JEPARA – Kopi-kopi yang digunakan untuk kegiatan pemecahan rekor Muri, menyeduh dan minum kopi terbanyak di Jepara berasal dari produksi lokal. Disuplai secara swadaya oleh desa-desa penghasil komoditas ini di Bumi Kartini. Para kepala desa atau petinggi meyakini, kontribusinya tersebut bisa mendorong perluasan pasar kopi khas Jepara.
Pemecahan rekor Muri ini bakal terkemas dengan event gelar budaya tradisional di objek wisata Pantai Tirto Samudro, Bandengan pada 12 Mei 2024 mulai pukul 13.30. Kegiatan massal itu juga dinilai dapat meningkatkan posisi tawar produk kopi Jepara. Seperti yang diharapkan oleh Petinggi Kunir, Kecamatan Keling, Sucipto. “Semoga dengan kegiatan ini kopi-kopi di Jepara, khususnya yang dari wilayah Keling ini semakin dikenal luas,” tuturnya, Kamis (9/5/2024).
Dari Kecamatan Keling, selain Desa Kunir ada pula tiga lagi desa penghasil kopi di kecamatan ini. Damarwulan, Tempur, dan Watuaji. Desa-desa tersebut berpartisipasi dengan menyuplai total 10 kilogram bubuk kopi robusta. “Kemarin sudah kita kirim,” kata dia.
Sebelumnya, Asisten II Sekda Jepara Hery Yulianto menjelaskan bahwa kegiatan itu dilaksanakan tanpa kocek Pemkab Jepara. Terselenggara murni dari swadaya masyarakat, dan tidak menggunakan dana dari APBD kabupaten.
Kopi yang digunakan untuk acara pemecahan rekor, menurutnya berasal dari swadaya paguyuban kopi. Tersebar di tujuh kecamatan dan 15 desa di Jepara. “Melalui kegiatan ini kami ingin mengajak masyarakat Jepara untuk mencintai produk lokal, dan mengenalkan produk UMKM sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan warga,” ujarnya.
Pemkab Jepara, dia sampaikan memberikan apresiasi kepada para peserta atas kontribusi dalam penyelenggaraan acara ini. Sebab, kegiatan massal itu dapat tergelar atas hasil dari bantuan para donatur. Selain dari pihak desa penghasil kopi, paguyuban kopi, juga kalangan pengusaha yang mendukung sajian atraksi budaya.
Diharapkan event tersebut dapat menjadi momentum penting dalam memperkuat identitas budaya. Meningkatkan apresiasi terhadap peran perempuan, serta menjadi ajang promosi kekayaan alam, wisata dan budaya Jepara.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara Zamroni Lestiaza mengatakan, jika sesuai rencana peserta pemecah rekor Muri itu sejumlah 6.300 perempuan. Dengan mengenakan busana kebaya, mereka akan bersama-sama menyeduh dan minum kopi. “Peserta perempuan yang minum kopi melibatkan seluruh komponen masyarakat Jepara secara luas, baik yang mendaftar mandiri maupun dihadirkan khusus,” kata dia.
Rekor Muri perempuan minum kopi terbanyak sebelumnya dipegang Kabupaten Kendal, 18 Februari 2022 lalu. Catatan peserta kala itu ada 5.555 orang. Dengan terpenuhinya target jumlah peserta Jepara nanti bakal tercatat sebagai rekor baru Muri.
Lokasi pemecahan rekor ini, berada di sepanjang jalan utama sampai bibir pantai di objek wisata Pantai Bandengan. Panitia akan menempatkan meja untuk menyajikan kopi, menyediakan gelas, serbuk kopi, dan air panas. Meski begitu, tiap peserta disarankan membawa gembes (tumbler) berisi air panas secara mandiri. Itu guna memudahkan dan memperlancar jalannya acara.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, Muh. Eko Udyyono mengatakan, gelar budaya akan dibuka dengan penampilan grup musik lokal. Kemudian, dilanjutkan kesenian Carang Pakang dari Desa Bandengan. Sedangkan pada puncaknya ditampilkan tradisi Jembul Banyumanis dari Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo.
Selama rangkaian kegiatan massal ini berlangsung, pengunjung akan dibebaskan dari biaya tiket masuk dan parkir objek wisata. Melalui kegiatan tersebut diharapkan, ke depan mampu menarik pengunjung untuk kembali berwisata di Tirto Samudro Bandengan.
Pemecahan rekor Muri kopi dan gelar budaya ini mendapat tanggapan positif dari para pelaku kopi Jepara. Di antaranya datang dari pihak paguyuban kopi, Afif Panca. Pemilik kedai kopi di kawasan Kalitekuk, Desa Ngabul, Kecamatan Tahunan ini meyakini acara tersebut dapat mengangkat potensi kopi Jepara. “Acara ini mampu memberikan sinyal bagus bagi pelaku kopi, mulai petani, roastery, pemililk kedai kopi, sampai penikmat kopi,” terangnya.
Hal positif senada juga diungkapkan Ketua Bunda Milenial Kabupaten Banjarnegara, Ratih Kustyo Dewi. Konsep yang diusung dalam gelaran pemecahan rekor kopi di Jepara sangat berkelas. Sarat akan nilai-nilai budaya bangsa, khususnya pada pelestarian kebaya. “Event yang bagus sekali. Kami sebagai perempuan pecinta kebaya sangat mengapresiasi sekali. Keren pokoknya,” kata dia.
Sebagai apresiasi, ia pun mengagendakan untuk hadir ke Kabupaten Jepara saat gelaran tersebut. Sekaligus mendampingi Ketua Umum Bunda Milenial Sisca Rumondor yang juga memastikan diri hadir