Iman: Dari Luka Menuju Kemenangan – Kisah Inspiratif Kefas Hervin Devananda

Spread the love

Pelitakota.id – Hidup ini laksana arena gladiator modern, di mana kita tak henti bertarung melawan badai, luka, dan ketidakpastian. Kefas Hervin Devananda telah merasakan langsung kerasnya arena ini, terhempas ke dasar jurang di mana kegelapan dan keputusasaan mencengkeram jiwa. Namun, di tengah badai kehidupan, ia menemukan kekuatan luar biasa—sebuah api iman yang tak pernah padam, yang mampu membakar semangat dan mengubah luka menjadi kemenangan.

Kisah Kefas adalah perjalanan roller coaster dengan tikungan tajam dan tanjakan curam, namun dipenuhi harapan, kasih, dan anugerah. Ini adalah kisah tentang bagaimana iman mengubah seorang korban menjadi pahlawan, dan bagaimana setiap luka menjadi pelajaran berharga menuju takdir yang lebih besar.

Sebagai seorang yang percaya, iman adalah jangkar yang menahan Kefas di tengah badai. Lebih dari sekadar keyakinan, iman adalah kekuatan untuk melihat harapan di tengah kegelapan. Seperti kata pepatah Jawa, “Urip iku sawang sinawang,” yang mengingatkan bahwa hidup itu soal melihat dan dilihat; seringkali kita hanya melihat kebahagiaan orang lain, tanpa tahu apa yang sebenarnya mereka alami. Kisah Kefas adalah bukti nyata dari kekuatan tersebut, sebuah perjalanan yang akan menggugah hati dan membangkitkan semangat, bahkan di saat tergelap sekalipun.

Kefas telah melewati berbagai ujian berat yang telah membentuk dirinya hari ini:

– Korban Begal Brutal: Suatu malam, Kefas menjadi korban begal yang brutal. Bukan hanya harta yang dirampas, tetapi tubuhnya pun dilukai dengan keji. Lengan sobek menganga akibat tebasan clurit, punggung penuh sembilan luka tikaman menganga, setiap tusukan terasa seperti neraka yang membakar. Maut rasanya begitu dekat, aroma anyir darah menyesakkan napas, dan dinginnya aspal jalanan menjadi saksi bisu dari teror yang dialaminya. Namun, di tengah sakit dan ketakutan yang mencengkeram, yang hampir melumpuhkan akal sehat, Kefas berdoa dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Ia diingatkan bahwa harta hanyalah titipan, seperti firman Amsal 15:16, “Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN, dari pada banyak harta dengan disertai kekacauan.” Kefas mencoba tenang, meski tubuh gemetar tak terkendali dan darah terus mengalir deras, seolah kehidupan perlahan meninggalkannya. Ia ingat “Alon-alon waton kelakon,” melakukan segala sesuatu dengan hati-hati dan sabar, meski dalam situasi yang terasa mustahil. Pemulihan fisik dan mental adalah proses panjang dan berat, meninggalkan bekas luka yang takkan pernah hilang, menjadi pengingat abadi akan malam yang mengerikan itu. Namun, Tuhan selalu menyertai Kefas, memberikan kekuatan untuk terus melangkah, bahkan saat kaki terasa begitu berat.
– Serangan Jantung yang Nyaris Merenggut Nyawa: Beberapa waktu lalu, serangan jantung mendadak merenggut kesadaran Kefas, membawanya ke ambang kematian. Saat dilarikan ke rumah sakit, vonis operasi pemasangan ring jantung bagai palu godam yang menghantam, menghancurkan semua harapan dan keyakinan. Ketakutan dan ketidakpastian menghantui, membayangi masa depan yang terasa begitu rapuh, seolah seutas benang tipis yang bisa putus kapan saja. Namun, Kefas percaya Tuhan adalah Tabib Agung, dan doa dari Yeremia 17:14 menjadi pegangan, “Sembuhkanlah aku, ya TUHAN, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah yang kupuji.” Ia terus berharap pada kuasa-Nya, memohon ampunan dan kesembuhan dengan segenap hati dan jiwa. Operasi berjalan lancar, dan Kefas bersyukur atas kesempatan kedua ini, sebuah anugerah yang tak ternilai harganya, sebuah keajaiban yang tak mungkin terjadi. Setelahnya, rehabilitasi jantung dan perubahan gaya hidup menjadi tantangan baru, memaksa Kefas untuk berdamai dengan keterbatasan dan kelemahan diri. Namun, ia tahu Tuhan tak pernah meninggalkannya, bahkan di saat-saat terlemah sekalipun. Seperti kata peribahasa Sunda, “Sing sabar, Gusti pasti némbongkeun jalanna,” mengingatkan untuk selalu bersabar dan percaya pada rencana-Nya, meski jalan yang terbentang di depan terasa begitu terjal dan berliku.
– Kecelakaan Mobil di Jalan Tol: Mimpi buruk itu menjadi kenyataan saat kecelakaan mobil di jalan tol merenggut kebebasan Kefas, menghancurkan semua impian dan harapan. Kendaraan hancur tak berbentuk, menjadi tumpukan besi yang tak berguna, simbol dari kehancuran yang ia rasakan di dalam diri. Luka serius memaksa Kefas mendekam di tempat tidur selama delapan bulan, terisolasi dari dunia luar. Frustrasi mencengkeram jiwa, merenggut semangat, dan membuat Kefas mempertanyakan segalanya, bahkan keberadaan Tuhan. Ia merasa lumpuh, tak berdaya menyaksikan dunia berlalu lalang di luar sana, sementara tubuhnya terkurung dalam keterbatasan, menjadi penjara bagi jiwa yang merindukan kebebasan. Kemarahan, kekecewaan, dan keputusasaan bercampur aduk, menciptakan badai emosi yang nyaris tak tertahankan, mengancam untuk menenggelamkan Kefas dalam lautan keputusasaan. Namun, di tengah kegelapan yang pekat itu, Roma 8:28 mengingatkan, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.” Kefas percaya Tuhan punya rencana lebih besar, meski saat itu tak mampu ia pahami. Melalui kecelakaan ini, ia belajar menghargai setiap detik kehidupan yang berharga, berhati-hati dalam setiap langkah yang diambil, dan bersyukur atas setiap berkat yang seringkali terlupakan, bahkan yang terkecil sekalipun.

