen, namun juga mengingatkan tentang tantangan internal seperti perpecahan dan kurangnya inovasi.

Arya Wedakarna dengan lantang menegaskan bahwa Pancasila adalah fondasi yang kokoh bagi semua agama di Indonesia. “Pancasila itu cocok untuk semua agama untuk menyemai kebaikan, perdamaian, dan persatuan,” ujarnya, menepis segala upaya untuk membenturkan agama dengan ideologi negara.

Arya tak lupa memberikan wejangan untuk generasi muda Kristen yang hidup di era digital. “Merawat nalar sehat adalah bagian dari menjaga mental health. Anak muda sering rapuh, mudah terganggu hanya karena status di media sosial. Karena itu, hati-hati dalam bermedsos, jangan mudah ditebak, dan jangan menjual diri terlalu murah,” pesannya, mengingatkan tentang bahaya over-sharing dan cyberbullying.

Lebih jauh, Arya menekankan pentingnya penguasaan teknologi, ekonomi, dan budaya. “Anak muda Kristen perlu bangkit menjadi bagian dari gerakan global. Mereka harus bersandar kepada Tuhan, tetapi sekaligus berpikir logis, menguasai teknologi, ekonomi, budaya, dan berjiwa pancasilais,” tegasnya, seolah ingin membangkitkan “singa-singa” muda yang siap merebut panggung Indonesia.

Ketika salah seorang peserta mengeluhkan kurangnya guru agama Kristen di sekolah negeri di Bali, Arya langsung menawarkan solusi konkret. “Ajukan usulan resmi ke pemerintah daerah, saya siap membantu menindaklanjuti,” janjinya, membuktikan bahwa ia bukan hanya pandai berteori, tapi juga siap turun tangan.

Moderator Ashiong P. Munthe menutup acara dengan testimoni yang menyentuh. Ia menegaskan bahwa Arya Wedakarna adalah sahabat sejati komunitas Kristen yang selalu hadir dalam suka maupun duka

Dialog kebangsaan ini bukan sekadar acara rutin, melainkan momentum transformatif bagi STT IKAT. Arya Wedakarna telah menyulut api semangat di hati generasi muda Kristen. Pertanyaannya, apakah mereka berani keluar dari zona nyaman dan menjawab panggilan untuk berkontribusi nyata bagi bangsa? Waktu yang akan menjawab.

Jurnalis: Vicken Highlanders
Editor: Romo Kefas

Tinggalkan Balasan