Serang, Senin (15-12-2025) — Sejumlah mahasiswa mengangkat suara untuk menentang narasi DPRD yang sebelumnya mengatakan Cilowong akan jadi pusat daur ulang, wisata edukasi sampah, dan sumber peningkatan retribusi. Menurut mereka, janji-janji itu terdengar bagus tapi tidak realistis dan tidak sesuai dengan kondisi sekarang.
Para mahasiswa menyatakan bahwa klaim tentang pusat daur ulang hanyalah ilusi. Fasilitas dasar Cilowong bahkan masih kesulitan mengelola sampah dari Kota Serang sendiri, apalagi jika nantinya ditambah beban dari Kabupaten Serang.
“Bagaimana mungkin ingin menambah beban sampah dari Kabupaten Serang? Dan wacana wisata edukasi juga terlalu jauh dari kenyataan,” tutur AS, salah satu mahasiswa yang jadi juru bicara, dalam keterangan kepada media pihak mahasiswa.
Mereka menjelaskan bahwa hingga saat ini, Cilowong tidak punya teknologi modern untuk pengolahan sampah, tidak ada sistem pemilahan dari sumber, dan tidak ada pengolahan lindi yang benar-benar siap. Akibatnya, lingkungan sekitar masih ada bau menyengat, pencemaran, dan risiko kesehatan bagi warga.
“Tempat yang belum selesai masalah dasarnya, tidak mungkin langsung jadi objek wisata. Ini bukan pengembangan pariwisata — cuma pembungkus agar kebijakan terlihat bagus,” kata mereka.
Mahasiswa juga menolak peningkatan retribusi, menyebutnya tidak adil. “Uang retribusi masuk kas daerah, tapi bau, pencemaran, dan penyakit ditanggung warga. Ini seperti ‘Keuntungan di Atas, Beban di Bawah’ — bentuk ketidakadilan,” ungkap mereka.
Yang paling penting, kata mahasiswa, tidak ada jaminan bahwa janji-janji itu akan terwujud. Tanpa kajian lingkungan yang transparan, kesiapan teknologi, dan pelibatan warga, semua itu cuma omong kosong kebijakan.
Di akhir, AS menegaskan: “Pengelolaan sampah harus berdasarkan kapasitas nyata dan keadilan. Cilowong bukan tempat menumpuk masalah. Ini rumah masyarakat yang hak hidupnya harus dilindungi.”
Tim