Dalam setiap kesulitan, Kefas selalu mengandalkan Tuhan sebagai sumber kekuatan. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh, mencurahkan isi hati dan jiwa, membaca firman-Nya yang memberikan penghiburan dan harapan, dan mencari dukungan dari orang-orang terdekat yang mengasihi tanpa syarat. Ia menyadari bahwa perasaan sendirian hanyalah ilusi; Tuhan selalu ada, menemani setiap langkah, dan memberikan kasih-Nya yang tak terbatas, sebuah pelukan hangat yang menenangkan di tengah badai. Yesaya 40:31 menjadi penguat, “Orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru,” memberikan harapan bahwa badai pasti berlalu dan mentari akan kembali bersinar, membawa kehangatan dan sukacita.

Kefas juga belajar bahwa kita tidak bisa hidup sendiri. Kita butuh dukungan dan kekuatan dari orang lain. “Silih asah, silih asih, silih asuh,” saling menajamkan pikiran, saling menyayangi, dan saling membimbing—sebuah prinsip hidup yang mengajarkan tentang pentingnya kebersamaan dan saling menguatkan, karena bersama kita bisa menghadapi segala rintangan.

Pengalaman hidup mengajarkan Kefas bahwa penderitaan tidaklah sia-sia. Ia adalah kesempatan untuk bertumbuh, belajar, dan menjadi berkat bagi sesama. Kefas percaya Tuhan mengizinkan kesulitan agar kita menjadi saksi kasih-Nya dan memberikan penghiburan bagi mereka yang sedang berjuang, karena kita tahu bagaimana rasanya berada di posisi mereka. 2 Korintus 1:4 menjadi inspirasi, “Allah menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka yang berada dalam bermacam-macam penderitaan,” mengingatkan bahwa setiap luka yang kita alami dapat menjadi sumber kekuatan bagi orang lain, sebuah bukti nyata bahwa harapan selalu ada.

Jika saat ini Anda merasa berada di titik terendah, jangan biarkan diri Anda terpuruk dalam keputusasaan! Ingatlah, Anda tidak sendirian. Tuhan selalu menyertai, bahkan dalam lembah kekelaman sekalipun, dan ada kekuatan luar biasa dalam diri Anda yang siap untuk dibangkitkan, sebuah potensi yang belum Anda sadari. Bangkitlah, tebarkan senyum, dan buktikan bahwa Anda mampu meraih impian dengan keberanian dan keyakinan yang tak tergoyahkan! Amsal 23:18 menjadi janji yang Kefas pegang erat, “Masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang,” memberikan keyakinan bahwa selalu ada harapan bagi mereka yang percaya, sebuah cahaya di ujung terowongan.

Jadilah berkat bagi orang lain. Bagikan pengalaman Anda, berikan penghiburan, dan tunjukkan kasih Tuhan yang tak terbatas. Dengan demikian, hidup kita akan lebih bermakna dan memuliakan nama-Nya. Ingatlah, “Gusti ora sare,” Tuhan tidak tidur. Setiap perbuatan baik akan selalu dilihat dan dibalas oleh-Nya, dan setiap air mata yang jatuh akan digantikan dengan sukacita yang melimpah, sebuah hadiah dari surga.

Kisah Kefas Hervin Devananda adalah bukti nyata bahwa iman dapat membawa kita dari luka menuju kemenangan. Semoga kesaksian ini memberikan kekuatan dan penghiburan bagi Anda, menyentuh hati dan membangkitkan semangat yang mungkin telah lama padam. Jadikan setiap pengalaman, baik suka maupun duka, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan, karena Dialah sumber segala kekuatan dan penghiburan. Percayalah, di balik setiap kesulitan, ada rencana indah yang telah Dia siapkan, sebuah permata tersembunyi yang akan bersinar pada waktunya, memberikan keindahan dan makna bagi hidup Anda. Teruslah melangkah dengan iman, jadilah berkat bagi sesama, dan jangan pernah menyerah! Karena di dalam Kristus, kita lebih dari pemenang, dan masa depan yang penuh harapan telah menanti kita, sebuah mahkota kemuliaan yang akan dikenakan oleh mereka yang setia sampai akhir, sebuah janji yang pasti akan digenapi.

Pengalaman hidup Kefas Hervin Devananda semoga memberkati.

Cerita ini dituliskan oleh Alex Rusli disadur dari media online pelitanusantara.com

Tinggalkan Balasan