Pelitakota.id | Suara Kebenaran Injil Hari Ini | 1 Raja-raja 17:13-14, Tetapi Elia berkata kepadanya: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kau kata-kan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.”
*PERCAYA PADA pemeliharaan TUHAN*
Perpecahan antara kerajaan Yehuda – Israel dan peperangan yang terjadi di antara kedua kerajaan tersebut hanyalah merupa-kan latar belakang bagi konflik yang sesungguhnya. Yaitu peperangan yang telah berlangsung sejak lama antara kerajaan Allah dan kerajaan Iblis. Pasal 17-22 memfokuskan kepada peperangan tersebut, dimana nabi Elia mewakili kerajaan Allah sedangkan raja Ahab mewakili kerajaan Iblis.
Dalam keadaan yang sedemikian, Allah tidak terlalu sibuk atau egois dengan rencana dan strateginya, sehingga melupa-kan individu-individu yang terkena dam-pak dari peperangan tersebut.
Allah dengan kuasa-Nya telah menghenti-kan hujan selama beberapa tahun.
Kekeringan pun melanda Israel bahkan sampai Sidon. Ketika sungai Kerit mulai kering, Allah mengirim Elia ke Sarfat. Di sana secara mukjizat Allah memelihara dan memenuhi kebutuhan pangan Elia melalui janda Sarfat dan anaknya. Bukan hanya Elia yang mendapatkan berkat, janda Sarfat pun merasakan pemelihara-an-Nya. Bahkan ketika anak laki-laki janda Sarfat itu mati, Allah melalui Elia mem-bangkitkannya. Ini semua memperlihat-kan bahwa di dalam “peperangan” mela-wan kerajaan kegelapan itu, di dalam bencana nasional dan internasional yang dahsyat karena penghakiman-Nya, Allah tetap memperhatikan dan memelihara individu-individu. Elia berkata kepada janda yang di Sarfat itu, “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kau katakan.”
Oleh ketaatannya memberi makan kepa-da sang nabi, perempuan itu menukar keadaan yang tidak pasti dengan keadaan yang pasti, kelaparan dengan kelimpahan, kematian dengan kehidupan.
Saudaraku, kita sering diperhadapkan dengan situasi yang tiada kepastian, namun dari kisah ini kita belajar untuk percaya kepada Allah. Haleluyah, amen. Pst.harts