Indonesia – Selamat datang di Indonesia, negeri antah berantah yang penuh paradoks! Katanya sih kaya raya, gemah ripah loh jinawi. Tapi, kok ya masih banyak rakyat yang cekak dompetnya? Sementara para koruptor berdasi hidupnya kayak raja minyak. Ironi macam apa ini? “Becik ketitik, ala ketara,” kata orang Jawa. Tapi, kok ya yang “ala” ini susah banget diungkap? Malah makin menjadi-jadi, kadang malah jadi pejabat terhormat. Sungguh, ini lebih absurd dari sinetron azab!
Tapi, sudahlah ya, mari kita fokus ke topik yang lebih hot: RUU Perampasan Aset. Ini nih, RUU yang udah lama kita idam-idamkan, kayak gebetan yang gak kunjung nembak. Padahal, kalau RUU ini disahkan, bisa jadi kado ultah terindah buat rakyat. Bayangin aja, aset hasil “kerja keras” para tikus berdasi bisa balik ke negara. Terus, duitnya buat benerin sekolah yang bocor, rumah sakit yang dokternya ramah, atau buat nambahin subsidi parkir abang ojol. Gokil, kan?
Kita semua berharap RUU ini bisa jadi “obat dewa” buat basmi korupsi sampai ke akar-akarnya. Tapi, namanya juga politik, kadang lebih lucu dari lawakan tunggal. Bisa jadi, RUU ini malah jadi ajang rebutan jabatan, atau malah disunat habis-habisan, sampai isinya tinggal nama doang. “Kawas kacang ninggang kajang,” kata orang Sunda. Semoga aja nasib RUU ini gak kayak kacang yang jatuh di tikar, ya. Udah jatuh, ketiban tangga, eh ilang pula!
Tapi, ingat! Semua aturan di Indonesia, termasuk RUU ini, harus sesuai dengan Pasal 7 UU No. 12 Tahun 2011. Jangan sampai nabrak UUD 45, apalagi sampai bikin gaduh seantero negeri.
Tapi, sudahlah, jangan terlalu serius. Mari kita nikmati tontonan politik ini sambil ngemil tahu gejrot dan minum es teh manis. Siapa tahu, di balik semua drama ini, ada kejutan yang bikin kita joged-joged kegirangan. Apalagi, baru-baru ini Presiden Prabowo bilang, “Saya akan kerahkan semua kekuatan untuk berantas korupsi! RUU ini harus jadi prioritas!” Nah, ini baru namanya pemimpin yang sat set wat wet! Semoga aja bukan cuma lips service, ya.
Ini nih yang bikin penasaran: para wakil rakyat kita yang terhormat. Katanya sih wakil rakyat, tapi kok ya kadang gayanya lebih mirip influencer. Janjinya selangit, tapi buktinya seringkali zonk. Kalau DPR terus-terusan PHP-in RUU ini, apakah pemerintah punya jurus pamungkas?
Mungkin aja pemerintah bakal keluarin Perppu. Perppu ini kayak jurus andalan yang bisa dipakai saat genting. Tapi, ingat! Perppu itu setara dengan Undang-Undang, seperti yang tertulis di UU No. 12 Tahun 2011.
Tapi, nerbitin Perppu juga gak gampang. Harus ada alasan yang kuat, dan harus dapat restu dari DPR juga. Jadi, apakah pemerintah berani ambil risiko dan bikin gebrakan yang bikin heboh se-Indonesia? Jangan sampai kayak kata orang Minahasa, “Mange-mange wewene, mangale-ngale wewene,” nyari-nyari kesalahan, nyalahin orang lain. Jangan sampai kita terus-terusan disuguhi drama saling tuding, ya. Mari kita saksikan bersama.
Kita, rakyat jelata, seringkali merasa kayak penonton bayaran dalam sinetron politik yang gak kelar-kelar. Kita cuma bisa nyimak para politisi debat kusir, ribut gak jelas, dan korupsi berjamaah, tanpa bisa ngapa-ngapain. Tapi ingat, kita ini bukan cuma penonton. Kita ini juga sutradara dalam film kehidupan ini. Kita punya hak buat nentuin ending ceritanya.
Sebagai warga negara yang baik, kita punya hak dan kewajiban yang diatur dalam UUD 1945. Kita berhak menyampaikan pendapat dan mengkritik kebijakan pemerintah. “Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah,” kata pepatah Jawa. Jadi, jangan apatis! Mari kita suarakan aspirasi kita dengan cara yang kreatif dan cerdas, kritik kebijakan yang gak masuk akal, dan tuntut pertanggungjawaban dari para pemimpin kita dengan cara yang santun tapi tegas. Siapa tahu, dengan suara kita yang lantang, RUU ini bisa segera disahkan, atau minimal pemerintah berani keluarin Perppu demi menyelamatkan Indonesia.
Terakhir, jangan lupa ngopi! Karena hidup ini kadang pahit kayak kopi tanpa gula, tapi tetap harus dinikmati dengan senyuman. Mari kita tertawa bersama, merenung bersama, dan berjuang bersama untuk Indonesia yang lebih kece dan bermartabat. Karena hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan nyinyir dan saling salah-salahan.
Semoga artikel ini bisa menghibur dan menginspirasi kita semua. Jangan lupa, senyum itu sedekah, dan kritik itu vitamin untuk kemajuan bangsa. Sampai jumpa di artikel selanjutnya yang lebih bikin heboh!
Oleh: Lidah Rakyat Keseleo (R_Kfs)