Dalam sebuah dongeng, seekor kera tampak sedang memperhatikan seekor angsa yang sedang asyik berenang, diam-diam si kera membandingkan dirinya dengan angsa itu. Si kera mulai merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang paling malang karena tidak bisa berenang. Akhirnya dia memutuskan untuk menjadi angsa, dan dia berlatih berenang dan berkali-kali hampir tenggelam.
Sebaliknya si angsa yang juga melihat kera tersebut, juga mulai membandingkan dirinya sendiri dengan sang kera, dan merasa menyesal mengapa dia tak dapat memanjat pohon. Akhirnya si angsa juga memutuskan untuk menjadi kera dan dengan kakinya yang pendek, sang angsa mulai belajar memanjat pohon agar bisa bergelantungan kesana kemari. Berkali-kali angsa itu terpeleset dan jatuh, jika saja dia tidak memiliki sayap, tentulah angsa itu sudah mati terjerambab.
Seringkali kita juga bersikap seperti angsa dan monyet tadi. Kita selalu membandingkan diri kita atau kemampuan kita dengan kemampuan orang lain. Seringkali kita tidak mensyukuri setiap talenta, kemampuan atau karunia yang telah Tuhan berikan kepada kita, namun kita justru ingin menjadi seperti orang lain.
Mari mulai saat ini, kita tak lagi membanding-bandingkan kemampuan kita dengan orang lain. Apalagi bersikap iri hati, karena setiap dari kita, pasti mempunyai kemampuan, talenta, dan karunia khusus yang telah Tuhan berikan kepada kita.
Temukan dan kembangkan setiap talenta, kemampuan ataupun karunia kita, sehingga kita dapat menjadi berkat bagi orang lain, dan pada akhirnya nama Tuhan yang dipermuliakan melalui kehidupan kita.
“tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu.” 1Korintus 7:7b
Selamat berkarya di bulan September, dalam perkenan-Nya. WIN with GOD. Jaga kesehatan, tetap semangat dan antusias. Tuhan Yesus melimpahkan rahmat-Nya sehingga terobosan illahi, jalan keluar illahi, penyelesaian illahi dan pelipatgandaan illahi di seluruh area kehidupan kita dinyatakan.
Abah Daniel