Politisi dengan Hati Nurani: Kisah Sang Aktivis Gereja

Spread the love

Pelitakota.id Di sebuah kota di pinggiran Jakarta, terdapat seorang aktivis gereja yang juga seorang jurnalis, dikenal karena keberaniannya dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat yang terpinggirkan dan membela kaum lemah serta concern terhadap perjuangan toleransi sesama umat dan warga bangsa. Dengan latar belakang sebagai aktivis gereja, ia memiliki kemampuan untuk memahami isu-isu sosial dan politik dengan lebih baik.

Namun, suatu hari, sang aktivis gereja  tersebut memutuskan untuk “berhenti sementara” dari aktivitasnya sebagai aktivis gereja, dan terjun ke dunia politik dengan tekad yang membara.

Saya ingin menggunakan pengalaman dan pengetahuan saya untuk membuat perubahan yang lebih besar dalam masyarakat, dan saya tidak akan berhenti sampai keadilan sosial tercapai! Seperti yang tertulis dalam Mikha 6:8, ‘Apa yang baik telah diberitakan kepadamu, hai manusia, dan apa yang dituntut Tuhan dari padamu: adilkah, kasih setiakah, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?‘ kata sang aktivis gereja  tersebut dengan penuh semangat.

Dengan latar belakang sebagai aktivis gereja , ia membawa pendekatan yang unik dalam politik. Ia menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memandu kebijakan publik dan memperjuangkan hak-hak masyarakat yang terpinggirkan dengan gigih.

Pada tahun 2024, ia memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai anggota DPRD tingkat propinsi di salah satu propinsi terbesar di Indonesia. Ia berjuang keras untuk memenangkan hati masyarakat dan memperjuangkan hak-hak mereka.

Saya percaya bahwa politik harus menjadi wadah untuk melayani masyarakat, bukan hanya untuk memperoleh kekuasaan. Seperti yang tertulis dalam Matius 20:28, ‘Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.’ tambah sang aktivis gereja  tersebut dengan tekad yang kuat.

Namun, perjalanan sang aktivis gereja menjadi politisi tidaklah mudah. Ia menghadapi banyak tantangan dan kritik dari masyarakat yang skeptis terhadap latar belakangnya.

Banyak yang meragukan kemampuannya sebagai politisi, dan beberapa bahkan menuduhnya sebagai “pengkhianat” gereja atau “penjual” kebenaran.

Bagaimana mungkin seseorang yang memiliki latar belakang agama dan jurnalistik dapat menjadi politisi yang netral?” teriak salah satu kritikus dengan nada yang keras.

Tapi, sang aktivis gereja tersebut tidak menyerah. Ia terus berjuang untuk membuktikan dirinya sebagai politisi yang peduli dengan masyarakat dan memperjuangkan keadilan sosial. Ia menghadapi setiap tantangan dengan keberanian dan keteguhan hati.

Sayangnya, setelah proses pemilu yang panjang dan melelahkan, aktivis gereja  tersebut gagal maju menuju kursi parlemen tingkat propinsi. Ia merasa kecewa, namun tidak menyerah.

Saya tidak akan pernah menyerah! Saya akan terus berjuang untuk membuat perubahan yang positif dalam masyarakat, dan saya yakin bahwa saya dapat membuat perbedaan! Seperti yang tertulis dalam Filipi 4:13, ‘Segala sesuatu dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.‘ kata sang aktivis gereja  tersebut dengan penuh semangat.

Meskipun gagal dalam pemilu, aktivis gereja  tersebut tetap berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan sosial dan melayani masyarakat. Ia ingin meninggalkan keteladanan yang baik dan benar untuk keturunannya dan  bagi banyak orang bahwa dengan tekad dan semangat, kita dapat membuat perubahan yang positif dalam masyarakat. TUHAN MEMBERKATI

[÷]

Tinggalkan Balasan