7 Habits Berharga Yang Perlu Dimiliki Setiap Orang

Spread the love

Apa itu The 7 Habits of Highly Effective People?

The 7 Habits of Higly Effective People adalah buku milik Stephen R. Covey yang telah menjadi buku terlaris karena alasan sederhana yaitu mengabaikan tren dan psikologi populer dan berfokus pada prinsip keadilan, integritas, kejujuran, dan martabat manusia yang tak lekang oleh waktu.

Salah satu buku paling menarik yang pernah ditulis, The 7 Habits of Highly Effective People, telah memberdayakan dan menginspirasi para pembaca selama lebih dari 25 tahun. Itu juga berperan dalam transformasi jutaan orang di semua kelompok, usia, dan profesi.

Tidak peduli seberapa kompeten seseorang, mereka tidak akan memiliki kesuksesan yang berkelanjutan dan langgeng kecuali mereka dapat secara efektif memimpin diri mereka sendiri, mempengaruhi, terlibat, dan bekerja sama dengan orang lain, serta terus meningkatkan dan memperbaharui kemampuan mereka. Unsur-unsur ini merupakan inti dari keefektifan pribadi, tim, dan organisasi.

Apa Saja Tujuan dari 7 Habits of Highly Effective People Tersebut?

Masing-masing dari tiga kebiasaan pertama bertujuan untuk membantu mencapai kemandirian. Tiga kebiasaan berikutnya bertujuan untuk membantu mencapai saling ketergantungan. Terakhir, kebiasaan ketujuh bertujuan untuk membantu mempertahankan pencapaian-pencapaian tersebut.

Kemandirian

Tiga kebiasaan pertama mengelilingi perpindahan dari ketergantungan ke kemandirian.

1. Kebiasaan Pertama: Be Proactive. Kebiasaan Tanggung Jawab Pribadi

Menjadi proaktif adalah tentang fokus dan bertindaklah berdasarkan apa yang dapat Anda kendalikan dan pengaruhi, alih-alih apa yang tidak dapat Anda lakukan. Orang yang proaktif menyadari bahwa mereka “mampu merespons”. Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi, atau pengondisian atas perilaku mereka. Mereka tahu bahwa mereka dapat memilih perilaku mereka. Sebaliknya, orang yang reaktif sering kali terpengaruh oleh lingkungan sekitar mereka. Mereka menemukan sumber eksternal untuk disalahkan atas perilaku mereka. Jika cuaca bagus, mereka merasa baik. Jika tidak, itu mempengaruhi sikap dan kinerja mereka, dan mereka menyalahkan cuacanya.

Semua kekuatan eksternal ini bertindak sebagai rangsangan yang kita tanggapi. Antara rangsangan dan tanggapan adalah kekuatan terbesar kita—kita memiliki kebebasan untuk memilih tanggapan kita. Salah satu hal terpenting yang kita pilih adalah apa yang kita katakan. Bahasa kita adalah indikator yang baik tentang bagaimana kita melihat diri kita sendiri.

Orang proaktif memfokuskan upaya mereka pada Circle of Influence mereka. Mereka mengerjakan hal-hal yang dapat mereka lakukan: kesehatan, anak-anak, atau masalah di tempat kerja.

Orang-orang yang reaktif memusatkan upaya mereka pada Circle of Concern—hal-hal yang sedikit atau tidak dapat mereka kendalikan: utang negara, terorisme, atau cuaca. Mendapatkan kesadaran akan area di mana kita menghabiskan energi kita adalah langkah besar untuk menjadi proaktif.

Kebebasan untuk memilih

Alih-alih bereaksi atau mengkhawatirkan kondisi di mana mereka memiliki sedikit atau tidak ada kendali, orang proaktif memfokuskan waktu dan energi mereka pada hal-hal yang dapat mereka kendalikan. Masalah, tantangan, dan peluang yang kita hadapi terbagi dalam dua area—Lingkaran Kepedulian dan Lingkup Pengaruh (Circle of Concern and Circle of Influence).

“Saya bukan produk dari keadaan saya. Saya adalah produk dari keputusan saya.” — Dr. Stephen R. Covey.

