Sinode CMC laksanakan Training Kepemimpinan dengan Tema“Membangun dan Mengembangkan Gereja di masa Pandemi Covid-19”

Spread the love

Jakarta, Pelitakota.Id | dalam dunia pelayanan gereja  tidak boleh terjadi Stag dalam mengikuti di era Globalisasi dan era digital saat ini,  dengan pemahaman tersebut maka  Sinode Gereja Christian Ministry Church (CMC) menggelar acara Training Kepemimpinan dengan tema “Membangun dan Mengembangkan Gereja di masa Pandemi Covid-19″.

Pelatihan yang dikuti oleh para gembala sidang gereja CMC dan dilaksanakan selama dua hari yang dimulau dari tanggal 22 Januari – 23 dengan menerapkan protokol kesehatan, serta bertempat di Auditorium Light, ruko pertokoan Pulomas, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur.

Dengan Pembicara tunggal Ps Joshua Pitoy salah seorang motivator yang juga menggembalakan sebuah gereja di Lippo Karawachi Tangerang

Ketua Sinode Gereja Christian Ministry Church (CMC) Rev Dr Gunadi Gunawan

Dalam kata sambutannya, Ketua Sinode Gereja Christian Ministry Church (CMC) Rev Dr Gunadi Gunawan, menyatakan,”Gereja harus meningkatkan kualitas SDM dan keterampilan sebagai seorang pendeta, agar bisa lebih baik memberikan pelayanan kepada umat yang dipercayakan untuk digembalakannya, oleh karena itu Para hamba Tuhan harus juga pro aktif terus meningkatkan kualitas diri (kapasitas/kompetensi) dirinya dalam menangkap perkembangan jaman di era globalisasi dan era digital, Para pendeta sebagai pemimpin umat harus kreatif dan berhikmat serta memiliki terobosan dalam mengikuti perkembangan dan perubahan zaman yang begitu cepat berubah karena faktor dan dampak Pandemi Covid-19 yang saat ini juga melanda dunia dan Indonesia. Dalam masa-masa krisis seperti saat ini para pendeta atau gembala perlu melakukan perubahan dan perbaikan dalam hal (gaya, cara dan konsep) kepemimpinan. Sebab faktor kepemimpinan merupakan faktor penentu berhasil atau gagalnya pelayanan dan organisasi gerejawi.”

Rev. Dr. Gunadi Gunawan menekankan pentingnya acara training ini. “Agar pelayanan suatu Gereja dapat lebih dimaksimalkan dan perlu dibangun sebuah sinergisitas team work kepengurusan Gembala sidang yang berisi 3 point penting, yakni: Kapasitas, Integritas dan Loyalitas.”

Menurut pengamatannya banya kasus, dimana para pengurus dan pemimpin Gereja tidak bekerja secara maksimal bahkan mengundurkan diri karena tidak memperhatikan ketiga hal tersebut.

“Tidak ada ide, dan kontribusi apapun yang ada hanya menkritik terus dan akhirnya bubar. Oleh karena itu pentingnya dibangun tim work yang mempunyai dasar yang benar,” ujar Gunadi.

Rev Gunadi juga mengatakan gembala harus punya tim work dengan mindset agar dapat melakukan perkara besar, dan bukan yang mempunyai pandangan atau pemikiran yang kecil, percuma tidak akan berkembang.

“Saya pelajari bagaimana orang besar yang dipakai luar biasa oleh Tuhan karena mereka mempunyai kapasitas yang besar. Ini bukan teori kemakmuran ya, tetapi Tuhan menginginkan umatNya melakukan perkara yang besar seperti kisah nabi Musa dahulu,” tegas Rev. Gunadi.

“Kalau anda kapasitasnya kecil, tidak mungkin bisa menjadi great leader,” tegasnya

Acara yang dilanjutkan dengan ibadah yang juga dipimpin  oleh Rev. Dr Gunadi Gunawan,  dalam khotbahnya ia mengangkat dari ayat alkitab 1 Timotius 4:12. Ayat ini menurutnya adalah kembali penegasan dari Tuhan agar umatNya mempunyai wawasan atau kapasitas yang besar.

