Di Balik Kesederhanaan Natal Nasional 2025: “Aksi Nyata” yang Bikin Hati Hangat — Dari Ambulans Sampai Bantuan Miliaran Lintas Agama

Spread the love

Sudut pandang: Memfokuskan pada “tindakan nyata” yang menjadi inti perayaan, bukan hanya konsep — menunjukkan bagaimana setiap detail dirancang untuk menjawab kebutuhan sesama.

JAKARTA,  — Persiapan Natal Nasional 2025 sudah mencapai kemajuan yang signifikan, tapi jangan salah — kesederhanaan yang dijunjung tinggi bukan berarti kurang “gagah”. Setiap langkah panitia dirancang untuk menghasilkan “aksi nyata” yang menjangkau pelosok, membuat perayaan ini lebih dari sekadar acara keagamaan.

Ketua Umum Panitia Natal Nasional 2025, Maruarar Sirait, menyampaikan hal itu usai rapat di Graha Oikumene Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Salemba Raya, Jakarta, Jumat (19/12/2025). Menurutnya, konsep ini sejalan dengan arahan Presiden, terutama di tengah tantangan sosial dan kemanusiaan yang tengah dihadapi bangsa.

“Kesederhanaan tidak mengurangi makna Natal. Justru melalui kesederhanaan itu, dampak sosialnya diperluas,” ujar Maruarar yang jelas melihat bahwa “kurang mewah” berarti “lebih banyak yang terbantu”.

Dan buktinya? Panitia telah menyiapkan “paket aksi” yang bikin terkejut: 35 unit ambulans untuk membantu layanan kesehatan di daerah yang kekurangan, bantuan pendidikan Rp10 juta per anak untuk 1.000 anak agar bisa melanjutkan studi, dana renovasi 100 gereja agar tempat ibadah tetap layak, serta dukungan finansial kepada organisasi gereja nasional seperti PGI, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dan aras gereja lainnya.

Puncak perayaan dijadwalkan 5 Januari 2026 di Arena Tennis Indoor Senayan, Jakarta, dengan 3.000 tamu undangan yang beragam — dari koster gereja, guru sekolah minggu, anak yatim piatu, hingga penyandang disabilitas. Bahkan, bantuan sembako yang awalnya 10.000 paket pun berhasil level up jadi 20.000 paket — semuanya berkat dukungan dari berbagai kalangan, termasuk tokoh lintas agama yang berdonasi miliaran rupiah khusus untuk sektor pendidikan.

Inklusivitas juga tidak hanya cuma kata-kata. Seluruh konsumsi acara dibeli dari pelaku UMKM untuk mendorong perekonomian lokal, sedangkan pengisi acara berasal dari paduan suara dan penyanyi gereja dari berbagai daerah — membangun jembatan keanekaragaman. Kaum muda dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), serta pemuda Gereja Katedral dan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) juga turut “bergerak” di kepanitiaan, memberikan semangat baru.

Dukungan pemerintah terlihat melalui kehadiran Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian di rapat persiapan. Ia menilai konsep ini sangat relevan, terutama di tengah suasana duka pascabencana Sumatera Utara.

“Perayaan ini dilaksanakan dengan kapasitas terbatas, sekitar 3.500 orang di dalam ruang indoor, tetapi dampak sosialnya diperluas melalui bantuan yang menjangkau berbagai daerah di Indonesia,” kata Tito yang juga mengungkapkan memberikan bantuan pribadi sebagai bentuk empati kepada korban bencana.

Untuk memastikan semua berjalan lancar dan damai, Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nasional siap “menjaga benteng”. Sebanyak 200 personel Banser akan dikerahkan untuk pengamanan berlapis, di dalam dan luar lokasi.

Wakil Kepala Satuan Koordinasi Nasional Banser, Haji Abdul Mufid, menegaskan bahwa ini bagian dari komitmen menjaga kerukunan dan kebebasan beribadah. “Kami bekerja dengan pendekatan preventif dan terus berkoordinasi dengan Polri dan TNI. Banser hadir sebagai mitra pendukung keamanan,” ujarnya.

Lebih dari itu, perayaan juga dijadikan momentum untuk penggalangan kepedulian korban bencana. “Natal diharapkan menjadi ruang perjumpaan iman dan kemanusiaan,” tambah Abdul Mufid.

Jadi, Natal Nasional 2025 bukan cuma acara meriah — melainkan “aksi bersama” yang penuh makna, membuktikan bahwa kesederhanaan bisa menghasilkan dampak yang luar biasa dalam memperkuat solidaritas, kebinekaan, dan kepedulian sosial bangsa. (APM)

Editor Romo Kefas

Tinggalkan Balasan