Pelitakota.id Hidupku? Bukan sekadar garis lurus dari kelahiran hingga hari ini. Ini adalah simfoni yang megah, penuh dengan nada-nada mujizat, harmoni anugerah, dan melodi pembelajaran tanpa henti. Mungkin kau melihatku sekarang, berdiri di “batas ini” – sebuah titik di mana masa lalu dan masa depan bertemu – dan bertanya, “Bagaimana dia bisa sampai di sana?”
Jawabannya bukan terletak pada bakat atau keberuntungan semata. Ini adalah kisah tentang bagaimana tangan Tuhan menari dalam setiap detail hidupku, bahkan dalam momen-momen tergelap sekalipun. Seperti yang tertulis dalam Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Dulu, aku adalah seorang yang mendambakan kesempurnaan. Mengejar bayangan ideal yang selalu tampak jauh di depan. Aku lupa bahwa kesempurnaan sejati bukanlah tentang mencapai puncak, melainkan tentang menikmati pendakian itu sendiri.
Kemudian, badai datang. Bisnis yang kubangun dengan keringat dan air mata runtuh seperti istana pasir diterjang ombak. Orang-orang yang dulu mengagumiku berbalik arah, meninggalkan aku dalam kesepian. Aku merasa seperti terdampar di pulau tak berpenghuni, tanpa harapan untuk diselamatkan.
Namun, di tengah kegelapan itu, setitik cahaya mulai menyala. Aku teringat akan janji-Nya, bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya. Aku mulai mencari jawaban dalam doa, dalam renungan, dalam setiap hembusan napas. Seperti yang dijanjikan dalam Yesaya 41:10, “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau; janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
Dan mujizat pun terjadi. Bukan dalam bentuk uang atau kekayaan yang kembali, melainkan dalam bentuk kekuatan batin yang tak terduga. Aku belajar untuk bersyukur atas apa yang masih kumiliki, untuk menghargai hal-hal kecil yang dulu luput dari perhatian. Cak mano nak ngambek wangi, kalau bukan dari bungonyo. Bagaimana kita bisa menemukan keindahan dan kebahagiaan jika tidak dari hal-hal sederhana yang ada di sekitar kita?
Tak hanya itu, aku juga divonis menderita penyakit yang mengancam jiwa. Dokter mengatakan bahwa peluangku untuk sembuh sangat kecil. Namun, aku menolak untuk menyerah. Aku menggabungkan ikhtiar medis dengan kekuatan doa, dengan keyakinan bahwa Allah Maha Penyembuh. Seperti yang tertulis dalam Yeremia 33:6, “Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kesembuhan baginya, Aku akan mengobati mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah.”
Dan lagi-lagi, mujizat datang menghampiri. Penyakit itu berangsur-angsur menghilang, membuat para dokter tercengang. Aku menyadari bahwa hidup ini adalah anugerah yang tak ternilai harganya, dan aku harus memanfaatkannya sebaik mungkin.
Dari setiap ujian, dari setiap cobaan, aku belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Idak keruh, kalau idak diogok. Kita tidak akan pernah tahu kekuatan dan potensi diri jika tidak pernah menghadapi tantangan. Aku belajar untuk mencintai tanpa syarat, untuk memberi tanpa mengharapkan imbalan, dan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Yakobus 1:2-4 mengatakan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan ituMat 5:45; mencapai kesempurnaan, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.”
Kini, aku berdiri di batas ini, bukan sebagai orang yang sempurna, melainkan sebagai seorang pejuang yang telah melewati berbagai pertempuran. Aku masih jauh dari kata sempurna, namun aku memilih untuk terus belajar, terus bertumbuh, dan terus menyempurnakan diri dalam kehendak-Nya.
Aku ingin berbagi kisah ini denganmu, bukan untuk pamer atau mencari pujian, melainkan untuk menginspirasi dan memotivasi. Bahwa hidup ini penuh dengan mujizat dan anugerah. Bahwa setiap kita memiliki potensi untuk menjadi lebih baik, untuk memberikan yang terbaik, dan untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Jadi, jangan pernah menyerah pada impianmu. Jangan biarkan kegagalan menghancurkan semangatmu. Percayalah, Allah selalu menyertai langkahmu. Jadikan hidupmu sebuah simfoni yang indah, yang diwarnai oleh mujizat, anugerah, dan pembelajaran tanpa henti. Dan ingatlah, perjalanan ini mungkin sulit, tetapi hasilnya akan sepadan. Seperti yang dijanjikan dalam Filipi 4:13, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Di kirim oleh Sahabat Pelita yang tak mau di ungkap Identitas nya