2. Kebiasaan Kedua: Begin With the End in Mind. Kebiasaan Visi Pribadi

Kebiasaan ini adalah tentang menentukan ukuran keberhasilan yang jelas dan rencana untuk mencapainya. Kemampuan untuk membayangkan dalam pikiran Anda apa yang saat ini tidak dapat Anda lihat dengan mata Anda. Ini didasarkan pada prinsip bahwa segala sesuatu diciptakan dua kali. Ada ciptaan mental (pertama) dan ciptaan fisik (kedua). Ciptaan fisik mengikuti mental, seperti bangunan mengikuti blueprint.

Jika Anda tidak melakukan upaya sadar untuk memvisualisasikan siapa Anda dan apa yang Anda inginkan dalam hidup, maka Anda memberdayakan orang lain dan keadaan untuk membentuk Anda dan hidup Anda secara default. Ini tentang menghubungkan kembali dengan keunikan Anda dan kemudian menentukan pedoman pribadi, moral, dan etika yang dapat Anda gunakan untuk mengekspresikan dan memenuhi diri Anda dengan paling bahagia.

Salah satu cara terbaik untuk memasukkan kebiasaan kedua ke dalam hidup Anda adalah dengan mengembangkan Personal Mission Statement. Ini berfokus pada apa yang Anda inginkan dan lakukan. Ini adalah rencana Anda untuk sukses. Ini menegaskan kembali siapa Anda, menempatkan tujuan Anda dalam fokus, dan memindahkan ide-ide Anda ke dunia nyata. Pernyataan misi Anda menjadikan Anda pemimpin dalam hidup Anda sendiri. Anda memprediksi takdir Anda dan mengamankan masa depan yang Anda impikan.

Pahami hasil akhirnya

Mulailah dengan tujuan akhir dalam pikiran berarti memulai setiap hari, tugas, atau proyek dengan visi yang jelas tentang arah dan tujuan yang Anda inginkan, dan kemudian melanjutkan dengan meregangkan otot proaktif Anda untuk mewujudkan sesuatu.

Ciptaan mental pertama hingga ciptaan fisik kedua

“Orang-orang bekerja lebih keras dari sebelumnya, tetapi karena mereka tidak memiliki kejelasan dan visi, mereka tidak melangkah terlalu jauh. Mereka, pada dasarnya, mendorong tali dengan sekuat tenaga.” — Dr. Stephen R. Covey.

3. Kebiasaan Ketiga: Put First Things First. Kebiasaan Manajemen Pribadi

Kebiasaan ini adalah tentang prioritaskan dan capai tujuan terpenting Anda alih-alih terus-menerus bereaksi terhadap urgensi. Itu terjadi hari demi hari, saat demi saat. Ini berkaitan dengan banyak pertanyaan yang ditujukan seputar manajemen waktu. Tapi itu belum semuanya; kebiasaan ketiga juga tentang manajemen kehidupan—tujuan, nilai, peran, dan prioritas Anda.

Apa itu “First things?” First things adalah hal-hal utama yang menurut Anda paling berharga. Jika Anda mengutamakan hal pertama, Anda mengatur dan mengelola waktu dan acara sesuai dengan prioritas pribadi yang Anda tetapkan di kebiasaan kedua.

Empat Kuadran Manajemen Waktu

Kita menghabiskan waktu kita dengan salah satu dari empat cara, bergantung pada dua faktor yang menentukan suatu aktivitas: mendesak dan penting. Mendesak berarti membutuhkan perhatian segera. Hal-hal mendesak menimpa kita dan biasanya terlihat. Misalnya, telepon berdering sangat mendesak. Sebaliknya, hal-hal penting berkaitan dengan hasil. Itu berkontribusi pada misi, nilai, dan sasaran prioritas tinggi kita. Kami bereaksi terhadap hal-hal yang mendesak. Hal-hal penting yang tidak mendesak membutuhkan lebih banyak inisiatif dan proaktif.

“Mendahulukan yang utama berarti mengatur dan melaksanakan prioritas terpenting Anda. Hidup dan didorong oleh prinsip-prinsip yang paling Anda hargai, bukan oleh agenda dan paksaan-paksaan di sekitar Anda.” — Dr. Stephen R. Covey.

