KELUARKAN DIRI DARI BEBAN, LARI HINGGA MENDAPATKAN MAHKOTA

Spread the love

Pelitakota.id – Bayangkan senja di stadion olimpiade kuno. Atlet-atlet yang sudah berlatih bertahun-tahun berdiri di garis start, badannya bebas dari beban apapun — tidak ada pakaian tebal, tidak ada beban tambahan yang menghambat gerakan. Hanya semangat juang dan tujuan yang jelas: meraih mahkota kemenangan. Di dalam konteks kehidupan rohani, kita adalah atlet-atlet itu — sedang berlomba dalam perlombaan yang tidak terlihat, tapi lebih berharga daripada semua medali di dunia.

Perbandingan ini bukan cuma kiasan sembarangan. Di dalam Alkitab, rasul Paulus secara tegas menyampaikannya di surat Ibrani 12:1-2: “Maka, karena kita diselimuti oleh begitu banyak kerumunan orang yang telah selesai menjalani perjuangan mereka, mari kita lepaskan segala beban yang terikat pada kita dan dosa yang selalu membuat kita tergelincir, lalu kita berlari dengan sabar dalam perlombaan yang telah disiapkan untuk kita. Kita menatap kepada Yesus, pemula dan penyelesai iman kita…”

Bayangkan seorang peselancar yang ingin menaklukkan ombak besar. Jika dia membawa tas berat penuh barang-barang yang tidak perlu, dia akan langsung tenggelam sebelum menyentuh ombak itu. Tapi jika dia melepaskan semua beban dan hanya membawa papan selancar dan keahlian yang dia miliki, dia bisa meluncur dengan indah di atas ombak — bahkan ombak terbesar. Begitu juga kita: dengan melepaskan beban, kita bisa “meluncur” melalui tantangan hidup dengan bantuan Tuhan.

Ada pribahasa Jawa yang sangat sesuai dengan semangat ini: “Ojo didhelikno masalah, melainkan didelengno solusi” — jangan sembunyikan masalah atau bebanmu, tapi lihatlah jalan keluar yang ada. Dan dalam konteks rohani, jalan keluar itu adalah Tuhan.

– Perlombaan itu nyata: Hidup rohani bukanlah jalan yang mulus, melainkan perjuangan melawan dosa, godaan, dan masalah hidup yang bisa menghalangi kita mendekati Tuhan.
– Mahkota itu dijanjikan: Di 1 Korintus 9:24-25, Paulus menambahkan: “Tahukah kamu bahwa semua yang berlari di stadion, semuanya berlari, tetapi hanya satu yang memenangkan hadiah? Maka berlarilah agar kamu bisa menang. Setiap atlet berlatih untuk memenangkan mahkota yang akan pudar, tetapi kita berlatih untuk memenangkan mahkota yang abadi.” Mahkota ini bukan cuma kehormatan, tapi kehidupan abadi di sisi Tuhan.
– Yesus adalah contoh kita: Dia adalah “pemula dan penyelesai” — yang mulai perlombaan dengan sempurna dan menyelesaikannya dengan mati dan bangkit, memberi kita jalan untuk juga memenangkan kemenangan.

Orang yang berbeban berat tidak akan pernah bisa berlari cepat, apalagi menang. Beban yang dimaksud di sini ada dua jenis:

1. Beban dosa: Yang selalu “membuat kita tergelincir” — kesalahan masa lalu yang kita bawa, rasa bersalah yang tidak teratasi, atau godaan yang terus mengganggu. Teologis, kita diberi kesempatan untuk dibebaskan dari dosa melalui pengampunan Yesus (Yohanes 3:16; Roma 5:8). Menerima pengampunan itu artinya benar-benar melepaskan beban dosa, bukan hanya menyembunyikannya.
2. Beban masalah hidup: Kekerasan hati, kesulitan ekonomi, konflik hubungan, atau kesedihan. Tuhan tidak berkata kita tidak akan mengalami masalah, tapi Dia berkata kita tidak perlu membawanya sendirian. Di Matius 11:28-30, Dia berkata: “Datanglah kepadaku, semua yang lelah dan berbeban berat, dan aku akan memberimu ketenangan. Ambillah gagang ku dan pelajari dari ku, karena aku lemah lembut dan rendah hati hatiku, dan kamu akan menemukan ketenangan bagi hatimu. Sebab gagang ku ringan dan beban ku ringan.”

