Dāna Paramita

Spread the love

“Dānañca dhammacariyā ca,
ñātakanañca saṅgaho,
Anavajjāni kammāni,
etammaṅgalamuttamaṁ”.

“Berdāna, hidup sesuai dengan Dhamma
Menyokong sanak keluarga
Bekerja tanpa cela
Itulah berkah utama”.
(Manggala Sutta: Khuddakapāṭha 5 & Sutta Nipāta 2.4)

Pelitakota.id Agama Buddha mengenal berbagai bentuk dāna, mulai dari pemberian materi hingga jasa. Dikisahkan dalam riwayat hidup Buddha Gautama, untuk dapat mencapai Samma Sambuddha, salah satu caranya adalah dengan menyempurnakan Dasa Parami. Salah satu parami dan parami pertama yang harus disempurnakan adalah kesempurnaan dalam memberi (dāna-paramita). Pemahaman berdāna tidak hanya memberikan barang kepada orang lain saja, tetapi juga harus dimaknai sebagai latihan spiritual yang mendalam, sehingga akan bermanfaat bagi pemberi dāna. Pemahaman konsep ini diharapkan mampu membimbing umat Buddha menuju pengalaman dan makna dalam kehidupan agama Buddha.

Dāna merupakan langkah pertama dalam urutan cara-cara berbuat baik (kusala kamma) yang termuat dalam Puñña Kiriya Vatthu (sepuluh cara berbuat jasa). Secara umum, dāna merupakan kegiatan untuk merelakan sebagian harta atau jasa untuk diberikan kepada orang lain yang membutuhkan. Dāna merupakan praktik kebajikan yang paling mudah, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan kebajikan yang lebih tinggi, seperti sila (hidup bermoral), samadhi (konsentrasi), dan pañña (kebijaksanaan), hingga pada akhirnya mencapai kebebasan sejati (Nibbana).

Aṅguttara Nikāya III: 41-42 menyebutkan terdapat lima manfaat yang diperoleh orang yang sering memberikan dāna, yaitu: (1) diterima banyak orang, (2) dikagumi oleh orang-orang baik, (3) reputasi baik, (4) tidak akan menyimpang dari tugasnya sebagai perumah-tangga, dan (5) setelah kematian akan terlahir pada kondisi yang baik. Hal ini sesuai dengan khotbah Buddha pada Saṃyutta Nikaya 1.49, yaitu:

”Mereka yang kikir, di sini, di dunia ini, orang-orang pelit, pencaci, orang-orang yang membuat rintangan bagi orang lain yang suka memberikan persembahan. Mereka akan terlahir kembali di neraka, di alam binatang atau alam Yama. Jika mereka kembali ke alam manusia mereka akan terlahir dalam keluarga miskin. Di mana pakaian, makanan, dan aktivitas olahraga diperoleh dengan susah-payah. Apa pun yang diharapkan oleh si dungu dari orang lain, bahkan itu pun tidak mereka peroleh. Ini adalah akibat dalam kehidupan ini dan kelahiran yang buruk di masa depan.”

“Bagi mereka yang terlahir di alam manusia ramah dan dermawan, yakin dalam Buddha dan Dhamma dan sangat menghormati Sangha. Orang-orang ini menerangi alam surga dimana mereka akan terlahir kembali. Jika mereka kembali ke alam manusia mereka akan terlahir kembali dalam keluarga kaya dimana pakaian, makanan, dan aktivitas olahraga diperoleh tanpa susah-payah. Mereka bergembira bagaikan para dewa yang mengendalikan Barang-barang yang dikumpulkan oleh orang lain. Ini adalah akibat dalam kehidupan ini dan kelahiran yang baik di masa depan.”

Kutipan di atas dapat dijadikan sebagai refleksi umat Buddha agar lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan. Umat Buddha diharapkan dapat lebih sering melakukan praktik dāna, dilandasi dengan pemahaman dan pengetahuan yang telah dimiliki.

Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā, Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Damang Sumedi, S. Pd. B. Penyuluh Agama Buddha PNS Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat

Tinggalkan Balasan