Pelitakota.id Atau: Bagaimana Menghadapi “Masa Depan Tak Dikenal” dengan Yang Selalu Dikenal
Ingat saat terakhir kali kamu merasa seperti “tersungkur” oleh tekanan hidup? Saat masalah datang berguguran, dan masa depan terlihat seperti lorong gelap tanpa ujung? Banyak dari kita memilih menghindari – menyembunyikan diri di balik kebiasaan, kecemasan, atau bahkan kesedihan. Tapi apa kalau aku katakan: penyelesaian ketakutanmu bukanlah di balik dinding yang kamu bangun, melainkan di hadapan Tuhan yang memegang kunci atas SEGALA SESUATU?
Ada pribahasa Jawa yang pas banget dengan hal ini: “Loro nggon, loro raos – ora ana sing bisa nyingkiri masalah”. Artinya, di mana pun kita berada dan apa pun yang kita lakukan, masalah tidak bisa kita hindari. Jadi, lebih baik kita hadapinya dengan keberanian!
1. “Hindari Masalah” Bukan Jawaban Alkitab
Alkitab tidak pernah mengajarkan kita untuk lari dari tantangan. Bahkan, Yesus sendiri berkata dengan tegas:
“Di dunia ini kamu akan mengalami kesulitan, tapi jangan takut – Aku telah menaklukkan dunia” (Yohanes 16:33, TB-2).
Kalimat ini tidak berarti kesulitan akan menghilang – tapi berarti kita tidak sendirian dalam menghadapinya. Saul, ketika pertama kali menjadi raja, merasa takut menghadapi bangsa Filistin yang kuat (1 Samuel 17:1-11). Dia memilih bersembunyi di dalam gudang gandum, menghindari masalah yang harus dia hadapi. Tapi Daud? Dia tidak lari – dia menghadapi Goliath dengan keyakinan yang terpasang pada firman Tuhan:
“Sebab aku tahu, bahwa engkau akan memberiku kemenangan atas orang ini, sehingga seluruh dunia akan mengetahui bahwa ada Allah di Israel” (1 Samuel 17:46, TB-2).
Perbedaan mereka bukanlah kekuatan fisik, tapi kepercayaan pada Yang Memegang Segala Sesuatu. Seperti yang dikatakan pribahasa Jawa lain: “Ojo wedi medeni, wedi wae kudu wae” – jangan takut akan hal yang menakutkan, karena bahkan jika takut, kita tetap harus menghadapinya.
2. Mempercayakan “Tak Dikenal” Kepada Yang “Dikenal”
“Jangan pernah takut untuk mempercayakan masa depan yang tidak dikenal kepada Tuhan yang dikenal.” Kalimat ini penuh makna teologis! Alkitab menyatakan bahwa Tuhan bukan hanya sosok yang ada, tapi yang berdaulat – atas sejarah, waktu, dan bahkan kematian:
“Sebab Dia adalah Yang menciptakan segala sesuatu, Dia adalah Yang ada sebelum segala sesuatu, dan segala sesuatu ada karena Dia” (Kolose 1:16, TB-2);
“Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Ada, Yang Pernah Ada, dan Yang Akan Datang, Yang Mahakuasa” (Wahyu 1:8, TB-2).
Ingat Abraham? Dia harus pergi ke negeri yang tidak dia ketahui, tanpa peta dan tanpa tahu apa yang akan dia temui. Tapi Tuhan berkata kepadanya:
“Hai Abraham, angkatlah matamu dan lihatlah dari tempatmu sekarang, ke utara dan selatan, ke timur dan barat. Semua tanah yang kamu lihat itu akan kuberikan kepada mu dan keturunanmu selamanya” (Kejadian 13:14-15, TB-2).
Abraham pergi, karena dia mempercayakan dirinya kepada Tuhan yang dia kenal sebagai “Yang Memberi Janji”. Hasilnya? Dia menjadi bapak semua orang yang beriman. Pribahasa Jawa yang pas di sini: “Nyana ing Gusti, ora perlu wedeni” – kalau sudah percaya pada Tuhan, tidak perlu takut. Kamu juga bisa melakukan hal yang sama: menyerahkan masa depan yang ambigu kepada Tuhan yang pasti.
