75 Tahun MPK: Mendorong Perubahan Kebijakan Pendidikan

Spread the love

Jakarta – Ketua Umum Majelis Pendidikan Kristen (MPK) Indonesia, Handi Irawan, menyampaikan pandangan pentingnya pendidikan swasta dalam transformasi bangsa. Ia menekankan bahwa pendidikan swasta, khususnya sekolah Kristen, merupakan pilar penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dalam peringatan 75 tahun MPK Indonesia, Handi mengungkapkan bahwa pembiayaan sekolah swasta lebih efisien dibandingkan jika semua sekolah dibangun dan dibiayai penuh oleh negara. “Kalau semua sekolah swasta ingin dibiayai penuh, pemerintah hanya butuh sekitar Rp40 triliun. Tetapi kalau semua itu harus dibangun dari nol, dengan gedung dan infrastrukturnya, butuh sampai Rp90 triliun. Ini peluang, bukan beban,” jelasnya.

Handi juga menyoroti postur anggaran pendidikan nasional yang mencapai Rp720 triliun, namun tidak semuanya tepat sasaran. “Dana pendidikan yang berada di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah hanya sekitar Rp33 triliun, sedangkan di Kemenristek sekitar Rp50 triliun. Selebihnya menyebar ke kementerian lain dan bahkan ke luar negeri. Kalau ini bisa ditata lebih efisien, Rp40 triliun itu bukan angka mustahil,” ungkapnya.

Ia mengusulkan agar program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ke depan bukan hanya menjadi bantuan operasional, tetapi juga pembiayaan penuh bagi sekolah swasta tertentu, terutama yang melayani anak-anak dari kalangan tidak mampu. “Saya sudah presentasikan, bahkan bila setiap anak mendapatkan sekitar Rp5 juta per tahun, itu sudah sangat membantu pendidikan swasta berkualitas,” tambahnya.

Handi mengakui bahwa banyak sekolah Kristen berkualitas, seperti BPK PENABUR, IPEKA, Petra, Cahaya Bangsa, Pelita Harapan, dan lainnya, telah berkontribusi besar bagi bangsa. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal pendanaan, kualitas guru, dan regenerasi kepemimpinan.

Ia juga menyampaikan peringatan keras agar pemerintah tidak mengulangi kesalahan masa lalu. “Saat itu guru negeri sejahtera, tapi guru swasta malah makin terpuruk. Banyak guru berkualitas pindah ke sekolah negeri. Sekolah Kristen pun mulai melemah. Kita tak boleh ulangi sejarah yang kelam ini,” tegasnya.

Handi menekankan pentingnya penghargaan nyata bagi guru Kristen, bukan hanya gelar tanpa tanda jasa. “Guru Kristen adalah garda terdepan pembentukan murid Kristus. Bukan hanya mengajar, mereka memuridkan. Maka mari kita pastikan mereka hidup layak, punya panggilan, dan dimampukan melayani,” ujarnya dengan penuh semangat.

Ia juga menekankan pentingnya pembinaan rohani dan panggilan bagi para guru. “Jangan cuma tuntut hak, tapi bangun wadah untuk diisi firman Tuhan. Guru yang punya panggilan kuat akan membawa transformasi besar di sekolahnya,” katanya.

Menutup sambutannya, Handi mengajak seluruh hadirin untuk melihat perayaan ini bukan sebagai akhir, melainkan permulaan dari tanggung jawab besar ke depan: “Mari kita wujudkan pendidikan Kristen yang sungguh-sungguh Kristen. Sekolah yang memuridkan, bukan sekadar mengajar. Mari kita dorong perubahan kebijakan, tingkatkan kualitas guru, dan terus berdoa agar MPK menjadi terang bagi bangsa,” pungkasnya. [Widodo]

Tinggalkan Balasan