Para Relawan “Tolak Vaksin Dominasi WHO” Gelar Perskonf, Budayawan Nanang Sharna Ikut Hadir
Jakarta –
Pelitakota.id
Designer batik dan Budayawan Nanang Sharna, pernah tinggal di London 27 tahun.
Hadiri Pers Konferensi yang digelar di Hotel Acacia Jakarta Pusat.
Hari jumat (29/7/25), sebagai salah satu Putra bangsa, setuju menolak keras bagaimana waktu covid-19, kita mempunyai rasa traumatik bagi saya dan keluarga.
“Karena kita tidak mau di vaksin, karena kita tahu isi dan kegunaan vaksin.
Maka selanjutnya ada issue global yang akan lebih kuat lagi.
Tetapi kita ayo lebih semangat lagi menolak dominasi WHO.
Dengan menyuarakan suara kita, hak kita sebagai hak warga negara untuk masyarakat Indonesia demi tercipta adil, makmur, sejahtera dan rukun.” Tegasnya
Saat ditanya karya apa saja yang telah dihasilkan Nanang Sharna, antara lain.
“Saat ini saya bergiat populerkan dan sosialisasikan makanan pokok jenis sorgum yaitu olahan dr hasil pohon sagu yang hidup ditanah NKRI.
Saya sampai pelosok negeri memproduksi sorgum ini, sbg wujud ketahanan pangan bangsa Indonesia.
Kala di London saya pernah mendesain batik untuk Nelson Mandela (mantan presiden Afrika Selatan) dan pernah tinggal di sana 5 tahun 8 bulan. Diantaranya berkarya membuat batik buat Presiden dan keluarganya.”
”Saya pulang ke Indonesia, karena mau menekuni budaya karena saya sangat cinta Indonesia.
Namun dalam penyampaian saya mungkin kurang karena saya belajar nya di London.”
“Dunia fashion Indonesia tidak kalah bagus dengan fashion dunia.
Asal kita terus mau berkiblat pada leluhur nenek moyang kita.
Karena leluhur nenek moyang kita sangat fashionable loh.” Jelasnya.
“Hasil karya saya ; batik dengan pewarnaan alam, maha karya leluhur nenek moyang, Saya sekarang mengajar di Universitas Jakarta dan keliling dunia, tentang budaya Indonesia.
Agar Pemerintah dan bangsa Indonesia maju, jangan meninggalkan budaya adiluhung, karena ilmu leluhur nenek moyang bangsa Indonesia sangat maju dalam peradabannya.
Tidak lekang di makan zaman dan selalu ditiru oleh bangsa bangsa di dunia ini.” Demikian Nanang mengakhiri wawancara dengan awak media.
Jurnalis Lianna