Hati Seluas Samudra

Spread the love

Pelitakota.id Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah menetapkan 8 Juni diperingati sebagai World Ocean Day atau Hari Laut Internasional. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran manusia akan pentingnya menjaga laut disertai dengan aksi nyata.

Menjaga laut merupakan tugas bersama yang harus dilakukan manusia. Kurang lebih 70% bagian bumi berupa lautan. Ketika laut tidak terjaga dengan baik, itu dapat berdampak negatif yang sangat besar terhadap bumi.

Lautan luas merupakan muara aliran dari berbagai sungai. Aliran sungai yang menuju lautan, tidak hanya membawa air, sangat memungkinkan banyak benda yang ikut terbawa, seperti limbah produksi, sampah plastik, bahkan mungkin bangkai makhluk hidup. Akibatnya, laut menjadi tempat berkumpulnya banyak benda.

Seperti halnya lautan, kita sebagai manusia juga menerima banyak hal dalam hidup. Dalam Kitab Suci Tipitaka, Anguttara Nikaya, kelompok 8, Sang Buddha mengajarkan demikian “Para bhikkhu, delapan kondisi duniawi ini berputar di sekeliling dunia, dan dunia berputar di sekeliling delapan kondisi duniawi ini. Apakah delapan ini? Untung dan rugi, kehinaan dan kemasyhuran, celaan dan pujian, dan kenikmatan dan kesakitan. Kedelapan kondisi duniawi ini berputar di sekeliling dunia, dan dunia berputar di sekeliling kedelapan kondisi duniawi ini.”

Dari kutipan ajaran Buddha ini, jelas bahwa kehidupan kita tidak hanya menerima hal-hal baik. Tetapi, hal-hal yang kita anggap buruk juga ternyata menjadi bagian dari kehidupan kita. Terdapat delapan kondisi dunia yang disebut sebagai Atthaloka Dhamma. Kondisi inilah yang datang dan pergi bergantian dalam kehidupan.

Ketika mendapatkan hal yang membahagiakan, manusia bisa menerima dengan baik. Namun, ketika hal buruk yang datang, manusia akan cenderung untuk mengeluh, tidak rela, bahkan bisa jadi menyalahkan kondisi sekitar. Oleh karena itu, belajar dari lautan luas, yang menampung berbagai benda dari aliran sungai, manusia juga sebaiknya memacu diri untuk bisa mengembangkan kondisi hati seluas samudra.

Hati seluas samudra adalah hati yang bisa menerima kondisi apapun dengan lapang, dengan rela, dan dengan keseimbangan batin. Memiliki hati seluas samudra juga bisa berdamai dengan masa lalu, kegagalan, bahkan bisa memaafkan diri sendiri maupun orang lain. Kita mesti menyadari bahwa segala yang kita terima dalam kehidupan, memiliki sifat selalu berubah. Tidak ada kebahagiaan yang terus menerus ataupun kesedihan yang tidak ada akhirnya.

Dalam Mangala Sutta, Khuddaka Nikāya, Sang Buddha menyampaikan, “Phuṭṭhassa lokadhammehi, cittaṁ yassa na kampati, asokaṁ virajaṁ khemaṁ, etam maṅgalamuttamaṁ.” Kutipan tersebut memiliki arti meski digoda oleh hal-hal duniawi, namun batin tak tergoyahkan, tiada sedih, tanpa noda, dan penuh damai, itulah berkah utama.

Memiliki hati seluas samudra membuat kehidupan kita lebih tenang. Kita bisa menjalani dan melanjutkan kehidupan tanpa beban. Sebagaimana samudra yang yang tetap tenang menerima aliran sungai, demikian pula hati yang luas membawa kedamaian dan kebahagiaan.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Catur Widyaningsih, S.Pd.B. (Penyuluh Agama Buddha Kankemenag Kota Cirebon, Prov. Jawa Barat)

Tinggalkan Balasan