Kaesang dan “Politik Santuy”: Mampukah PSI Mengubah Peta Politik Indonesia?

Spread the love

Bogor – Di tengah labirin politik yang seringkali menyesatkan, PSI hadir bagai kompas penunjuk arah. Dengan “Politik Santuy” sebagai kompas, mereka mencoba merayu generasi muda yang apatis. Pelantikan skuad PSI menjadi simbol harapan, namun juga menyimpan tanda tanya besar: Mampukah mereka membuktikan bahwa politik bisa seasyik nongkrong di kafe tanpa kehilangan esensi? Ataukah “santuy” hanya menjadi topeng, menyembunyikan ambisi terpendam, sekadar taktik marketing politik semata?

Jenuh dengan wajah politik yang itu-itu saja? PSI menawarkan oase di tengah gurun pasir kekecewaan, sebuah janji perubahan di bawah nahkoda Kaesang Pangarep. “Politik Santuy” digadang-gadang menjadi mantra sakti untuk menjangkau hati pemilih, terutama generasi muda yang skeptis. Gaya Kaesang yang out of the box menjadi daya pikat tersendiri. Ia hadir bukan sebagai superhero yang dielu-elukan dari kejauhan, melainkan teman seperjalanan yang asyik diajak berdiskusi. Kaos, jeans, dan jokes receh menjadi amunisi untuk mendekatkan diri dengan akar rumput.

“Politik itu tak perlu tegang! Yang penting nyambung dengan anak muda,” itulah pesan yang ingin disuarakan PSI, sebuah ikhtiar meruntuhkan menara gading yang selama ini memisahkan elite politik dan generasi Z. Lebih dari sekadar gimmick, “Politik Santuy” adalah representasi dari DNA PSI yang unik: anti-mainstream dan jauh dari kesan formal. Alih-alih mengikuti pakem politik yang usang, mereka memilih jalur yang lebih relevan dengan denyut nadi anak muda, seolah ingin meneriakkan bahwa “Adat kakurung ku adat,” tradisi lama tak selamanya relevan, dan “Aja dumeh,” jangan merasa superior hanya karena punya kekuasaan.

Kebebasan berserikat dan berkumpul, yang dijamin oleh Pasal 28 UUD 1945, adalah panggung bagi partai politik untuk berkreasi dalam menjalankan orkestrasi organisasi. PSI, dalam setiap kongresnya, selalu menampilkan pertunjukan yang unik dan berbeda dari partai lain. Misalnya, mereka bisa saja menggunakan teknologi digital untuk menyatukan suara anggota dari Sabang sampai Merauke secara real-time, atau menggelar forum diskusi yang lebih interaktif dan inklusif dibandingkan dengan pidato-pidato monoton yang membosankan. Inovasi seperti ini bukan hanya sekadar mencari sensasi, tetapi juga upaya untuk mewujudkan demokrasi yang lebih partisipatif. Dengan memanfaatkan teknologi dan pendekatan yang lebih membumi, PSI mencoba merangkul anggota dan pemilih yang selama ini merasa terpinggirkan oleh cara-cara politik konvensional. Tentu saja, cara-cara unik ini harus tetap berpegang teguh pada kompas moral dan etika. Transparansi, akuntabilitas, dan penghormatan terhadap perbedaan adalah fondasi yang tak boleh dilupakan. Namun, selama inovasi tersebut bertujuan untuk memperkuat partisipasi publik dan meningkatkan kualitas demokrasi, maka hal itu patut diapresiasi sebagai bagian dari evolusi politik yang sehat.

Img 20251005 181511
Kefas Hervin Devananda (Romo Kefas)

Untuk mewujudkan “Politik Santuy”, PSI mengandalkan strategi 5-3-2. Bukan formasi sepak bola biasa, melainkan blueprint organisasi yang adaptif. Tujuannya? Agar PSI bisa bergerak lincah, merespons isu terkini dengan cepat, dan tetap tenang di tengah badai politik yang sulit diprediksi. Strategi ini diharapkan menjadi angin segar dalam pusaran politik yang seringkali menyesakkan.

Namun, “Politik Santuy” tak luput dari terjangan badai kritik. Banyak yang meragukan keseriusan PSI dalam memperjuangkan isu-isu krusial. Apakah partai ini hanya memakai gimmick untuk mencuri perhatian, tanpa substansi yang berarti? Mampukah PSI membuktikan bahwa mereka lebih dari sekadar one-hit wonder?

PSI dengan lantang menepis keraguan itu. Mereka berpendapat bahwa “Politik Santuy” adalah jurus jitu untuk menyampaikan pesan politik, khususnya pada generasi muda yang alergi terhadap politik tradisional. “Kami ingin anak muda peduli pada politik. Caranya? Dengan bahasa yang mereka pahami, dengan cara yang mereka sukai,” tegas salah satu punggawa PSI, menegaskan komitmen mereka untuk merangkul generasi penerus.

Lalu, bagaimana dengan takdir Pemilu nanti? Apakah “Politik Santuy” akan berhasil mendongkrak elektabilitas PSI? Hasilnya mungkin belum memuaskan semua pihak. Namun, PSI telah berhasil mencuri perhatian publik dan membuktikan bahwa ada ruang untuk cara berpolitik yang berbeda di Indonesia. Ini menjadi bukti bahwa pendekatan yang fresh dan relevan bisa mendapatkan tempat di hati masyarakat.

Ke depan, tantangan PSI adalah membuktikan bahwa “Politik Santuy” bukan hanya sekadar lip service, tetapi juga membawa dampak positif bagi masyarakat. Mereka harus mampu menerjemahkan aspirasi anak muda menjadi kebijakan yang konkret dan bermanfaat. Bisakah PSI melewati rintangan ini, membuktikan bahwa mereka bukan hanya sekadar “politik kopi”?

Waktu akan menjadi hakim yang adil. Namun, satu hal yang pasti: Indonesia membutuhkan lebih banyak anak muda yang berani bermimpi dan terlibat aktif dalam politik. Jika kamu adalah salah satunya, jika kamu punya visi untuk Indonesia yang lebih gemilang, inilah saatnya untuk mengambil kendali! Jangan biarkan potensi dirimu terpendam, jangan biarkan idealisme meredup.

Bergabunglah dengan PSI, bukan sekadar menjadi penonton, tetapi menjadi sutradara perubahan. Bersama, kita rajut kembali benang-benang kebangsaan yang mulai terurai, kita warnai kanvas politik dengan ide-ide segar, dan kita ukir sejarah baru Indonesia yang lebih progresif. Jadilah bagian dari orkestra yang memainkan melodi perubahan, yang berani keluar dari zona nyaman, dan yang selalu berpihak pada kebenaran.

Mari genggam erat mimpi, satukan tekad, dan langkahkan kaki bersama dalam rumah besar bernama PSI. Di sini, setiap suara didengarkan, setiap ide dihargai, dan setiap kontribusi menjadi bagian dari perjalanan menuju Indonesia yang lebih santuy, lebih maju, lebih adil, dan lebih membanggakan. Jangan tunda lagi, inilah saatnya untuk menjadi pahlawan masa depan, untuk mengukir jejak yang tak terlupakan, dan untuk membuktikan bahwa anak muda bisa mengubah Indonesia! Bersama PSI, mari kita wujudkan mimpi itu menjadi kenyataan!

Oleh Kefas Hervin Devananda (Romo Kefas) Jurnalis Senior Pewarna Indonesia,Aktivis dan Penggiat Sosial

Tinggalkan Balasan