Ucapan Syukur Pengakuan Keris UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia.
Sleman,pelitakota.id Sekretariat Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji Nusantara atau lebih dikenal dengan SENAPATI NUSANTARA yang berada di Jalan Lingkar Selatan 69, Sokowaten, Tamanan Banguntapan Yogyakarta menjadi tempat berkumpulnya para pelestari Budaya Keris di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Seperti tahun-tahun sebelumnya, secara konsisten malam itu (25/11), tak kurang sekitar 50-an orang _pandemen_ keris berkumpul bersama untuk ikut berpartisipasi dalam doa syukur 19 tahun pengakuan Keris UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Dunia.
Acara ini dihadiri oleh Ki Nurjianto (Wasekjen SENAPATI NUSANTARA dan Ketua Forum Komunikasi Paguyuban Tosan Aji DIY), Ki Eko Supriyono dan Ki Budiharja (Sesepuh Perkerisan Nasional dan DIY), serta para Kolektor Keris Nasional, diantaranya, ada Salim A. Fillah, Jugil Adiningrat, Rudy Belly, Ijan, Adi Susanto, Sutopo.
Selain itu, turut hadir Budayawan Sunda, Abah Daniel, yang belum lama menerima penghargaan Anugerah Figur Budaya Nasional (2022) dari Persatuan Wartawan Nasrani Nasional (PEWARNA), bersama para pelestari Budaya Keris Yogyakarta dan sekitarnya.
*Indonesia Kota Budaya Keris Dunia*
Sejauh ini, Keris telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Dunia pada 25 November 2005 silam, diantara 13 ikon Warisan Budaya Tak Benda pendukung dari Indonesia dalam ICH
(Indonesia Intangible Cultural Heritage) yang telah diakui UNESCO.
“Kegiatan perayaan ini juga sebagai bentuk dukungan kami sebagai Pelestari Budaya Keris, demi menuju Indonesia sebagai Kota Budaya Dunia dan perjuangan untuk bisa memperoleh Penetapan Hari Keris Nasional dari Pemerintah RI di 25 November, sesuai pengakuan UNESCO,” tegas Ki Nurjianto atau akrab dipanggil Gus Poleng ini sembari berharap.
Pada kesempatan itu, juga dihadirkan kembali Keris Pusaka Kanjeng Kyahi Panji Kencana yang diperkenalkan oleh Ki Eko Supriyono. Baginya, “Keris Luk 5, dengan _dhapur_ Pandawa Lalermengeng Kinatah Emas Kamarogan dengan pamor Pancuran Mas Wos Wutah Ngintip ini sangat layak untuk menjadi ikon keris pilihan yang saat itu dijadikan cover Proposal Keris UNESCO tahun silam.
Secara simbolis keris tangguh Majapahit dengan kinatah emas yang terdapat di bagian bilah, _mendhak_ motif kendit dengan bahan emas permata intan prongkol dan _pendok_ model bunton motif _rinajawerdi_ warangka branggah Yogyakarta kayu timoho dan _deder_ kayu tayuman wondo taman banaran.
Kemudian ikut diloloskan dan diperlihatkan bersama kepada semua tamu dan undangan yang hadir sebagai bentuk keabsahan ucapan rasa syukur sekaligus menjadi bagian dari gaung pengingat perjuangan menuju penetapan Hari Keris Nasional.
Keris Pusaka ikon UNESCO Kanjeng Kyahi Panji Kencana Kinatah Emas Kamarogan itu, kini menjadi salah satu keris koleksi andalan dari kolektor keris Yogyakarta, Salim A. Fillah.
“Peringatan Pengakuan Keris UNESCO ini adalah agenda tahunan yang di inisiasi bersama antara SENAPATI NUSANTARA dan Forum Komunikasi Paguyuban Tosan Aji DIY (FKPTA – DIY) sebagai ajang sapa-aruh sekaligus silaturahmi para pelestari Budaya Keris di Yogyakarta,” ungkap Ki Arya Pandhu, mewakili Museum dan Galeri Keris Sanggar Keris Mataram (SKM) Yogyakarta.
Sejalan dengan itu, menurut Abah Daniel, “Keris sebagai seni tempa pamor adiluhung Budaya Nusantara ini harus tetap dapat dilestarikan dan diwariskan bersama secara berkelanjutan. Agar stigma keris terkait benda klenik, mistik dan magis dapat diimbangi dengan transformasi keilmuannya dalam domain pengetahuan tradisional, teknologi tradisional dan seni,” tandasnya bersemangat sembari menutup perbincangan.[R_KFS74D]