Mazmur 90:12 Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Memasuki tema renungan kita ini : DEWASA MAKIN BIJAKSANA, maka satu pertanyaan klasik dapat diajukan: Bilamanakah seseorang dikatakan telah dewasa? Sebagian orang mengatakan, ketika ia telah memasuki usia 17 tahun ke atas. Ada juga yang menyatakan, ketika seseorang itu telah menikah ataupun berkeluarga.
Dari jawaban di atas tentunya tidak ada ukuran yang sangat tepat untuk menggambarkan arti dari dewasa dan bijaksama itu. Sebab dewasa bukan hanya persoalan umur atau status tertentu. Tetapi jauh lebih kompleks lagi, bahwa dewasa tentunya bersangkut paut dengan, sikap, perilaku, gagasan, ide-ide dan masih banyak lagi eleman-eleman lainnya.
Ketika pemazmur berkata, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”, itu berarti untuk mencapai hati yang bijaksana, konsep yang paling utama ditawarkan Firman Tuhan adalah, berhenti sejenak dan kemudian mencoba menghitung kembali sudah seberapa jauh kita melangkah (How far can you go), sudah seberapa banyak anak tangga yang kita loncati, sudah seberapa banyak kegagalan ataupun juga kesalahan yang kita perbuat dan kemudian segera mengavaluasi dan mencari jalan yang lebih baik lagi. Bukan hanya itu saja, menghitung hari-hari juga bukan sekedar mundur tetapi juga menatap ke masa depan yang menjelang dan terhampar luas bersama dengan Tuhan, dan kemudian membuat perhitungan yang cermat, bijak dan tepat.
Berdasarkan pemahaman tersebut, dewasa dan bijaksana itu adalah:
1. Mampu mengenali dan menerima diri sendiri. Orang dewasa dan bijaksana tentunya dapat membuat perhitungan tentang kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. Ketika dia mengetahui dia lemah di satu bidang dia tidak lantas minder, tetapi bersiap untuk belajar, dan ketika dia tahu ia kuat, dia bukan lantas menjadi sombong, tetapi dia akan mengembangkan kekuatannya.
2, Mampu menerima keberadaan orang lain. Ketika kedewasaan yang bijaksana telah tercapai, maka kita dapat menerima keunggulan atau kelebihan orang lain, dan kemudian mengaguminya bahkan menjadi nara sumber bagi kita, bukan serta-merta membencinya (persaingan yang tidak sehat)
3, Mampu mengarahkan hidup kepada orang lain. Anak kecil hanya bisa mengarahkan perhatiannya pada kepentingan dirinya. Dia minta diperhatikan tetapi sangat sulit untuk memberi perhatian kepada orang lain. Banyak kasus kita temukan, usianya telah 50 tahun tetapi emosinya bagaikan anak usia 5 tahun yang cengeng, cemburuan dan gampang ngambeg. Dewasa yang bijaksana berarti mampu merasakan orang lain dan mampu memperhatikan kepentingan dunia sekitarnya.
4, Mampu berpikir dan bertindak mandiri. Berbeda dengan anak kecil yang harus disuruh atapun juga dilarang ini dan itu. Dewasa yang bijaksana, dia harus mampu menyuruh dan melarang diri sendiri. mampu mengatur diri sendiri ke arah yang lebih baik dan bertanggung jawab.
Berdasarkan uraian di atas maka dewasa dan bijaksana merupakan sebuah proses pertumbuhan dan pembelajaran yang tidak akan pernah berhenti. Sekalipun bulan telah berganti dan tahun 2025 pun berangsur usai dan kondisi dewasa dan bijaksana tetap merupakan harapan dan perjuangan. Amen
Pdt Ezra Simorangkir