Membangun Dunia yang Lebih Damai: Sebuah Refleksi tentang Hidup dan Cinta

Spread the love

Pelita kota Bayangkan sebuah taman yang indah, dengan bunga-bunga yang bermekaran dan burung-burung yang bernyanyi. Namun, di tengah keindahan itu, ada sebuah batu yang tajam dan kasar, yang dapat merusak keindahan taman tersebut. Batu itu melambangkan konflik, kekerasan, dan ketidaksetaraan yang sering kali kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Tapi, apa yang terjadi jika kita dapat mengubah batu itu menjadi sebuah patung yang indah, yang dapat mempercantik taman tersebut? Apa yang terjadi jika kita dapat mengubah konflik menjadi kesempatan untuk memahami dan mencintai orang lain?

Seperti yang tertulis dalam Alkitab, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu… Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Markus 12:30-31). Dalam konteks ini, kita perlu membiasakan diri untuk mencintai dan memahami orang lain.

Saya percaya bahwa hidup ini adalah seni untuk dapat hidup damai dan sejahtera. Damai bukan berarti tidak ada konflik, tapi berarti kita dapat mengatasi konflik dengan bijak dan penuh kasih. Damai bukan berarti tidak ada perbedaan, tapi berarti kita dapat menerima perbedaan dengan lapang dada dan menghargai keunikan masing-masing individu.

Seperti yang dikatakan dalam Alkitab, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:9). Dalam konteks ini, kita perlu menjadi pembawa damai dan membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain.

Dalam membangun dunia yang lebih damai, kita perlu memulai dari diri sendiri. Kita perlu belajar untuk mendengar tanpa harus berteriak, untuk memahami tanpa harus menghakimi, dan untuk mencintai tanpa harus memaksa. Kita perlu membangun jembatan komunikasi yang efektif, membangun hubungan yang harmonis, dan membangun komunitas yang peduli.

Saya percaya bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan. Kita dapat memulai dari hal-hal kecil, seperti memberikan senyum kepada orang lain, memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, atau hanya dengan menjadi pendengar yang baik.

Seperti yang tertulis dalam Alkitab, “Karena itu, seperti anggota badan yang satu dengan yang lain, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh dalam Kristus, dan masing-masing adalah anggota yang satu dengan yang lain.” (Roma 12:5). Dalam konteks ini, kita perlu memahami bahwa kita semua memiliki kesamaan dan keunikan masing-masing, dan kita perlu menghargai perbedaan tersebut.

Mari kita bangun dunia yang lebih damai, lebih cinta, dan lebih harmonis. Mari kita menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi orang lain. Mari kita hidup dengan penuh kasih, penuh kesabaran, dan penuh pengertian.

Damai tanpa harus Menang, Didengar tanpa harus berTeriak, Dicintai tanpa harus meMaksa” – Mari kita jadikan filosofi hidup ini sebagai panduan kita dalam menjalani hidup sehari-hari.

Semoga kita dapat menjadi berkat bagi orang lain dan membangun dunia yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Oleh Kefas Hervin Devananda

Tinggalkan Balasan