KOTA BOGOR,23 Desember 2025 – Bukan cuma hujan yang turun di Kota Hujan pada Sabtu malam (20/12/2025) – tapi juga kebanggaan budaya yang membanjiri setiap sudut Alun-alun Kota Bogor. Ribuan warga dari segala lapisan masyarakat berkumpul, tak mau ketinggalan menyaksikan “Srikandi Bhuana” – Drama Tari Wayang yang bukan cuma pertunjukan, melainkan ledakan semangat yang membangkitkan tradisi lokal dari puing-puing pandemi.
Acara ini digelar sebagai bagian dari Evaluasi ke-55 Sanggar Seni Getar Pakuan, hasil kolaborasi megah dengan Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025 yang digagas Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Ditjen Risbang Kemendiktisaintek, melalui LPPM ISBI Bandung. Dengan panggung berskala nasional dan tata cahaya yang membikin pusing senang, pementasan ini resmi jadi pertunjukan seni tradisi terbesar sepanjang sejarah ruang publik terbuka Bogor.
Ketua Sanggar Seni Getar Pakuan, Zen Djuansyah (Kang Zen untuk temen-temen), bicara dengan suara yang gemetar haru. Ia menceritakan perjalanan sanggar yang sudah 33 tahun, tapi sempat tenggelam di masa pandemi:
“Sanggar ini sudah berjalan 33 tahun, namun kemarin kami sempat vakum karena pandemi Covid-19. Baru sekitar dua tahun ini kami kembali hadir, dan hari ini dalam acara Evaluasi Tari ke-55, kami dipercaya menggelar Drama Tari Wayang bekerjasama dengan ISBI Bandung dan IPB Vokasi. Ini membuktikan bahwa kami kembali bangkit menggetarkan untuk pengabdian pada negeri tercinta, Indonesia!”
Kang Zen juga mengucapkan terima kasih yang tulus ke semua pihak:
“Terima kasih kepada Direktorat PPM Ditjen Risbang Kemendiktisaintek, ISBI Bandung, IPB Vokasi, Wali Kota, Ketua DPRD, Forkopimda, sponsor, dan seluruh warga Bogor. Terutama anak-anak sanggar dan orang tua yang luar biasa. Bagimu Negri jiwa raga kami!”
Prof. Dr. Hj. Een Herdiani, S.Sen., M.Hum., Kepala LPPM ISBI Bandung, menekankan bahwa kolaborasi ini adalah wujud komitmen PISN untuk bawa seni keluar kampus:
“Kami berkomitmen agar riset dan inovasi seni tidak hanya mendekam di kampus, tapi memberi dampak nyata. Melalui PISN, kami berikan pendampingan agar tradisi lokal di Getar Pakuan bisa bertransformasi menjadi pertunjukan yang relevan dengan zaman tanpa kehilangan nilai luhurnya. Malam ini adalah buktinya!”
Mewakili Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., Dr. Ismet Ruchimat, S.Sen., M.Hum. (Dekan Fakultas Seni Pertunjukan) memuji skala keartistan yang luar biasa:
“ISBI hadir untuk memperkuat ekosistem seni. Kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan praktisi sanggar menciptakan harmoni indah. Srikandi Bhuana adalah representasi bagaimana akademik dan talenta lokal bisa menciptakan karya berskala internasional!”
Abdul Rosyid, Anggota DPRD Komisi III yang mewakili Ketua DPRD Kota Bogor, tak bisa menyembunyikan kagetnya melihat keramaian dan kualitas acara:
“Saya sangat terpukau dan mengapresiasi, luar biasa pisan! Ini adalah contoh konkret bagaimana inovasi pendidikan dan seni tradisi membuahkan hasil yang bisa dinikmati rakyat. Kami di legislatif akan terus mendorong agar agenda budaya seperti ini menjadi prioritas dan Getar Pakuan rutin digelar sebagai daya tarik pariwisata Bogor. Kita juga punya event tahunan seperti di daerah lain!”
Ia juga sampaikan pesan dari Ketua DPRD:
“Kami sangat mendukung penuh kegiatan yang menghidupkan Alun-alun dengan nilai edukasi dan budaya. Ini adalah sejarah baru, di mana Alun-alun Bogor bertransformasi menjadi panggung megah yang bisa dinikmati semua lapisan masyarakat secara gratis namun berkualitas tinggi!”
Mewakili Wali Kota Bogor, Adhitya Bhuana Karana, S.STP., M.Si. (Sekretaris Disparbud), menyatakan rasa bangganya yang tak terkatakan:
“Malam ini, Alun-alun bukan sekadar ruang terbuka hijau, tapi menjadi ruang peradaban. 33 tahun Getar Pakuan konsisten menjaga jati diri Bogor. Kolaborasi dengan ISBI membuktikan seni tradisi kita punya daya saing tinggi dan pemerintah akan terus mendukung ekosistem budaya seperti ini.”
Ia juga sampaikan pesan khusus dari Bapak Wali Kota Dedie A. Rachim:
“Pesan Bapak Wali Kota sangat jelas: Bogor harus menjadi kota yang modern secara infrastruktur namun tetap ‘nyunda’ secara jiwa. Apa yang dilakukan Getar Pakuan dan ISBI malam ini adalah bentuk pelestarian jati diri bangsa. Pemerintah akan selalu menjadi rumah yang ramah bagi kreativitas seni!”
Antusiasme penonton menjadi heartbeat malam itu. Asep (45), warga Tanah Sareal yang datang dengan istri dan anak:
“Saya lahir dan besar di Bogor, tapi baru pertama kali lihat pertunjukan seni tradisi di tempat terbuka dengan panggung sekeren ini. Lampunya, suaranya, tariannya – semuanya seperti di film kolosal. Ini benar-benar sejarah baru buat kota kita!”
Sementara Maya (21), mahasiswi yang datang bareng teman-teman, menyebut acara ini sebagai “kado terbaik” untuk generasi muda:
“Ternyata tarian wayang kalau dikemas modern seperti ini sangat keren ya. Nggak kalah sama konser musik luar negeri. Semoga tahun depan ada lagi!”
Malam itu, Alun-alun Kota Bogor tidak cuma jadi tempat berkumpul – ia berubah menjadi tempat di mana masa lalu bertemu masa depan, di mana Srikandi tidak cuma tegak di wayang, tapi juga di hati setiap warga Bogor yang merasa lebih dekat dengan jati dirinya.
Jurnalis: Romo Kefas


