Budaya Malu Jepang sedang Diperlihatkan kepada Publik oleh Rahayu Saraswati Djojohadikusumo keponakan Prabowo Subianto

Spread the love

Jakarta, 15 September 2025 – Dalam sebuah langkah yang mengejutkan banyak pihak, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, keponakan Prabowo Subianto, memutuskan untuk mundur dari DPR. Keputusan ini menuai reaksi beragam, namun ada satu suara yang menarik perhatian, yaitu dari Lendry, Ketua Umum Gemar Indonesia Jaya.

LENDRY, SM, SH, Warga Meruya Jakarta Barat sekaligus Ketua Umum organisasi Gemar Indonesia Jaya dan Kordinator ALIANSI APIK 08, menolak mundur Anggota DPR fraksi Gerindra Rahayu Saraswati. Beliau mohon kepada Ketua Harian Prof Sumi Dasco Partai Gerindra untuk tidak memproses pengunduran diri beliau (Rahayu Saraswati)

Menurut Lendry, langkah Saraswati untuk mundur justru memperlihatkan kualitas kepemimpinannya yang peka dengan kondisi di masyarakat. “Bagi Gemar Indonesia, keputusan untuk mundur adalah suatu keberanian luar biasa,” ujarnya.

“Di Indonesia, kita terbiasa dengan budaya menunggu disuruh mundur atau tunggu dicopot. Budaya malu mengundurkan diri dengan inisiatif sendiri hampir tidak pernah ada dalam politik Indonesia. Namun, Budaya malu ini justru sering kita lihat di Jepang, di mana seseorang bisa mundur dari jabatan karena merasa telah melakukan kesalahan,” tambah Lendry.

Rahayu Saraswati

Saraswati memiliki rekam jejak yang baik dalam memperjuangkan regulasi penting, seperti Undang-Undang Perlindungan Anak, revisi UU Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), dan pembahasan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS). “Di periode pertamanya, Mbak Sara paling terdepan dalam membela dan memperjuangkan kerja legislasi yang berpihak pada perempuan, anak, dan kelompok rentan perdagangan manusia,” kata Lendry.

Lendry berharap langkah Saraswati bisa menjadi contoh bagi politisi lain untuk menunjukkan integritas dan keberanian moral. “Masyarakat harus lebih kritis dan berhenti memberikan toleransi kepada politisi yang menganggap remeh kesalahan mereka. Suara kita sebagai pemilih adalah penentu,” tegasnya.

Lendry, SM,S.H.,Ketua Umum Gemar Indonesia Jaya.

“Jadikan kotak suara sebagai alat untuk menghukum politisi yang tidak bertanggung jawab dan memberi penghargaan kepada mereka yang berani jujur,” lanjut Lendry. Langkah berani yang ditunjukkan oleh Rahayu Saraswati bisa menjadi awal era baru di mana tanggung jawab dan integritas menjadi lebih berharga daripada kekuasaan.

Jurnalis Kefas Hervin

Tinggalkan Balasan