SRAGEN – Bupati Sragen Sigit Pamungkas menegaskan komitmen pihaknya untuk tetap berperan sebagai penghasil beras utama di Provinsi Jawa Tengah. Terlebih, pada 2024 lalu, wilayah itu telah mencatatkan surplus beras sebesar 314.301 ton.
Hal itu disampaikan bupati, saat mengikuti panen raya nasional di Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Senin (7/4/2025). Kegiatan panen raya nasional tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan Panen Raya Serentak 14 provinsi dan 156 kota/ kabupaten se-Indonesia, bersama Presiden RI Prabowo Subianto, yang dipusatkan di Jawa Barat.
Pada panen tersebut, Sigit Pamungkas sekaligus berkesempatan mencoba mesin combine harvesting bantuan dari Kementerian Pertanian, untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas petani.
Menurut Sigit, pada 2024, Sragen memiliki luas lahan baku sawah (LBS) seluas 40.254 hektare, atau 40 persen dari total luas wilayah 99.457 hektare. Luas lahan baku sawah tersebut membuktikan keefektifan Sragen dalam produksi padi.
Sementara total produksi gabah kering giling (GKG) sebesar 732.281 ton atau setara 421.105 ton beras, di mana Sragen telah melampaui kebutuhan konsumsi beras lokal yang hanya 106.804 ton per tahun.
“Ini memungkinkan kabupaten ini memenuhi kebutuhan penduduknya, selama hampir tiga tahun ke depan,” jelasnya.
Tak hanya itu, imbuh bupati, produktivitas padi Sragen juga di atas rata-rata nasional dan provinsi, yakni 6,56 ton per hektare GKG. Sementara rata-rata nasional hanya mencapai 5,29 ton, dan Jawa Tengah 5,72 ton.
Pada 2025 ini, realisasi tanam padi periode Januari hingga 7 Maret telah mencapai 34.614 hektare, sedangkan jagung 8.277 hektare.
“Ini membuka peluang bisnis bagi petani kita untuk menyuplai daerah yang mengalami defisit beras,” lanjutnya.
Sedangkan angka Indeks pertanaman di Sragen mencapai 2,41 pada 2023, salah satu yang tertinggi di Indonesia, menandakan petani menanam padi dua hingga tiga kali setahun.
“Keberhasilan ini didukung oleh infrastruktur irigasi yang kuat dan pengelolaan air tanah melalui 25.000 sumur dangkal dan dalam,” urainya.
Bupati Sigit juga menekankan pentingnya kolaborasi antara petani, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat untuk mengatasi tantangan seperti hama dan risiko gagal panen, khususnya di daerah rawan banjir melalui Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).