Jakarta – pelitakota.id , Bimas Katolik menggagas berdirinya Badan Amal Kasih Katolik (BAKKAT). Badan tersebut berdiri sejak tahun 2017 melalui Surat Keputusan Dirjen Bimas Katolik selanjutnya diakui Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Pajak. Jadi, BAKKAT telah berkarya selama tujuh tahun.
Sejak 2017, BAKKAT hanya dijalankan di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Dari 2017 hingga 2024, banyak hal telah dilakukan oleh BAKKAT di KAJ. Tentang ini, Wakil Ketua I BAKKAT Keuskupan Agung Jakarta Tedjo Endriyarto menjelaskan ada enam program kegiatan pastoral BAKKAT di KAJ yang sudah dilakukan.
Pertama, Pendidikan. Tedjo menjelaskan, dalam hal pendidikan BAKKAT memberikan bantuan untuk mendukung kegiatan pendidikan anak-anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera di seluruh Indonesia.
“Ada banyak bantuan pendidikan, antara lain, bantuan biaya sekolah dan asrama di salah satu yayasan di Papua. BAKKAT juga membantu biaya sekolah anak tidak mampu salah satu yayasan di Semarang,” jelas Tedjo.
Kedua, Kesehatan. Kata Tedjo, bantuan kesehatan diberikan untuk meningkatkan pelayanan para medis kepada seluruh masyarakat terutama bagi yang tidak mampu.
“Kami biayai pendidikan keperawatan dan nurse salah seorang Suster di salah satu klinik di Kutai Barat, juga membiayai pembelian alkes dan perbaikan gedung klinik di NTT,” cerita Tedjo.
Ketiga, Pemberdayaan Umat dan Karitatif. Tedjo menjelaskan, BAKKAT memberikan bantuan kepada umat Katolik di daerah terpencil untuk meningkatkan ekonomi dan kemandirian sehingga dapat mengalami hidup layak. “Seperti di Kalimantan, BAKKAT menyalurkan bantuan untuk usaha ternak sapi dan babi, juga bantuan biaya pendidikan, dan terapi anak-anak berkebutuhan khusus di Semarang,” kata Tedjo.
Keempat, Pembangunan Sarana dan Prasarana. “Tentang ini BAKKAT telah memberikan bantuan kepada keuskupan, lembaga, dan kongregasi Katolik untuk membangun sarana dan prasarana Gereja sehingga kegiatan ibadah dapat berjalan dengan semestinya, seperti pembangunan jalan di salah satu seminari di Sumba, pembangunan Kantor JPIC Human Shelter di Agats, Papua,” papar Tedjo.
Kelima, Bantuan Bencana Alam. Kata Tedjo, BAKKAT menyalurkan bantuan kepada para korban bencana alam yang terjadi di seluruh Indonesia melalui keuskupan daerah yang mengalami bencana.
“BAKKAT memberikan korban akibat gunung meletus di Lewoleba NTT, gempa di Cianjur, pembangunan sumur dan sarana air bersih, dan beberapa bantuan lain untuk korban bencana di Indonesia,” papar Tedjo, seraya menegaskan program terakhir yang saat ini sedang dirancang untuk dilaksanakan adalah pelestarian lingkungan hidup.
Penting untuk diketahui masyarakat Katolik bahwa BAKKAT adalah sebuah lembaga resmi menghimpun dan mengelola sumbangan pemeluk agama Katolik yang dapat mengurangi pajak penghasilan pribadi dari perorangan maupun pajak badan. Sumbangan tersebut kemudian disalurkan oleh BAKKAT kepada umat Katolik untuk mengatasi berbagai kondisi sulit umat.
Dirjen Bimas Katolik Suparman sungguh berharap BAKKAT ini harus berkembang di seluruh keuskupan, artinya tidak saja di Keuskupan Agung Jakarta. “BAKKAT harus dapat memperluas jaringan, meningkatkan kapasitas, serta mengoptimalkan pengelolaan sumber daya untuk mendirikan cabang-cabang di 37 keuskupan,” pungkasnya. (K3f45)