Tujuh Kali Sehari Memuji: Tradisi Doa Spiritual Gereja Syriak Ortodoks yang Ada Jauh Sebelum Abad Ke-7

Spread the love

Pelitakota.id Di tengah dataran Suriah yang penuh makna sejarah, sejak abad awal Masehi, umat Gereja Syriak Ortodoks sudah memiliki ritual yang tak terpisah dari kehidupan sehari-hari: berdoa tujuh kali sehari. Tradisi ini bukan hanya kebiasaan kosong, tapi perwujudan teologi yang dalam yang telah bertahan selama ribuan tahun – bahkan jauh sebelum abad ke-7.

Tradisi doa tujuh kali sehari tidak muncul secara acak. Ia berakar pada Mazmur 119:164, di mana Daud menyampaikan kesetiaan-Nya: “Tujuh kali sehari aku memuji Engkau karena hukum-hukumMu yang benar”. Dari sisi teologi Gereja Syriak Ortodoks, ini adalah pernyataan keyakinan bahwa Tuhan harus menjadi pusat setiap momen kehidupan – dari ketika mata terbuka pagi hingga ketika tidur malam tiba.

– Sapro (Pukul 06.00): Menyimbolkan kebangkitan Yesus dan harapan baru yang dibawa-Nya bagi dunia.
– Third Hour (09.00): Mengingat saat Yesus disalibkan dan Roh Kudus turun pada para Rasul di kamar atas.
– Sixth Hour (12.00): Menandai waktu Yesus berada di puncak salib, menanggung dosa manusia.
– Ninth Hour (15.00): Mengingat saat Yesus menghembuskan nafas terakhirnya dan menegaskan kemenangan-Nya atas kematian.
– Ramsho (18.00): Mengucapkan terima kasih atas berkah hari yang lalu dan meminta perlindungan Tuhan untuk malam yang akan datang.
– Soutoro (21.00): Menutup hari dengan doa damai, melindungi diri dari godaan, dan mempersiapkan jiwa untuk bertemu Tuhan.
– Lilio (Tengah malam): Mengingat kebangkitan Yesus dan kesediaan untuk selalu siap menghadap kedatangan-Nya yang kedua kalinya.

Semua doa ini tertuang rapi dalam Shehimo – kitab doa harian (breviary) yang menjadi pedoman spiritual utama umat Gereja Syriak Ortodoks, yang mulai ditulis sekitar abad ke-4 Masehi. Shehimo sendiri berarti “umum” atau “biasa”, merujuk pada doa yang dilakukan pada hari-hari biasa tanpa peringatan khusus gereja.

Gereja Syriak Ortodoks adalah salah satu gereja Kristen tertua di dunia, yang berdiri sejak masa para Rasul di Antiokia (sekarang bagian dari Suriah dan Turki) pada abad ke-1 Masehi. Antiokia sendiri dikenal sebagai “tempat di mana pengikut Yesus pertama kali disebut Kristen” (Kisah Rasul 11:26), menjadikannya pusat penyebaran ajaran Yesus sejak awal.

Bukti historis dari naskah kuno dan tulisan para bapa gereja menunjukkan bahwa sistem doa tujuh kali sehari sudah menjadi bagian dari kehidupan monastik Kristen Timur sejak abad ke-3–4 Masehi. Ini berarti:

– Tradisi ini sudah mapan sekitar 200–300 tahun sebelum abad ke-7 – jauh sebelum periode sejarah yang sering dikaitkan dengan perubahan di Timur Tengah.
– Akar praktis doa secara teratur bahkan bisa ditelusuri ke masa umat Kristen awal, yang sering berkumpul untuk berdoa bersama di pagi hari, tengah hari, dan sore hari – seperti yang tercatat dalam Kisah Rasul dan tradisi Hippolytus (tahun 215 Masehi) yang juga menguraikan waktu doa 7 kali sehari.

Meskipun klaim “600 tahun sebelum” masih membutuhkan konfirmasi lebih lanjut untuk keaturan yang sempurna, tidak dapat disangkal bahwa tradisi doa tujuh kali sehari sudah menjadi bagian tak terpisah dari spiritualitas Gereja Syriak Ortodoks jauh sebelum abad ke-7.

Dari sudut pandang teologi Ortodoks, doa tujuh kali sehari bukanlah sekadar kewajiban yang harus dipenuhi. Ia adalah “jalan menuju Tuhan” – cara untuk menjaga hubungan yang erat dengan Pencipta sepanjang hari. Setiap doa diisi dengan pujian, permohonan belas kasihan, pengakuan dosa, dan syukur – semua dirancang untuk memperdalam hubungan umat dengan Yesus.

Gereja Syriak Ortodoks juga menekankan bahwa tradisi ini adalah warisan spiritual yang diturunkan dari para Rasul. Mereka percaya bahwa para Rasul telah mempraktikkan doa secara teratur, dan kemudian para bapa gereja (patriark) dan biarawan mengembangkannya menjadi liturgi yang terstruktur untuk seluruh umat. Selain itu, doa 7 kali sehari juga merupakan cerminan dari harapan akan kehidupan abadi, di mana umat akan menyembah Tuhan tanpa henti seperti yang tercatat dalam Wahyu 7:15.

Benar bahwa Gereja Syriak Ortodoks Suriah telah menjalankan ibadah doa tujuh kali sehari jauh sebelum abad ke-7. Tradisi ini, yang berakar pada Mazmur dan sejarah gereja awal, adalah bukti kekuatan spiritual yang terus hidup dan berkembang hingga hari ini. Ia adalah cerminan dari keyakinan umat bahwa Tuhan selalu hadir di setiap momen kehidupan – sebuah warisan yang tak ternilai.

Daftar Referensi dan Sumber

1. Varghese, J. P. (2022). The Shehimo Prayers – Spiritual treasures of the Orthodox Syrian Christianity I Seven Times Prayer. One In Christ. Diakses dari: https://oneinchrist.in/the-shehimo-prayers-spiritual-treasures-of-the-orthodox-syrian-christianity/.
2. Ibadah harian (Kristen). (n.d.). Buku Ensiklopedia Berbahasa Indonesia – Al-hawiyah-tq32. Diakses dari: https://al-hawiyah-tq32.stieabi.ac.id/id6/2995-2880/Ibadat-Harian_70411_al-hawiyah-tq32-stieabi.html.
3. Agpeya. (n.d.). Wikipedia. Diakses dari: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Agpeya (dipergunakan untuk mengkonfirmasi kesetaraan Shehimo dengan kitab doa harian Ortodoks Lainnya).

Disadur dari berbagai sumber :

Tinggalkan Balasan