POHON ARA MATI AGAR IMAN KITA TUMBUH

Spread the love

Pelitakota.id Ketika Yesus dan kedua belas murid-Nya berjalan kaki dari Betania menuju Yerusalem, ditengah perjalanan antarkota yang membuat tubuh lapar dan letih, dari jauh mereka melihat sebatang pohon ara yang rimbun. “Ah, pasti nikmat sekali berteduh di sana sembari melepas lelah, mungkin begitu yang terlintas di benak para murid.”

Namun, sang Guru tidak berpikir serupa. Dia malah mencari buah ara untuk mengganjal perut, dan jelas, tak menemukan satu pun karena belum musimnya. Yesus marah, lalu mengutuk pohon ara itu hingga kering sampai ke akarnya. Para murid heran melihatnya.

Pohon itu taat pada perintah Yesus, tidak “membela diri” meski kondisi tersebut bukanlah kesalahannya. (Markus 11:12-14, 20-24). Namun, ternyata lewat pohon ara inilah Yesus mengajarkan murid-murid-Nya tentang iman.

Mengapa Yesus mencari buah ara di luar musimnya, lalu mengutuk pohon itu karena tidak memberikan keinginan-Nya. Mustahil Yesus tak sanggup menahan lapar; berpuasa empat puluh hari saja Dia sanggup. Selain itu, Yesus pasti paham siklus alam pohon ara karena Dia Tuhan  yang Mahatahu.

Terlebih, tentulah sangat mudah bagi Yesus untuk menciptakan makanan apa pun yang Dia mau. Baru beberapa waktu lalu, Dia memberi makan 5000 orang hanya dengan lima roti dan dua ekor ikan (Markus 6:30-44). Mengapa tidak melakukan hal itu untuk mereka juga dan malah bersusah-payah mencari  buah-buahan di balik dedaunan pohon?

Esok harinya, dalam perjalanan keluar dari Yerusalem, Petrus tercengang dan berseru, “Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kau kutuk itu sudah kering” Markus 11:21. Melihat keheranan Petrus dan murid-murid lainnya, Yesus tidak berbangga diri tetapi menjawab, “Percayalah  kepada  Allah” Markus 11:22.

Inilah nasihat terpenting yang Yesus sampaikan lewat tragedi pohon ara tersebut. Barangkali, hingga dititik itu, Yesus melihat bahwa para murid belum percaya penuh kepada-Nya, padahal waktu-Nya semakin dekat. Murid-murid-Nya butuh iman yang kuat untuk menghadapi tantangan berat di depan. Lewat kejadian pohon ara, Yesus ingin menunjukkan betapa Dia berkuasa atas segala sesuatu.

Dia menegaskan kepada para murid-Nya bahwa apapun yang mereka minta kepada Allah,  asalkan percaya, akan mereka terima.

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Markus 11:23-24

Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu berkata: “Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?” Matius 21:20

Bayangkan apa yang mereka lihat saat itu: ibarat diberi efek sinematik, sebatang pohon rimbun seketika kering-kerontang, daunnya menguning dan berguguran ke tanah. Tak lama kemudian pohon itu mati, dan persis seperti yang Tuhan Yesus lontarkan kepadanya, takkan pernah berbuah  lagi. Murid-murid pun semakin diyakinkan dengan kuasa yang dimiliki Guru mereka.

Sebatang pohon ara harus dikorbankan agar murid-murid Yesus bisa mendapatkan sebuah pengalaman ajaib yang membekas di hati mereka.

Pertama, betapa pentingnya  hidup  orang Kristen untuk berbuah  sepanjang waktu tanpa mengenal musim. Kita harus senantiasa penuh dengan buah-buah kebaikan agar siap ketika Yesus datang untuk kedua kalinya.

Kedua, sebagaimana pohon ara mati demi memberi pelajaran penting bagi murid-murid Yesus, kita pun perlu “mematikan” beberapa hal dalam diri kita.

1. Matikan akar dangkal

Pastikan keyakinan kita benar-benar kuat di dalam Tuhan, bukan hanya karena ikut-ikutan. Akar yang tertanam dengan dalam mampu menopang sebatang pohon besar. Demikian pula, keyakinan yang dalam akan menopang kita untuk tetap teguh saat menghadapi berbagai tantangan berat dalam hidup.

“Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia.” Kolose 2:7a

2. Matikan batang kosong

Pastikan hidup kita menghasilkan buah yang bisa dilihat dan dinikmati banyak orang, sehingga keberadaan kita mendatangkan berkat bagi sesama. Orang lain bisa merasakan perbedaan ketika kita berada di antara mereka.

“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” Galatia 5:22-23

3. Matikan daun rimbun

Pastikan kegiatan agama yang kita jalani selaras dengan perbuatan kita. Daun rimbun pada pohon ara seumpama penampilan memikat tetapi kosong, tanpa buah. Yesus mengkritik gaya hidup para ahli Taurat yang rajin beribadah tetapi senang mendapat penghormatan dari manusia. Hati dan hidup mereka penuh dosa dan jauh dari kebenaran (Markus 12:38-40).

Tak ada hal yang sia-sia termasuk pohon ara yang dikutuk Yesus. Mari kita pegang selalu pelajaran berharga darinya. Hendaknya pohon iman kita bukan hanya berdaun lebat, melainkan juga kaya akan buah-buah ranum yang memberi kebaikan bagi dunia.

‎Selamat beribadah dalam perkenan-Nya. Walk with God. Jaga kesehatan, tetap semangat dan antusias. Tuhan Yesus melimpahkan rahmat-Nya sehingga terobosan illahi, jalan keluar illahi, penyelesaian illahi dan pelipatgandaan illahi di seluruh area kehidupan kita dinyatakan.

Abah Daniel

Tinggalkan Balasan