Membangun Harmoni dalam Keberagaman: Mengatasi Ujaran Kebencian Berbasis Agama

Spread the love

Bogor – Bayangkan sebuah dunia di mana perbedaan agama dan budaya menjadi sumber kekuatan, bukan konflik. Di mana setiap individu dapat hidup berdampingan dengan damai, saling menghormati dan memahami satu sama lain. Namun, realitasnya, ujaran kebencian berbasis agama masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat majemuk.

Dalam kesempatan ini, kita akan membahas bagaimana kita dapat membangun harmoni dalam keberagaman dan mengatasi ujaran kebencian berbasis agama. Mari kita simak lebih lanjut.

Menangkal Ujaran Kebencian Berbasis Agama

Ujaran kebencian berbasis agama merupakan ancaman serius bagi masyarakat majemuk. Dalam era digital ini, penyebaran informasi yang cepat dan luas dapat memicu konflik dan keretakan dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran dan upaya melawan ujaran kebencian.

Dalam konteks hukum, Indonesia telah memiliki beberapa peraturan yang mengatur tentang ujaran kebencian. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) mengatur tentang penyebaran informasi yang dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan. Selain itu, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis melarang segala bentuk diskriminasi dan ujaran kebencian berdasarkan ras dan etnis.

Selain itu, Hak Asasi Manusia (HAM) juga menjadi landasan penting dalam melindungi masyarakat dari ujaran kebencian. Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak kebebasan berpendapat dan berekspresi, namun juga menekankan bahwa hak ini dapat dibatasi untuk menghormati hak dan reputasi orang lain, serta untuk melindungi keamanan nasional, ketertiban umum, dan moralitas publik.

Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Asasi Manusia, yang menegaskan pentingnya melindungi hak asasi manusia, termasuk hak atas kebebasan berekspresi dan hak atas perlindungan dari diskriminasi.

Dalam perspektif agama Kristen, kita diajarkan untuk mengasihi sesama manusia dan memperlakukan orang lain dengan hormat dan kasih sayang. Seperti yang tertulis dalam Matius 22:39, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Selain itu, dalam Roma 12:18, kita diajarkan untuk hidup damai dengan semua orang, “Jika mungkin, sedapat-dapatmu, hiduplah damai dengan semua orang.”

Peran Media dalam Mengatasi Ujaran Kebencian

Media memiliki peran penting dalam mengatasi ujaran kebencian berbasis agama. Dengan menyajikan informasi yang akurat dan berimbang, media dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya ujaran kebencian dan mempromosikan dialog dan toleransi antaragama dan antarbudaya. Selain itu, media juga dapat menjadi sarana untuk mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan dan keberagaman, serta memperkuat kohesi sosial.

Pewarna Indonesia (Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia) secara tegas mengusung nilai-nilai kesetaraan dan keadilan, serta berkomitmen untuk mempromosikan dialog dan toleransi antaragama dan antarbudaya. Dengan demikian, Pewarna Indonesia telah berkontribusi dalam membangun harmoni dalam keberagaman dan mengatasi ujaran kebencian berbasis agama, serta mempromosikan masyarakat yang lebih inklusif dan damai.

Membangun Relasi dan Kolaborasi

Salah satu strategi efektif untuk melawan ujaran kebencian adalah melalui pendekatan literasi keagamaan lintas budaya. Dengan membangun relasi dan kolaborasi lintas agama, kita dapat menumbuhkan rasa saling percaya dan memahami perbedaan. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang fokus pada pengembangan kompetensi pribadi, komparatif, dan kolaboratif.

Pendidikan dan Kesadaran Media

Pendidikan dan kesadaran media juga menjadi kunci dalam mengatasi ujaran kebencian. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya ujaran kebencian dan mempromosikan dialog dan toleransi antaragama dan antarbudaya, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan damai.

Komitmen Bersama

Untuk menciptakan perubahan positif, kita memerlukan komitmen bersama dari berbagai pihak. Pemerintah, lembaga keagamaan, dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk mempromosikan toleransi dan kesadaran akan bahaya ujaran kebencian.

Dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan damai. Mari kita bekerja sama untuk menangkal ujaran kebencian berbasis agama dan membangun masyarakat yang lebih harmonis.

Oleh Kefas Hervin Devananda (Romo Kefas)

Tinggalkan Balasan