Perumpamaan keren: Bayangkan sepeda balap yang dipasang ban karet tebal dan penuh beban di belakang. Saat mengendarainya di jalan menanjak, pengendara akan sangat letih dan sulit maju. Tapi jika ban diganti dengan yang ringan dan beban dihilangkan, sepeda akan berjalan lancar dan cepat — bahkan di jalan terjal. Tuhan adalah siapa yang “ganti ban” dan “hilangkan beban” kita, membuat kita bisa maju tanpa kesulitan.

Disini pribahasa Jawa “Sing ngrampungake masalah, kudu ngeculke beban” (yang mau menyelesaikan masalah, harus melepaskan beban) sangat pas. Cara melepaskan beban itu sederhana tapi kuat:

– Berdoa dengan jujur: Ceritakan semua bebanmu kepada Tuhan, tanpa menyembunyikan apapun.
– Percaya pada janji-Nya: Yakin bahwa Dia akan menolong, bahkan jika cara-Nya tidak sesuai dengan harapan kita.
– Berdiri di kebenaran firman-Nya: Ingat bahwa kita sudah dibebaskan dari dosa dan diberi kekuatan untuk menghadapi masalah.

Tanpa iman yang kuat, kita akan mudah menyerah di tengah perlombaan. Bagaimana menguatkannya?

– Baca Alkitab secara teratur: Seperti atlet yang mempelajari teknik dan aturan perlombaan, kita membutuhkan firman Tuhan sebagai pedoman dan kekuatan.
– Berkomunikasi dengan saudara seiman: Di Ibrani 10:24-25, kita disarankan untuk “saling mengingatkan” dan “saling mendorong” agar tetap teguh. Pribahasa “Bisa tekan watu, biso tekan atap, yen bareng-bareng” (bisa menekan batu, bisa menekan atap, jika bersama-sama) menggambarkan betapa pentingnya dukungan satu sama lain dalam perlombaan iman.

Perumpamaan yang penuh makna: Bayangkan pohon mangga yang baru ditanam. Jika dia berdiri sendirian di padang terbuka, angin kencang akan mudah membengkokkannya atau bahkan membawanya terbang. Tapi jika dia ditanam bersama pohon-pohon lain, mereka akan saling menopang satu sama lain — angin tidak akan mudah merusaknya, dan dia akan tumbuh tegak sampai menghasilkan buah yang manis. Begitu juga iman kita: dengan dukungan saudara seiman, kita akan tumbuh tegak dan menghasilkan buah rohani.

– Berlatih iman melalui pengalaman: Setiap kali kita melepaskan beban dan mempercayai Tuhan, iman kita akan tumbuh lebih kuat — seperti atlet yang semakin kuat dengan latihan setiap hari.

Kita bukanlah atlet yang lemah. Kita adalah orang yang diberi kekuatan oleh Roh Kudus, yang memiliki contoh dalam Yesus, dan yang dijanjikan mahkota yang abadi. Jangan biarkan beban dosa atau masalah hidup membuatmu berhenti di tengah jalan. Lepaskan semuanya kepada Tuhan, kuatkan imanmu, dan lari dengan sabar — karena kemenangan sudah menunggumu di garis akhir.

Seperti yang dikatakan dalam pribahasa Jawa: “Yen wis netep, mesthi kecepetan” (jika sudah tegas tujuan, pasti akan cepat sampai).

“Jadi, jangan lemah lembut, tapi teguh hati, menyamai kekuatan Yesus dalam pekerjaan-Nya.” (Kolose 1:11)

Oleh Kefas Hervin Devananda

Tinggalkan Balasan