4. Kebiasaan Keempat: Think Win-Win. Kebiasaan yang Saling Menguntungkan

Think win-win bukan tentang bersikap baik, juga bukan teknik perbaikan cepat. Ini adalah tentang berkolaborasi lebih efektif dengan membangun hubungan kepercayaan yang tinggi.

Sebagian besar dari kita belajar mendasarkan harga diri kita pada perbandingan dan persaingan. Kami berpikir tentang berhasil dalam hal kegagalan orang lain—jika saya menang, Anda kalah; atau jika Anda menang, saya kalah.

Win-win melihat hidup sebagai arena kooperatif, bukan persaingan. Win-win adalah kerangka pikiran dan hati yang senantiasa mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi manusia. Win-winberarti kesepakatan atau solusi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kita saling menguntungkan dan kita bersama-sama bahagia.

5. Kebiasaan Kelima: Seek First to Understand, Then to Be Understood. Kebiasaan Komunikasi Empatik

Sebelum kita dapat menawarkan nasihat, menyarankan solusi, atau berinteraksi secara efektif dengan orang lain dengan cara apa pun, kita harus berusaha untuk memahami mereka secara mendalam dan perspektif mereka melalui mendengarkan secara empatik.

Jika Anda seperti kebanyakan orang, Anda mungkin ingin dipahami terlebih dahulu; Anda ingin menyampaikan pendapat Anda. Dengan melakukan itu, Anda mungkin mengabaikan orang lain sepenuhnya, berpura-pura mendengarkan, secara selektif hanya mendengar bagian tertentu dari percakapan atau dengan penuh perhatian berfokus hanya pada kata-kata yang diucapkan, tetapi kehilangan maknanya sepenuhnya. Jadi mengapa ini bisa terjadi?

Karena kebanyakan orang mendengarkan dengan niat untuk membalas, bukan untuk mengerti. Anda mendengarkan diri Anda sendiri saat Anda mempersiapkan dalam pikiran Anda apa yang akan Anda katakan, pertanyaan yang akan Anda ajukan, dll. Anda menyaring semua yang Anda dengar melalui pengalaman hidup Anda, kerangka acuan Anda. Anda membandingkan apa yang Anda dengar dengan autobiografi (riwayat diri) Anda dan melihat bagaimana hasilnya.

Konsekuensinya, Anda terlalu cepat memutuskan apa maksud orang lain sebelum dia selesai berkomunikasi. Apakah salah satu dari hal berikut ini terdengar familiar?

Anda mungkin berkata, “Hei, tunggu sebentar. Saya hanya mencoba untuk berhubungan dengan orang tersebut dengan menggambarkan pengalaman saya sendiri. Apakah itu sangat buruk?” Dalam beberapa situasi, tanggapan autobiografi mungkin tepat, seperti ketika orang lain secara khusus meminta bantuan dari sudut pandang Anda atau ketika sudah ada tingkat kepercayaan yang sangat tinggi dalam hubungan tersebut.

Berusahalah untuk memahami terlebih dahulu

Karena Anda begitu sering mendengarkan secara autobiografi, Anda cenderung merespons dengan salah satu dari empat cara berikut:

  1. Mengevaluasi: Anda menilai dan kemudian setuju atau tidak setuju.
  2. Menyelidiki: Anda mengajukan pertanyaan dari kerangka referensi Anda sendiri.
  3. Menasihati: Anda memberi nasihat, saran, dan solusi untuk masalah.
  4. Menafsirkan: Anda menganalisis motif dan perilaku orang lain berdasarkan pengalaman Anda sendiri.

Jika saya meringkas dalam satu kalimat prinsip paling penting yang telah saya pelajari di bidang hubungan antarpribadi, adalah ini: Berusahalah untuk memahami terlebih dahulu, kemudian dipahami.” — Dr. Stephen R. Covey.

6. Kebiasaan Keenam: Synergize. Kebiasaan Kerja Sama yang Kreatif

Dengan memahami dan menghargai perbedaan sudut pandang orang lain, kita memiliki kesempatan untuk menciptakan sinergi, yang memungkinkan kita menemukan kemungkinan baru melalui keterbukaan dan kreativitas.

