Buleleng, Pelitakota.id – Kelompok ekonomi masyarakat Desa Bengkala, khususnya perajin kain tenun, yang sejak tahun 2015 didirikan hingga kini masih eksis dalam usahanya. Terlebih, anggotanya berasal dari kaum difabel yang tuna rungu dan tuna wicara atau yang dalam istilah Bali disebut ‘kolok’. Hal itu tidak lepas dari kegigihan Ketut Kanta (67 tahun) dalam membantu masyarakat Desa Bengkala yang kebanyakan kolok secara keturunan.
Ketut Kanta, menuturkan bahwa kelompok usaha tenun yang ia dirikan berawal dari keinginannya membantu menterjemahkan bahasa isyarat yang dikuasainya kepada orang luar Bengkala yang berkunjung ke desanya.
Gayung bersambut, organisasi FLIP Mas Ngayah Bali atau Forum Layanan Ipteks Masyarakat Ngayah Bali yang merupakan organisasi sosial dari perkumpulan dosen-dosen di Bali, menginisiasi untuk mengembangkan potensi wilayah Desa Bengkala dengan memberdayakan kaum difabel khusus kaum perempuan yang memiliki hobi untuk menenun.
“Dulu kami menanyakan kepada masyarakat tidak hanya kaum difabel untuk bekerja dalam menambah penghasilan keluarga. Kebanyakan warga kami pekerjaanya bertani dan berkebun, tukang juga. Nah para perempuanya ternyata lebih menyukai pekerjaan yang santai dan tidak panas. Ya kami salurkan hobi mereka seperti membuat dupa, membuat inke, dan tenun ikat dengan alat tenun bukan mesin,” ungkap Ketut Kanta.
Hal itu disampaikannya seusai menghadiri acara pemberian bantuan sembako kepada 22 keluarga oleh Pj Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Ny. Ida Mahendra Jaya dan Pj Ketua TP PKK Kabupaten Buleleng Ny. Paramita Lihadnyana dalam menyambut puncak peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-52 Tahun 2024.
Ketut Kanta bercerita bahwa di tahun 2015, pihaknya mendapat bantuan dari CSR Pertamina untuk mengembangkan kelompok usahanya, yaitu dupa, inke, dan tenun. Seiring berjalan waktu, pemerintah pun peduli terhadap kelompok usaha tadi, sehingga memberikan pelatihan serta pembinaan kepada anggotanya, sehingga jumlah produksinya makin variatif, khususnya kain tenun.
Karena berkembangnya usaha, khususnya kerajinan tenun, maka di tahun 2018 usahanya diperluas lagi dan pihaknya merelakan lahannya sebagai balai usaha ekonomi masyarakat Desa Bengkala.
Kontribusi Ketut Kanta dinilai sangat berperan dalam menyambungkan komunikasi dengan masyarakat luar. Masyarakat pun menyebut Ketut Kanta sangat peduli dan sabar terhadap kaum disabilitas.
“Usaha kain tenun ini rata-rata berproduksi 30-40 lembar kain per bulan dengan harga Rp300 ribu hingga Rp400 ribu dengan lima alat tenun bukan mesin (ATBM) dan bahan bakunya dibeli langsung di Ubud Gianyar. Per kain mendapat upah Rp100 ribu yang bisa diselesaikan 2- 3 hari, tergantung motif dan tingkat kesulitan,” papar Ketut Kanta.
Ia menambahkan, kelompok usaha tenun itu merupakan binaan Pertamina yang pernah diikutkan lomba dari Kementerian Lingkungan Hidup RI dan berhasil menjadi juara dengan peringkat Proper Emas.
Ia juga berharap ke depan nanti hasil produksi tenun kelompoknya dapat dipasarkan secara luas dan kontinu, sehingga anggotanya terus berproduksi dan kesejahteraan anggotanya meningkat.
Tak lupa, Ketut Kanta mengucapkan terima kasih atas kehadiran Ibu Pj Gubernur Bali dan Ibu Pj Bupati Buleleng di desanya karena telah membantu warga kaum difabel yang kurang mampu, sehingga dapat meringankan beban ekonomi mereka. (wd)