“Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan.”
Yesaya 48 : 10
Sengsara Itu Pemurnian Tuhan?
Ada satu keniscayaan Untuk memperoleh hidup baru di dalam Kristus, tiap umat Tuhan harus dimurnikan. Oleh sebab itu, tidak semua orang pengikut Kristus, sudah memiliki hidup yang baru, sebab banyak juga orang Kristen, tetapi tidak mencerminkan karakter Kristus, malahan jadi batu sandungan atau Skandalon. Mengapa hal itu terjadi? *Karena mereka belum (mau) dimurnikan dengan Api Tuhan.*
Di Alkitab, kita temukan banyak kata “api” ēsh (Ibrani) maupun fotiá (Yunani), tetapi api dalam Alkitab jelas bukan api dalam arti hurufiah, karena Allah menggunakan api sebagai alat untuk memurnikan. Contohnya Maleakhi 3:2 katakan; “Ia seperti api tukang pemurni logam” yang memang menginginkan agar kehidupan kita dimurnikan, menjadi seperti Dia.
Maka, jika kita belum masuk dapur ujian untuk dimurnikan dengan Api, tentunya manusia lama kita masih tetap tampil dan berperan kuat, misalnya Kesombongan, dendam, tidak memiliki kasih dsb. Sebaliknya jika kita telah melewati dapur api pemurnian, hidup pastinya menjadi berbeda dengan hidup yang lama. Hati yang semula sombong dan jauh dari pada Tuhan, berubah mampu belajar merendahkan hati di hadapanNya untuk mencari wajahNya dan melihat pertolonganNya. Selanjutnya, Manusia lama kita dilucuti, sehingga muncullah manusia baru yang seturut kehendak Allah.
Patut dicatat bahwa Hampir semua tokoh Alkitab dan juga para hamba Tuhan yang dipakai Tuhan secara luar biasa, mereka merasakan Pemurnian dalam bentuk Kesengsaraan. Ketika mereka berhasil melewatinya, maka mereka akan hidup dalam penyerahan diri total, sehingga mereka dapat berfungsi tepat seperti yang Tuhan mau. Beberapa orang tersebut katakanlah Seperti Abraham; Jatuh dan bangun. Yakub; sampai-sampai jadi pelarian. Yusuf dizolimi saudara-saudaranya. Daniel; masuk gua Singa, dst.
Raja Daud mengakui bahwa pemurnian itu benar-benar sangat berguna baginya: “Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.”(Mazmur 119:67). Bagaimana dengan Anda?
Dalam Ibrani 12:11 pun menyatakan: “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” Haleluya.
Dengan penjelasan dan contoh-contoh di atas, kita dapat tahu bahwa Tuhan menguji kita bukan karena Dia tidak tahu siapa kita, tetapi sebaliknya, Tuhan ingin agar setiap kita memiliki kualitas Iman yang benar, sehingga apapun yang menimpa anak-anakNya, itu adalah sebagai meletakkan dasar Iman yang kuat dan yang tidak tergoyahkan. Sebab, mereka yang memiliki kualitas rohani yang kuatlah, yang akan sanggup menghadapi segala goncangan hidup dan menang! Amen
Pdt Ezra Simorangkir