Pelitakota.id “juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, *agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil* ,” Efesus 6:19
Sikap rasul Paulus jelas, “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (bdk. Fil 1:21) namun demikian Paulus bukanlah orang yang menganggap dirinya serba mampu dan beriman diartikan tanpa hambatan. Diakhir tulisan Paulus kepada orang percaya di kota Efesus, ia berterus terang orang percaya mendoakan dirinya, sebagaimana orang percaya bersoa bagi orang-orang kudus.
Ini permintaan Paulus, bahwa jika ia membuka mulut, Tuhan karuniakan perkataan yang benar, yang membawa ia berani memberitakan rahasia Injil. Jelas Paulus menyampaikan pesan, memberitakan Injil harus dimulai dari berkata benar, dan dari situ muncul keberanian!
Bukankah ada pemimpin Kristen yang jika harus mengatakan hal-hal yang benar, jadi penakut karena nanti akan berdampak kepada sikap perdebatan, ketersinggungan, keresahan bahkan kata bahasa umum “Janganlah kau bikin gara-gara, nanti malah runyam!”. Akibatnya semua perkataan yang benar sering hanya disimpan dan diucapkan pada ruang-ruang tertutup! Tidak pernah berani bicara benar, bahwa “Yesus adalah satu-satuNya jalan keselamatan!” atau “di luar Yesus Anda pasti binasa!”. Dalam konteks ini Paulus minta didoakan agar ia dapat berkata benar dan menjadi berani beritakan rahasia Injil.
Penyampaian rasul Paulus tidak mengada-ada, untuk beritakan rahasia Injil para pemimpin Kristen harus bicara benar! Sekarang semua manusia sedang berada di era disrupsi, era post-truth, era hanya cara aman untuk diri sendiri atau kelompoknya. Permenungannya, masih mungkinkah tampil pemimpin yang berani memberitakan rahasia Injil, di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja!
Salam Injili
Ps.DR.Ronny Mandang (Ketum PGLII)