Bukan hanya itu saja dalam ayat Ulangan 28:13 dan Roma 8:15 juga ditekankan  bahwa itu adalah janji Tuhan sehingga umat Tuhan harus mempunyai kepercayaan diri dan berhak memiliki kapasitas besar karena identitasnya sebagai anak Tuhan.

“Ingat ya gembala sidang harus mempunyai team work yang sehati, sepikir dan mempunyai kapasitas besar jika tidak maka pertumbuhan gereja akan mengalami stagnasi,” bebernya.

Acara yang kemudian dilanjutkan dengan materi training oleh Ps Joshua Pitoy, STh dengan tema Membangun dan Mengembangkan Gereja di Masa Pandemi Covid-19. Dia menekankan perlunya acara ini untuk mengetahui tentang seluk beluk leadership training akibat perubahan zaman.

Pandemi covid-19 ini telah membuat banyak perubahan yang terjadi dalam masyarakat namun Ps Joshua menuturkan bahwa hal itu tidak perlu kuatir karena selalu ada jalan dalam kondisi apapun karena Tuhan Yesus adalah sumber hikmat.

Dia menceritakan pengalamannya waktu membuka pelayanan pertama kali dimulai dari gereja khusus orang asing tetapi selama bertahun-tahun tidak ada jiwa yang datang. Sampai ia pindah jurusan di STT Bethel Petamburan namun belum juga maksimal.

Hingga suatu saat Ps Joshua sadar bahwa bukan kuat dan gagah sesorang yang membuat pelayanannya berhasil tetapi hikmat Tuhan.

Lebih lanjut ia menuturkan maju tidaknya sebuah gereja adalah tergantung dari siapa yang menjadi kepala gereja tersebut kalau yang menjadi kepalanya para hamba Tuhan bukan Kristus pasti akan mengalami kemunduran bahkan tidak jarang gerejanya akan tutup.

“Harus diingat yang punya gereja adalah Tuhan Yesus, kita hanya sebatas manager,” ujar hamba Tuhan dan juga gembala di GBI Karawaci ini.

Ps Joshua menuturkan bahwa pandemi ini adalah sebuah peluang bagi gereja sebenarnya untuk menjadi serupa dengan karakter Kristus yang membawa nilai hidup tentang kedamaian.

Strategi penginjilan juga saat ini harus berubah sama seperti kedatangan Tuhan Yesus untuk orang berdosa bahkan Ia tidak segan-segan makan bersama dengan pemungut cukai.

“Yesus tidak alergi dengan orang berdosa, karena Ia sadar bahwa kedatangan Nya buat orang berdosa, seharusnya ini diterapkan oleh hamba Tuhan saat ini,” tutur dia.

Ps Joshua juga memaparkan materi yang sesuai dengan konsep alkitab yaitu dalam Roma 6:18 dan ayat 20 dikatakan bahwa semua orang percaya pada prinsipnya adalah hamba Tuhan sehingga ada saling menghargai, tidak mengangap dirinya lebih dari yang lain masing-masing bertanggung jawab kepada Tuhan.

Setelah coffee break acara dilanjutkan pada sesi kedua tentang kepemimpinan hamba, karena alkitab dalam Markus 9:35 mengatakan barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Bahkan dalam dunia sekuler konsep ini dikenal dan terkenal seperti yang katakan oleh Robert Greenleaf dengan slogannya: Good leaders must first become good servants.

Di akhir sesi trainingnya Ps Joshua mendorong agar para hamba Tuhan termasuk gembala gereja agar mempunyai sikap yang rendah hati dan mau menjadi hamba. “Saat anda mengambil keputusan untuk menggembalakan jemaatNya anda harus menjadi hamba,” pungkasnya (PN)

Tinggalkan Balasan