3. Tuhan: Kasih dan Kedaulatan Yang Satu
Kadang kita salah kaprah: mengira Tuhan hanya penuh kasih tapi tidak berkuasa, atau hanya berdaulat tapi tidak penuh kasih. Tapi alkitab menunjukkan Dia adalah keduanya sekaligus!
Ketika Yosua harus memimpin bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan yang banjir, dia pasti merasa takut. Tapi Tuhan berkata:
“Jangan takut dan jangan gentar, karena Aku akan menyertaimu di mana pun kamu pergi. Aku tidak akan membiarkan dan meninggalkanmu” (Yosua 1:9, TB-2).
Di sini kita lihat dua sisi Tuhan yang sempurna: kasih-Nya yang menyertai, dan kedaulatan-Nya yang membuat sungai berhenti mengalir (Yosua 3:16). Firman lain juga menegaskan hal ini:
“Setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut kepada-Nya” (Mazmur 103:11, TB-2);
“Tuhan adalah kekuatan dan kuasa ku; Dia telah menyelamatkan aku dari semua yang mengancamku” (Mazmur 18:2, TB-2).
Seperti pribahasa Jawa yang mengatakan: “Gusti punika pundi kasih, ugi pundi kuwasa” – Tuhan adalah sumber kasih, juga sumber kekuasaan. Tuhan yang kamu sembah itu adalah yang sama yang menciptakan langit dan bumi, tapi juga yang mencium luka dan memulihkan hati. Ketika tekanan hidup membuatmu tersungkur, ingat: tangan-Nya yang berkuasa itu tetap terulur untuk menjamah dan memulihkan:
“Lalu Yesus mengeluarkan tangannya, menyentuh dia, dan berkata: ‘Aku mau, jadi bersihlah kamu.’ Dan segera kudisnya itu sembuh” (Matius 8:3, TB-2);
“Lalu Yesus berseru dengan suara keras: ‘Lazarus, bangunlah!’ Dan orang yang mati itu bangkit, terikat dengan kain penguburan di badannya dan kain penutup di mukanya” (Yohanes 11:43-44, TB-2).
4. Di Dalam Tuhan, Tak Ada Ketakutan Yang Layak
“Di dalam Tuhan tidak ada ketakutan yang layak untuk menentukan hidup kita.” Ini bukan omong kosong – ini kebenaran alkitab! Kitab 1 Yohanes menyatakan:
“Takut tidak memiliki bagian dengan kasih yang sempurna; sebaliknya, yang penuh kasih tidak takut, karena dia yakin akan diselamatkan. Yang takut belum penuh kasih” (1 Yohanes 4:18, TB-2).
Ketakutan hanya berkuasa jika kita memberi tempatnya. Tapi ketika pandanganmu tertuju pada Tuhan yang mulia, hati yang paling takut bisa berubah menjadi hati yang paling berani. Lihatlah Petrus – dia yang pernah takut menyatakan mengenal Yesus (Matius 26:69-75), tapi setelah melihat kemuliaan-Nya di bukit transfigurasi, dia menjadi murid yang berani mati untuk iman:
“Lalu Yesus terbuka wajahnya, dan wajahnya menyala seperti matahari, dan pakaian-Nya menjadi putih seperti cahaya” (Matius 17:2, TB-2).
Pribahasa Jawa yang pas di sini: “Ningali Gusti, ati dadi wani” – melihat Tuhan, hati menjadi berani. Satu pandangan kepada-Nya sudah cukup untuk mengubah segala sesuatu.
Jadi, ketika ketakutan datang dan masalah membuatmu ingin lari – hentikanlah. Ingat:
– Hindari masalah bukan jawaban, tapi mengalami kehadiran Tuhan yang ada.
– Mempercayakan masa depan tak dikenal kepada Tuhan yang dikenal adalah kebijaksanaan.
– Dia adalah Tuhan yang penuh kasih dan berdaulat, yang tangan-Nya selalu terulur untuk memulihkan.
– Di dalam Dia, tidak ada ketakutan yang layak menguasai hidupmu.
Berdirilah teguh dalam iman! Sebab Tuhan yang kamu sembah adalah Yang Memegang Segala Sesuatu – termasuk masa depanmu yang indah.
GBU selalu, teman-teman! Semoga pesan ini bikin hati kita lebih kuat dan percaya.
Oleh Kefas Hervin Devananda


