Sarai, Isteri Yang Baik

Spread the love

 

Kejadian 16:2 Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.

Dua Jadi Satu

Dapatkah dikatakan Sarai adalah Isteri yang baik ketika menawarkan Suaminya Abram, agar beristeri dua untuk punya anak? Coba kita jawab masing-masing ya! Kapankah peristiwa itu Terjadi? Jawabannya adalah Sebuah Kisah

Begini Ceritanya;
Di suatu Sore, menjelang malam, Kejadian 15:17, Allah menjumpai Abram dan menyampaikan Janji kepada Abram bahwa Abram akan mempunyai keturunan yang banyak sekali: Seperti Pasir di Pantai dan Bintang di Langit. Sudah barang tentu, seorang Suami yang baik, sangat dapat dipastikan Abram langsung Menceritakan Peristiwa besar itu kapada Isterinya Sarai malam itu juga. Tetapi keesokan harinya, Sarai menawarkan Hagar kepada Abram untuk mendapat keturunan, Kejadian 16:2. Apa artinya? Artinya, Betapa anehnya Sarai ini atau betapa baiknya Sarai ini? Namun lebih aneh lagi Abram. Aneh atau beginikah sejatinya Seorang Laki-laki? Tidak ditawarin aja nyari, apalagi ditawarin? Ok Gas. Gitu ya?

Yes, Abram langsung Ok pada Usul Sarai, seakan tancap gas. Seorang suami Tidak boleh Melawan Isteri, suami harus baik. Gitu ya?

Sudah Lupakah bro Abram peristiwa Malam kemaren, Kemaren loh? Nggak mungkin deh lupa wong baru kemaren. Tetapi Intinya, adalah Abram tidak percaya Pada Janji Allah, itu saja. Pertimbangan Abram tentunya adalah: Isteriku sudah menepause, Isteriku Mandul Dengan kenyataan ini (masuk logika juga sich) Abram menerima usul Sarai yaitu _mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak._

Saudaraku, Kisah ini memberikan Sebuah pelajaran bagi kita bahwa mempertahankan Iman dan bahkan menaikkan level iman itu tidak mudah. Seorang Abram saja Butuh Proses, Jatuh dan Bangun loh. Jika kita belum berhasil hari kemaren, yok, bangun, bangkit kembali! Yang penting itu bukan seberapa dalam anda jatuh ke dalam lubang, namun seberapa besar keinginan anda untuk bangkit kembali. Bukan juga persoalan seberapa tinggi anda melompat ke angkasa, tetapi seberapa kuat kaki anda bertahan ketika menjejak bumi.

Kita tahu pada akhirnya Abram menaikkan Percayanya bukan lagi atas pertimbangan Fakta atau Logika semata, namun sudah atas sebuah Keyakinan yaitu Iman Yang Bertumbuh. Naik Level. Amen

Pdt Ezra Simorangkir

Tinggalkan Balasan