Bersama-sama, mereka dapat menghasilkan hasil yang jauh lebih baik daripada yang dapat mereka lakukan secara individu. Sinergi memungkinkan kita menemukan bersama-sama hal-hal yang kemungkinan kecil kita temukan sendiri. Ini adalah gagasan bahwa keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya.

Ketika orang mulai berinteraksi bersama dengan tulus, dan mereka terbuka terhadap pengaruh satu sama lain, mereka mulai mendapatkan wawasan baru. Kemampuan menemukan pendekatan baru meningkat secara eksponensial (cepat) karena perbedaan.

Menghargai perbedaan itulah yang sebenarnya mendorong sinergi. Apakah Anda benar-benar menghargai perbedaan mental, emosional, dan psikologis di antara orang-orang? Atau apakah Anda berharap semua orang setuju dengan Anda sehingga Anda semua bisa rukun? Banyak orang mengira keseragaman sebagai kesatuan dan kesamaan sebagai satu. Satu kata—membosankan! Perbedaan harus dilihat sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Mereka menambah semangat hidup.

Anda tahu bahwa Anda sedang bersinergi ketika Anda:

  • Ada perubahan suasana hati.
  • Rasakan energi dan kegembiraan baru.
  • Lihat berbagai hal dengan cara baru.
  • Rasakan bahwa hubungan telah berubah.
  • Akhiri dengan ide atau hasil yang lebih baik dari apa yang Anda mulai.

Konsep bersinergi

“Sinergi itu tidak sama dengan kompromi. Dalam sebuah kompromi, satu tambah satu sama dengan satu setengah.” — Dr. Stephen R. Covey.

7. Kebiasaan Ketujuh: Sharpen the Saw. Kebiasaan Pembaharuan Diri Sehari-hari

Mengasah gergaji yang diartikan dengan mengasah atau memperbaharui diri kita secara fisik, spiritual, mental, dan sosial untuk menjadi orang yang efektif. Pembaharuan terus-menerus memungkinkan kita secara sinergis meningkatkan kemampuan kita untuk mempraktikkan setiap kebiasaan.

Saat Anda memperbaharui diri Anda di masing-masing dari empat area, Anda menciptakan pertumbuhan dan perubahan dalam hidup Anda. Kebiasaan ketujuh ini membuat Anda tetap segar sehingga Anda bisa terus mempraktikkan enam kebiasaan lainnya. Anda meningkatkan kapasitas Anda untuk menghasilkan dan menangani tantangan di sekitar Anda. Tanpa pembaharuan ini, tubuh menjadi lemah, pikiran menjadi mekanis, emosi tak terkendali, tidak peka, dan menjadi egois.

Anda dapat memanjakan diri secara mental dan spiritual, atau Anda bisa menjalani hidup tanpa menyadari kesejahteraan Anda. Anda dapat mengalami energi yang hidup, atau Anda dapat menunda-nunda dan melewatkan manfaat kesehatan dan olahraga yang baik. Anda dapat merevitalisasi diri dan menghadapi hari baru dengan damai dan harmonis. Setiap hari memberikan kesempatan baru untuk pembaharuan—kesempatan baru untuk mengisi ulang diri Anda alih-alih membentur tembok. Yang diperlukan hanyalah keinginan, pengetahuan, dan keterampilan.

Merasa baik tidak terjadi begitu saja

Menjalani hidup dalam keseimbangan berarti mengambil waktu yang diperlukan untuk memperbaharui diri sendiri. Semua terserah pada Anda. Anda dapat memperbaharui diri melalui relaksasi, atau Anda bisa benar-benar membuat diri Anda lelah dengan melakukan segalanya secara berlebihan.

Prinsip dalam merasa lebih baik

“Pembaruan adalah prinsip dan proses yang memberdayakan kita untuk bergerak menuju spiral pertumbuhan dan perubahan, peningkatan berkelanjutan.” — Dr. Stephen R. Covey.

Sumber : lookmedia.co.id

Penulis : Imelda

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!